21/12/2006

MAS di Bolivia: Gerakan Menuju Apa?

Oleh Federico Fuentes
Jumat, 15 Juli 2005

Kita tak bisa membicarakan krisis di Bolivia --tempat berlangsungnya gelombang demonstrasi berkepanjangan, blokade jalanan dan pemogokan umum yang telah menjatuhkan dua presiden-- tanpa menyebut nama Evo Morales. Morales dan partainya, Gerakan Menuju Sosialisme (MAS) adalah kunci untuk memahami situasi yang berkembang di negeri itu.

Dari sayap kiri, Morales didera kritik akibat posisi yang diambilnya. Beberapa pimpinan Sentral Pekerja Bolivia (COB), Federasi Komite Lingkungan El Alto (FEJUVE), Sentral Pekerja Regional El Alto (COR) dan kelompok-kelompok trotskyist acap kali memprotes sikap "moderat" Morales. Pertengahan tahun lalu, pimpinan COB, atas desakan Jamie Solares, mengeluarkan Morales dari organisasi tersebut karena dianggap "pengkhianat" dan "penjual". Pasca serangkaian mobilisasi terakhir ini, COR menyatakan Morales sebagai "musuh" rakyat El Alto.

Permusuhan ini hanya dapat tertandingi oleh kampanye anti MAS dan anti Morales yang dilancarkan oleh kaum Kanan. Pada bulan Desember 2001, dubes AS untuk Bolivia pada saat itu menyetarakan Morales dengan Osama bin Laden, dan mencap para petani koka , cocaleros, yang dipimpinnya sebagai pengikut "Taliban Andean ". Bulan Februari ini, Sekretaris Negara AS Condoleezza Rice berkomentar di media bahwa "ia sangat prihatin" atas menguatnya "sebuah partai yang beranggotakan petani koka" di Bolivia. Sejak pernyataan anti-MAS yang dikeluarkan oleh Rice, membuat Morales 'merujuknya' sebagai manajer kampanyenya. Karena semakin Washington menyerangnya, semakin melambung popularitasnya.

Basis tradisional Morales adalah para cocaleros yang kebanyakan sebelumnya adalah pekerja tambang yang sangat terorganisir dan militant, namun kehilangan pekerjaannya pada pertengahan 1980-an, sebagai konsekuensi resktrukturisasi atas saran IMF.

Daun koka adalah bagian penting budaya tradisional penduduk asli setempat dan para petani koka adalah simbol perlawanan yang ampuh. MAS lahir dari perjuangan melawan upaya pembasmian budidaya koka yang dipimpin oleh AS.

Pendiri dan ideolog MAS, Antonio Peredo Leigue, berkomentar dalam Punto Final bahwa MAS telah menyatu jadi "sebuah kontradiksi permanen antara penduduk asli dan kaum marxis melawan konsepsi sos-dem"

Ketika wartawan Resumen Latinoamericano, Diego Gonzalez, bertanya pada Morales apakah ia seorang Marxis, ia menjawab "Apa itu Marxisme? Saya berasal dari komunitas tani, dari rakyat jelata, bukan dari universitas atau pusat pembelajaran. Saya dapat bicara tentang Marxisme, tapi apa pentingnya itu semua? Ini bukan masalah impor politik, ideologi, program. Rakyat tahu itu. Organisasi kami sudah cukup matang untuk menuntaskan permasalahan rakyat, bahkan mereka (rakyat) lah sumber pengetahuan yang membela kehidupan dan kemanusian.

Jangan bicara tentang Marxisme, Leninisme, Trotskyisme dengan saya, kita hanya membuang waktu. Di sini, yang ada adalah memahami dan menghadapi problem2 yang ada untuk menemukan solusinya."

Kelahiran dan masa awal MAS bertepatan dengan titik balik perjuangan kelas yang dipimpin oleh rakyat asli Bolivia. Pada awal 2000-an,mobilisasi massa di Cochabamba berhasil menendang perusahaan multinasional AS Bechtel. Tahun itu, aksi protes meluas hingga menggerakkan penduduk asli Aymara, yang tinggal di dataran tinggi altiplano, di atas ibukota La Paz.

Pemilu 2002 mengusung penduduk asli negeri tersebut - berikut MAS dan Morales sebagai perwakilan utama mereka - ke panggung utama. Dalam pemilihan presiden, Morales hanya kalah kurang dari 2 % suara dari Lozada. Partai-partai penduduk asli kini menguasai sepertiga parlemen Bolivia, utamanya adalah MAS dan Gerakan Penduduk Asli Pachakutik (MIP) pimpinan Felipe Quispe.

Seiring meningkatnya kepercayaan diri penduduk asli secara politis, polarisasi kelas meruncing dan memuncak saat perlawanan massa bulan Oktober 2003, yang dipicu oleh isu gas dan berhasil menggulingkan Lozada. Penggulingan Lozada menempatkan wapres Carlos Mesa, ke kursi kepresidenan dengan persetujuan hampir semua organisasi gerakan sosial. Untuk meraih dukungan, Mesa berjanji untuk meneruskan "Agenda Oktober"-mengembalikan penguasaan gas Bolivia kepada rakyat,membentuk majelis constituency untuk penulisan kembali konstitusi, dan membangun kembali negeri tersebut dengan partisipasi aktif penduduk asli yang mayoritas, dan pengadilan bagi mereka yang bertanggung jawab atas 67 orang yang mati saat aksi massa tersebut.

Pemerintahan Mesa menjadi ancaman nyata bagi kaum Kiri. Beberapa kelompok kiri radikal, temasuk COB dan MIP, tidak lagi tunggu waktu untuk kembali turun ke jalan guna beroposisi dengan presiden baru itu.COB menyerukan pemogokan tanpa batas waktu sejak 1 Mei 2004, walaupun gagal memobilisasi sector rakyat yang berpengaruh. Quispe mengundurkan diri dari parlemen sambil menyatakan bahwa ia tidak dapat lagi menjadi bagian dari "institusi neoliberal ini"

Walau demikian, MAS mempertahankan dukungan kritis terhadap pemerintah, tanpa berpartisipasi dalam cabinet, dan dengan tetap memobilisasi massanya.
MAS menilai ada tiga factor yang mengancam kemenangan perlawanan massa bulan Oktober: keterbatasan Mesa; bahaya ancaman militer; dan tidak adanya tawaran visi yang jelas tentang struktur ekonomi/politik yang dapat menyatukan kekuatan rakyat.

Perpecahan di dalam pemerintahan muncul ke permukaan saat referendum gas tanggal 18 juli tahun lalu. Sementara Quispe dan Solares menyerukan boikot - dan bahkan pembakaran kotak suara - MAS justru menjadi salah satu pendukung terbesar referendum; akibatnya Morales dikeluarkan dari COB. Morales berargumen bahwa referendum adalah kemenangan penting perlawanan Oktober yang menawarkan kesempatan untuk menentukan masa depan sumber daya alam Bolivia.

Meski begitu, kebanyakan kaum Kiri radikal dengan tepat menekankan bahwa referendum menggunakan istilah-istilah yang ambigu sehingga hasil referendum yang dikehendaki pun akan memberikan "mandat" kepada Mesa untuk menjalankan undang-undang apa pun yang dikehendakinya. Di antara lima pertanyaan dalam referendum, tidak sekalipun muncul kata "nasionalisasi".

Hanya sedikit terjadi aksi protes, pertanda bahwa seruan untuk secara aktif menghalangi proses referendum tidak bergaung di tengah massa. Dalam sebuah artikel ZNet tanggal 20 Juli, Forrest Hylton menyatakan bahwa meskipun suara abstain dan cacat cukup banyak, "dari semua aktivis lapangan yang memilih, barangkali mayoritas memilih 'ya' untuk tiga pertanyaan pertama dan 'tidak' untuk dua terakhir, seperti yang disarankan oleh MAS".

Di bulan September, pertarungan atas penguasaan gas kembali hadir di jalanan. Baik kiri radikal dan MAS menggelar demonstrasinya masing-masing. Pada saat yang sama, pernyataan-pernyataan Morales seakan menjadi lebih radikal.

Semakin condongnya Morales ke kiri tampaknya dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama, Mesa terus bergeser ke kanan. Faktor kedua ditunjukkan oleh Walter Chavez dalam artikelnya tanggal 22 November di Inprecor yang menjelaskan bahwa senator (utusan daerah, pen) dan pendiri MAS, Filemon Escobar, mengajukan argumen di dalam MAS bahwa, untuk menangkal kudeta kaum kanan, Mesa mesti didukung penuh. Escobar dipecat dari MAS karena diduga menerima uang sebagai imbalan tidak hadir dalam parlemen. Pada Januari tahun ini, Escobar, bersama beberapa anggota parlemen dari MAS, membentuk "Blok Patriotik" pro Mesa. Beberapa intelektual kiri juga meninggalkan MAS untuk menjabat posisi dalam cabinet Mesa.

