21/12/2006

Kecurangan Pemilu Meksiko dan Kepentingan Neoliberalisme

Ditulis Oleh Rudy Hartono
Selasa, 11 Juli 2006

Sebelum pemilu Meksiko yang lalu hampir semua media menggunggulkan Manuel Lopez Obrador terpilih sebagai Presiden Meksiko yang baru menggantikan Vincente Fox yang dinilai sangat gagal oleh rakyat Meksiko karena sangat neoliberal. Pesaing manuel lopes Obrador adalah kandidat dari partai PAN [Partai Aksi Nasional], yaitu Felipe Calderon orang yang dianggap mewakili kelompok kaum kaya Meksiko, dan calon dari PRI [partai berkuasa selama 70 tahun, hampir sama dengan GOLKAR di Indonesia]. Dalam pemilu hari minggu yang lalu meskipun belum ada statement sah/resmi dari KPU Meksiko [IFE] dinyatakan bahwa Calderon menang tipis atas obrador dengan perolehan suara 35,89 persen atau 15.000.284 suara. Calderon mengalahkan Andres Manuel Lopez Obrador dari Partai Revolusi Demokrasi (PRD) yang meraih 35,31 persen atau 14.756.350 suara sedangkan calon dari PRI Roberto Madrazo meraih 22,26 persen suara.

Kekalahan ini adalah sangat tidak masuk akal jika dibandingkan dengan real politik di lapangan; mobilisasi massa kampanye, pooling, dan popularitas. Apalagi jika di analisa dari sudut politik Meksiko, rakyat Meksiko umunya klas buruh dan petani sangat di miskinkan oleh kebijakan neo-liberal dari pemerintahan sebelumnya, dari salinas, kemudian beralih ke Zedilo dan terakhir Vincente Fox dari PAN. Salinas mendorong program privatisasi semua sektor publik Meksiko, memotong upah buruh, mencabut subsidi sosial dan lain2, kebijakan neo-liberal ini kemudian dilanjutkan oleh Zedillo dan Fox. Membiarkan Calderon yang serupa dengan salinas, Zedilo dan Fox adalah tidak di toleransi oleh rakyat Meksiko sehingga sangat tidak masuk akal Calderon bisa dengan menang basis dukungan yang kuat, kecuali dengan melakukan kecurangan dalam pemilu. Berdasarkan data dari surat kabar lokal Milenio menyebutkan bahwa Lopes Obrador menang dengan perolehan suara 39 % sedangkan calon dari PAN Calderon hanya 36% suara, Harvard University memperkirakan kemenangan obrador adalah 6 point, sedangkan media Telesur menyatakan hasilnya 42 point untuk obador dan 38 untuk Calderon.

Sejarah pemilu Meksiko yang tidak demokratis, penuh kecurangan, mobilisasi paksa sipil oleh tentara dan milisi untuk memilih di bilik suara adalah pengalaman panjang buruknya demokrasi di Meksiko. Sejarah kekuasaan PRI selama puluhan tahun adalah buah dari proses politik anti demokrasi yang dijalankan di negeri tersebut dan di tutupi bahkan di dukung oleh sekutunya Amerika Serikat.

Kebutuhan mempertahankan seorang presiden pro-neoliberalisme adalah merupakan kepentingan terbesar bagi imperialis AS di Meksiko selain secara teritorial dekat, juga Meksiko adalah sekutu terbaik AS dalam melawan politik kiri yang di komandani Chaves-Castro dan Evo Morales. Sehingga proses politik kotor dan kepentingan imperialis ketemu dalam manipulasi pemilu Meksiko yang dimemangkan oleh Calderon, bahkan media dan pihak Gedung Putih AS dengan sangat antusias menyambut kemenangan sekutunya itu. Sehingga fenomena kemenangan kaum kiri di Amerika Latin sebisa mungkin akan terus di intervensi AS untuk digagalkan dan memberikan kemenangan kepada kekuatan politik lama yang pro-neoliberal.

PRD dan Lopes Obrador sendiri masih dalam posisi mempertanyakan dan bahkan menggugat ke pengadilan pemilu federal tentang kecurangan tersebut, sedangkan massa pendukung PRD turun kejalan2 sejak minggu lalu memprotes kecurangan pemilu tersebut. Bahkan beberapa Serikat buruh dan federasi buruh diantaranya CROC dan the UNT mengancam melakukan pemogokan umum nasional untuk mendukung Obrador dan memprotes kecurangan pemilu.

Sekarang kuncinya ada di Lopes Obrador dan PRD; apakah Lopes Obrador sekedar mendorong proses hukum ke pengadilan sebagai tekanan dengan mengabaikan perjuangan massa di jalan-jalan utamanya kaum buruh, atau berpihak pada tekanan aksi massa kaum buruh di jalan-jalan untuk memaksa KPU mengakui kecurangan, dan Obrador sebagai pemenang. Yang jelas perjuangan militan kaum buruh akan muncul sebagai ekspresi politik penolakannya terhadap segala bentuk politik neoliberal yang dipraktekkan oleh Salinas, Calderon, dan FoX yang sangat menindas kesejahteraan mereka.

*Rudy Hartono, Ketua I Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi [LMND]

No comments: