06/12/2008

ALBA: Mencari Jalan Keluar bagi Selatan

Pertemuan Tingkat Tinggi ALBA
Mencari Jalan Keluar bagi Selatan

Nidia Diaz

Granma 4 Desember 2008

Bertujuan untuk mendiskusikan posisi bangsa-bangsa Selatan terhadap krisis ekonomi dan keuangan global, negeri-negeri anggota Alternatif Bolivarian untuk Bangsa Amerika (ALBA) bertemu pada 26 November di Caracas, dengan keyakinan penuh bahwa mereka tidak hendak menunggu solusi, baik dari Amerika Serikat—yang bertanggung jawab terhadap bencana ini, maupun institusi-institusi perbankan internasional—rekanan Washington dalam bencana ini yang didukung oleh pertemuan G-20.

Venezuela, Kuba, Bolivia, Nikaragua, Republik Dominika, Honduras, dan Ekuador (berstatus peninjau) memiliki pemahaman yang sama bahwa mereka harus memeriksa akar dari fenomena ini, tak hanya dalam pengertian spekulasi finansial yang menggila atau kecerobohan (negeri-negeri) Utara, namun yang lebih penting adalah krisis kapitalisme global yang menyeluruh itu sendiri. Krisis keuangan dan ekonomi saat ini, berbeda dibandingkan krisis-krisis sebelumnya, dengan cepat diikuti oleh krisis lainnya dalam hal makanan, energi, lingkungan, membuat dunia berada pada ujung bencana besar.

Tidak secara kebetulan, pada peringatan Pertemuan Tingkat Tinggi luar biasa dan Perjanjian Perdagangan Rakyat (People’s Trade Agreement-TCP), Presiden Hugo Chávez menegaskan kembali bahwa “abad ke 21 telah dimulai dengan sebuah krisis kapitalisme dan seluruh mekanisme kontrolnya,” oleh karena itu satu-satunya solusi adalah sosialisme yang terus menerus dibangun berdasarkan karakteristik masing-masing negeri, satu tipe sosialisme yang baru namun dengan cita-cita yang sama menyangkut pembebasan nasional, kemandirian, dan keadilan sosial.

Dalam bentuk yang sama, wakil rakyat Ekuador, Rafael Correa, menegaskan pentingnya untuk segera membangun suatu tata dunia baru, dan perdana menteri Republik Dominika menyerukan untuk segera menunjukkan pada dunia bahwa tidaklah mustahil melawan krisis tanpa merugikan anggota masyarakat yang paling sengsara.

Terdapat banyak sekali gagasan di dalam pertemuan itu, semuanya memfokuskan pada kepentingan untuk menciptakan benteng perlindungan bagi rakyat dalam menghadapi krisis ini, bahwa situasi saat ini hanya akan terulang kembali karena sifat dasar sistem kapitalis, seperti solusi yang dijalankan oleh pemerintahan AS, yang hanya menyelamatkan orang kaya dengan mengorbankan kaum miskin.

Negeri-negeri anggota ALBA dan Ekuador mengadopsi beberapa proposal penting atas dasar tujuan ini, hal yang paling pokok adalah pembentukan zona moneter melalui penetapan ‘Sucre’ sebagai mata uang, yang disepakati sebagai Sistem Kompensasi Regional yang Unitaris. Dengan bantuan anggota-anggotanya, sistem itu akan dilengkapi oleh suatu dana cadangan yang bertujuan untuk mempertahankan investasi politik yang dibutuhkan bagi pembangunan.

Pembangunan suatu zona ekonomi dan moneter ALBA-TCP akan melindungi negeri-negeri ini dari “perampokan oleh modal transnasional sekaligus menciptakan suatu ruang yang bebas dari institusi-institusi finansial global yang tidak efektif, termasuk monopoli dolar AS sebagai mata uang dan cadangan devisa.”

Mereka juga menyetujui proposal Venezuela untuk menyelenggarakan suatu pertemuan tingkat tinggi internasional menyangkut krisis finansial di dalam struktur Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), termasuk tema-tema penting lainnya.

Pertemuan tingkat tinggi ALBA-TCP, sudah dapat dipastikan, menjadi suatu peluang untuk melanjutkan kerja menuju persatuan Amerika Latin atas dasar isu-isu penting seperti kerjasama yang saling melengkapi, dan pembangunan zona moneter bersama yang akan membuat anggota-anggotanya aman dari gonjang ganjing sistem kapitalis, dalam kepentingan menyelamatkan semua orang agar tidak tenggelam bersamanya.

[Diterjemahkan oleh Ay]

01/12/2008

Revolusi Venezuela dan Krisis Kapitalisme

Direct Action Nomor 6 – November 2008

Roberto Jorquera – Ketika pemerintah kapitalis di seluruh dunia merespon macetnya sistem keuangan kapitalis dengan memberikan miliaran dolar dana publik untuk bankir-bankir yang telah bangkrut, Presiden sosialis pemerintah revolusioner Venezuela, Hugo Chavez, tetap melanjutkan langkah redistribusi kekayaan bagi rakyat pekerja Venezuela.

Sejak didudukkan kembali sebagai Presiden Venezuela oleh sebuah gerakan massa revolusioner, melawan kudeta militer yang disokong Amerika Serikat pada April 2002, Chavez telah membuka jalan bagi kontrol dan kepemilikan saham negara—yang meningkat luar biasa—atas sumberdaya alam dan industri-industri besar. Nasionalisasi sudah dilakukan terhadap perusahaan telekomunikasi, baja, semen, listrik dan sektor perbankan. Pemerintah Venezuela terus meningkatkan kontrol terhadap pilar-pilar utama ekonomi dan meningkatkan aturan menyangkut harga pangan. Langkah-langkah ini, berbarengan dengan peningkatan pengeluaran untuk pelayanan sosial dan infrastruktur, memungkinkan Venezuela melindungi rakyat kecil dari kekacauan perekonomian dunia kapitalis. Pada sebuah konferensi pers 27 Oktober, yang dilakukan bersama dengan Presiden Ekuador Rafael Correa, Chavez menyatakan: "Konsekuensi dari krisis keuangan dunia tidak dapat diprediksi, namun di Venezuela kami memiliki sebuah proses kerakyatan yang membangun sebuah sistem ekonomi baru."

Martin Saatdjian, sekretaris ketiga kementerian Urusan Luar Negeri Venezuela, menyebutkan dalam sebuah artikel yang dilansir situs Venezuelanalysis.com, dalam memberi tanggapan terhadap cara pemerintahan kapitalis menangani krisis (menasionalisasi atau menasionalisasi setengah-setengah korporasi-korporasi keuangan yang bangkrut): "Dengan kata lain, intervensi negara sosialis memprioritaskan kebutuhan rakyat yang paling mendasar. Ini lah tipe kontrol dan intervensi terencana yang sedang dijalankan oleh Hugo Chavez di Venezuela, sekaligus di waktu bersamaan memaksimalkan demokrasi, kesadaran politik, dan keikutsertaan rakyat dalam menangani persoalan-persoalan mereka sendiri. Perusahaan-perusahaan yang telah dinasionalisasi di Venezuela, seperti perusahaan komunikasi utama (CANTV), industri besi dan baja (Sidor), dan satu dari bank terpenting Venezuela (Bank Venezuela), merupakan perusahaan yang sangat menguntungkan.

"Dalam kasus CANTV, proses nasionalisasi memakan biaya negara sekitar USD 1.6 milyar; Namun setelah satu tahun penuh beroperasi, perusahaan ini menghasilkan keuntungan bersih mendekati $400 juta. Dengan laju seperti ini, negara Venezuela akan dapatkan kembali investasi perdana mereka dengan hanya tiga tahun beroperasi. Sumber penghasilan yang dulu masuk ke kantong orang-orang kaya, atau dilarikan keluar negeri, kini dipakai pemerintah Hugo Chavez untuk mendanai proyek pelayanan kesehatan umum yang sangat membantu rakyat yang paling membutuhkan".

VIO News blog, yang didanai pemerintah Chavez, pada tanggal 16 Oktober melaporkan bahwa sebuah "kolom opini Miami Herald mengklaim bahwa para pakar ekonomi ‘setuju’ bahwa Venezuela menjadi negara yang lebih parah terkena dampak krisis keuangan global dari pada negara manapun. Namun demikian, itu tidak benar; para analis baru-baru mengutip Financial Times, Bloomberg, dan Reuters, semua sudah mengatakan bahwa Venezuela terlindungi dengan sangat baik. Reuters melaporkan bahwa Venezuela ‘sepertinya akan selamat dari kontaminasi keuangan global saat ini, sekalipun kejatuhan harga minyak mentah memaksa bangsa-bangsa yang bergantung terhadap minyak OPEC mengurangi belanjanya’. AFP melaporkan bahwa kejatuhan nilai yang terlihat pada pasar saham Venezuela kurang dari satu persen, sementara bagi Brazil dan Argentina—dua diantara negeri-negeri Amerika Latin dengan perekonomian terbesar—persentase kejatuhan bernilai belasan,".

Ketika banyak koran-koran AS menuduh bahwa pemerintah Chavez akan menghadapi pukulan berat oleh jatuhnya harga minyak akibat resesi global—dari puncak dorongan-spekulasi yang mencapai USD 147 per barel pada bulan Juli molorot jatuh ketingkat harga tahun 2007 dengan rata-rata USD $64—pada tanggal 22 Oktober Chavez menolak tuduhan-tuduhan tersebut. Meninjau kembali evolusi harga minyak internasional sejak ia terpilih sebagai presiden Venezuela pada tahun 1998, Chavez menyatakan: "Saya katakan, untuk tetap bergerak ditengah kampanye luar biasa yang mulai memprovokasi ketakutan dan ketidakpastian diantara rakyat Venezuela, meski harga minyak kembali turun ke tingkat tahun 2006—ketika ia berhenti pada $55 per barel, kalian bisa pastikan bahwa Venezuela akan terus berkembang baik secara ekonomi maupun sosial".

Chavez menunjukkan bahwa perekonomian Venezuela tumbuh hingga 15% di tahun 2004, ketika harga minyak rata-rata $32,80 per barel, dan terus bertumbuh dalam lima tahun berturut-turut, dan empat tahun diantaranya harga minyak rata-rata lebih rendah dari harga minyak hari ini. "Sudah 10 tahun [kapitalis AS] mengatakan bahwa ekonomi Venezuela sedang tenggelam, dan sekarang mereka sendiri lah yang karam", sebut Chavez.

Pada 30 Oktober, agen berita ABN Venezuela melaporkan bahwa Chavez menyerukan "sebuah sistem ekonomi dan politik internasional yang baru, lebih adil, lebih setara, dan saling bantu, harus diciptakan sebelum kapitalisme melebur hancur". Dalam sebuah pidato hari itu, Chavez "merujuk sebuah surat yang baru-baru ini ditulis oleh [mantan Presiden Kuba] Fidel Castro, yang, diantara isu-isu lainnya, menyatakan padanya mengenai krisis keuangan dunia dan pemanfaatan kekuatan ekonomi oleh kerajaan ekonomi Amerika Utara, ‘ia jelaskan padaku mengapa model semacam itu tidak berkelanjutan dan sedang tenggelam seperti kapal Titanic’. Chavez mengingatkan bahwa Venezuela masih waspada terhadap krisis dunia sekarang ini, ‘karena ini seperti sebuah gempa bumi ekonomi keuangan; untuk alasan tersebut saya dengan tegas menuntut pembentukan sebuah institusi ekonomi internasional yang baru, dan dalam hal ini, negeri-negeri Selatan harus memperjuangkanya dan tidak [membiarkan] dipaksakannya lagi kediktatoran dan hegemoni dolar, yakni hegemoni sebuah sistem yang diatur oleh Dana Moneter International (IMF) dan Kerajaan Amerika Serikat, yang merupakan penyebab utama malapetaka ini’."

Chavez menekankan bahwa "Rakyat Venezuela harus tahu bahwa Venezuela akan terus bekerja, seperti halnya Kuba. Program-program sosial tidak dalam kondisi berbahaya, demikian pula misi-misi kita, kesetaraan sosial, keadilan sosial, keterlibatan sosial, maupun pembangunan sosial rakyat kita."

James Suggett, menulis untuk layanan berita berbasis website Venezuelanalysis.com, melaporkan pada 24 Oktober bahwa "Menteri Keuangan Venezuela, Ali Rodriguez, menyerahkan sebuah proposal anggaran nasional untuk tahun 2009 yang akan meningkatkan pengeluaran sosial dan dilandasi pada prediksi pertumbuhan ekonomi 6%, kestabilan mata uang nasional, dan ekspor minyak pada tingkat harga $60 per barel". Suggett juga melaporkan: "Suatu penilaian ringkas terhadap data-data di tahun 2007 memperlihatkan bahwa Venezuela adalah negara dengan cadangan internasional (IR) perkapita paling besar di dunia dan di seluruh belahan bumi Amerika (termasuk Amerika Serikat dan Kanada). Menurut data tahun 2007, untuk setiap orang yang tinggal di Venezuela terdapat hampir $1.300 senilai cadangan internasional di akhir 2007 (dengan total $34 miliar). Tingkat perkapita ini melampaui negeri-negeri ekonomi utama di Amerika Latin, seperti: Argentina ($1,141); Brazil ($919), Chile ($1,023) dan Mexico ($799). Menurut data-data ini, IR Venezuela melampaui negara Amerika Latin kedua dengan tingkat IR perkapita tertinggi, yakni Uruguay, sebesar $113. Jumlah ini, jika dilipatgandakan dengan seluruh penduduk Venezuela (26,4 juta), akan mencapai total $3 miliar. Jumlah tersebut akan dapat dipergunakan untuk mengatasi dampak negatif krisis keuangan, dan Venezuela akan tetap berada pada posisi tertinggi dalam daftar IR perkapita Amerika Latin."

Meskipun tidak ada negara yang kebal dari efek kehancuran perekonomian kapitalis dunia saat ini, contoh Venezuela secara jelas menunjukkan apa yang tidak mustahil dicapai oleh sebuah ekonomi kepemilikan-sosial yang terus meningkat, dikelola oleh pemerintah yang lebih melayani kepentingan rakyat pekerja daripada keuntungan korporasi-korporasi kapitalis.

[Roberto Jorquera adalah anggota Partai Sosialis Revolusioner (RSP) dan salah seorang organiser Australian-Venezuela Solidarity Network brigade untuk Venezuela.]

[Diterjemahkan oleh Risnati Malinda, edited by ay]

Chavez: Venezuela dan Rusia akan Membangun Sebuah Reaktor Nuklir di Kawasan Kaya Minyak Zulia

17 November 2008, oleh Russ Dallen - Latin American Herald Tribune

Presiden Venezuela, Hugo Chavez Frias, mengatakan bahwa negerinya dan Rusia berniat membangun sebuah reaktor nuklir di negara bagian Zulia yang kaya minyak.
"Sebuah reaktor nuklir, untuk memproduksi energi dengan tujuan perdamaian, akan segera dibangun di negara bagian Zulia, dengan nama kehormatan Humberto Fernandez Moran, seorang ilmuwan Venezuela di abad lalu," Chavez mengatakan kepada pendukungnya di Maracaibo, ibu kota negara bagian Zulia.


Brazil memiliki beberapa reaktor nuklir, seperti halnya Argentina. Kita juga akan memiliki reaktor kita sendiri," ujar Presiden.


Chavez, berbicara dalam sebuah acara kampanye di kota terbesar kedua Venezuela, menyatakan bahwa kontrak atas kompleks nuklir ada didalam perjanjian yang akan ditandatangani selama kunjungan Presiden Rusia, Dimitri Medvedev, ke Caracas bulan ini.
Chavez mengatakan bahwa kompleks nuklir itu akan disebut "Humberto Fernandez Moran", nama ilmuwan kelahiran Zulia yang mengembangkan Institut Penelitian Ilmiah (IVIC) dan bertanggung jawab membawa reaktor nuklir kecil pertama Venezuela dari Amerika Serikat pada tahun 1950-an. Fernandez Moran terpaksa meninggalkan negaranya pada tahun 1958, karena negaranya telah berkolaborasi dengan penguasa militeristik Marcos Perez Jimenez, ketika itu dia berada dibawah Menteri Pendidikan dan Keilmuan.


Humberto Fernandez Moran

Fernandez Moran berkontribusi mengembangkan mikroskop elektron dan menjadi orang pertama yang menggunakan konsep cryoultramicrotomy–superfreezing dan memotong benda-benda ultra-tipis, untuk itu ia juga mengembangkan pisau berlian – untuk pemeriksaan dibawah mikroskop elektron. Dia juga bekerja mengonsep cryomicroscopy elektronik, penggunaan lensa liquid helium superkonduksi dalam mikroskop-mikroskop elektronik.


Setelah ia dibuang dari Venezuela, Fernandez Moran bekerja untuk NASA dalam proyek Apollo dan belajar di Harvard, MIT, Universitas Chicago dan di Universitas Stockholm.


Memperkuat Hubungan dengan Rusia


Chavez Mengungkapkan bahwa tim teknik Venezuela dan Rusia telah siap mengerjakan proyek nuklir dalam persiapan kunjungan Presiden Rusia Dmitry Medvedev bulan ini.


Venezuela telah memperkuat hubungan dengan Rusia dibawah kepemimpinan Chavez, pembelian senjata Rusia mencapai 4 Milyar dolar sejak tahun 2005. Bertepatan dengan kunjungan Menvedev ke Venezuela dan Kuba, pasukan Angkatan Laut Rusia, dipimpin oleh penjelajah nuklir paling hebat dan paling baru, Peter the Great, akan menuju ke Venezuela untuk bermanuver; menandai kunjungan pertama kapal perang Rusia ke wilayah ini sejak berakhirnya perang dingin.

Chavez Intensif Mengampanyekan Kandidat Lokal dan Gubernur, Khususnya di Zulia.
Chavez membuat pengumuman tentang nuklir di Zulia, tempat ia mengampanyekan kandidat (partai) nya sebagai gubernur dan pejabat lokal. Pada hari Minggu, sekitar 17 juta pemilih terdaftar akan pergi ke 11.500 tempat pemungutan suara untuk memilih 22 gubernur, 328 walikota, dan 233 legislator daera—totalnya adalah 603 posisi.


Ini adalah kali keempat, sejak kampanye pemilihan lokal dimulai akhir Agustus lalu, Chavez mengunggulkan kandidatnya di Zulia, di daerah barat laut negara itu. Pada saat yang sama, kehadiran Chavez di negara bagian ini adalah bagian upaya besar yang dilakukannya untuk mengangkat kandidat dari partainya, PSUV.


Zulia adalah wilayah produksi minyak paling penting di negara ini, dan mempruduksi sekitar 1,5 juta barrel setiap hari, bahkan 80 tahun sejak pekerja minyak Amerika Serikat mengebor semburan disan—penemuan minyak terbesar di Venezuela.


[Diterjemahkan oleh Niken DI—Hub. Internasional Kolnas Sementara LMND PRM]