Ketiga, dan ini barangkali factor kuncinya, adalah basis pendukung Morales memberikan tekanan terhadap posisinya. Tak diragukan lagi, kesalahan oportunistik dan moderasi politik menyebabkan perseteruan dalam basis Morales. Ini diperparah lagi oleh pembunuhan seorang cocalero bulan September ini. Morales bereaksi dengan mengadakan pertemuan di Chapare untuk membahas langkah-langkah berikutnya, dan dari sini lah ia memulai protes-protes yang mengguncang La Paz di bulan Oktober lalu.

Setelah Mesa menaikkan harga pajak bahan bakar di malam tahun baru, Morales menyatakan dirinya "musuh nomor satu" Mesa dan memulai demonstrasi nasional di bulan Januari. Ketika RUU Gas dijadwalkan untuk dibahas kembali oleh Kongres di bulan Maret, Morales kembali memulai gelombang aksi protes dan blockade jalanan. Untuk sementara waktu MAS, COB, FEJUVE dan lainnya bersatu untuk mereformasi Staf Jenderal Rakyat (General Staff of the Peoples) dan mengorganisir aksi-aksi bersama di seluruh negeri itu.

Namun kesatuan organisasi ini tidak dapat dipertahankan saat mobilisasi bulan Mei-Juni yang kemudian menjatuhkan Mesa. Ini sebagian karena Morales ditinggalkan massa, dan bahkan beberapa pimpinan MAS mengakui, bahwa ia pada awalnya tidak menyerukan nasionalisasi, posisi ini baru kemudian dirubahnya saat mobilisasi tersebut.

Perbedaan posisi terbesar antara MAS dan gerakan social lainnya terletak pada tuntutan pembubaran parlemen dan pengunduran diri Mesa. Sementara kiri radikal menyetujui tuntutan-tuntutan tersebut, Morales berpendapat bahwa membubarkan parlemen berbahaya karena badan itu mewakili demokrasi, dan Kongres harus dipaksa untuk menghormati mandate dari rakyat. Ia berkata bahwa Mesa tidak harus mundur, tapi mengembalikan penguasaan gas dan membentuk majelis konstituensi.

Dalam El Diario tanggal 24 Mei, Linera bereargumen bahwa dengan berbagai kontradiksi dan kelemahan dalam gerakan, merebut kekuasaan melalui insureksi atau pemilu sangatlah sulit dan akan memberikan keuntungan bagi sayap kanan. Ia berpendapat bahwa untuk menjalankan insureksi, gerakan social harus menghadapi aparat represif negara di saat perimbangan kekuatan di dalam aparat tersebut-meski terdapat beberapa perpecahan-tidaklah menguntungkan. Terpecah-pecahnya kaum kiri juga mempersulit upaya lewat jalan pemilu, suatu tantangan yang mungkin harus dihadapi oleh kaum kiri saat ini.

Sebagaimana Linera menulis dalam La Jornada tanggal 27 Mei "Tak ada yang bisa memerintah tanpa memperhitungkan gerakan social. Karenanya, cepat atau lambat, secara revolusioner atau secara konsesi, akan harus ada perubahan."

Kemenangan untuk MAS dalam pemilu mendatang bukan saja suatu pukulan terhadap kaum Kanan, itu akan mengumandangkan keberhasilan penduduk asli dalam merebut ruang politik yang lebih besar, menjadi sinar mercusuar yang dahsyat bagi gerakan penduduk asli di Ekuador dan Peru, dan merupakan terpilihnya kawan dekat dan sekutu politik Presiden Kuba Fidel Castro dan Presiden Venezuela Hugo Chavez. Masalahnya kini apakah kaum kiri dapat bersatu di bawah pimpinan Morales, terlepas dari perbedaan yang ada, atau membiarkan perpecahan membukakan pintu bagi kaum kanan untuk kembali mengambil inisiatif.

Di Sadur dari Greenleft weekly No. 630 22 Juni 2005, diterjemahkan oleh Zely Ariane Departemen Relasi Internasional KPP-PRD

No comments: