30/01/2006

Catatan A. Umar Said

(tulisan ini juga disajikan dalam website

http://perso.club-internet.fr/kontak)

PRESIDEN VENEZUELA HUGO CHAVEZ
MENGANJURKAN PEREBUTAN KEKUASAAN
UNTUK SOSIALISME ABAD KE-21


Barangkali, bagi banyak orang di Indonesia, terutama bagi para pendukung rejim militer Orde Baru, perkembangan situasi di banyak negeri-negeri Amerika Latin yang menunjukkan perubahan-perubahan ke kiri dan anti-AS, merupakan suatu hal baru yang mengherankan atau bahkan mengejutkan. Ini dapat dimengerti. Sebab, rejim militer Suharto telah memaksa rakyat Indonesia, sejak puluhan tahun, untuk bersikap memusuhi politik kiri yang anti-imperialisme dan anti-kapitalisme yang digariskan oleh presiden Sukarno, dan anti-sosialisme atau anti-komunisme.

Perkembangan situasi di Amerika Latin akhir-akhir ini makin menarik perhatian banyak orang di berbagai negeri di dunia, bukan saja karena terpilihnya mantan tapol perempuan (Michelle Bachelet) menjadi presiden terpilih di Cili, atau terpilihnya pemimpin gerakan petani suku Indian (Evo Morales) di Bolivia sebagai presiden yang anti-Amerika, tetapi juga karena aksi-aksi politik yang revolusioner presiden Venezuela, Hugo Chavez.

Sejak perlawanan yang sudah dilakukan Fidel Castro selama puluhan tahun menghadapi Amerika Serikat, maka dewasa ini nampak dengan jelas bahwa sebagian dari benua Amerika Latin sudah - dan sedang - bergerak ke arah kiri. Kalau proses pergeseran ke kiri ini berjalan terus, dan mencakup makin banyak negeri lainnya maka akan mempunyai dampak yang cukup besar di dunia internasional. Sayang sekali, bahwa perkembangan yang penting ini kurang sekali (atau sedikit sekali) diketahui oleh banyak orang di Indonesia. Sebab, media pers Indonesia juga jarang sekali atau sedikit sekali menyiarkan berita-berita tentang perkembangan di benua Amerika Latin ini. Karena itu, bisalah dikatakan bahwa banyak orang di Indonesia yang “ketinggalan” dalam mengikuti perkembangan di Amerika Latin.

PERKEMBANGAN PENTING SESUDAH PERANG DINGIN
Padahal, apa yang terjadi di Amerika Latin dewasa ini, merupakan perkembangan yang amat penting sekali, bahkan terpenting, sesudah terjadinya Perang Dunia ke-II dan selesainya Perang Dingin (dalam bentuknya yang lama). Dalam kaitan ini, perlulah kiranya dicermati bahwa berbagai pemilihan presiden akan diadakan tidak lama lagi di Kostarika (dalam bulan Februari 2006), di Peru (dalam bulan April), Kolombia (bulan Mei), di Mexiko (Juli) dan Nikaragua (November). Dan sejak sekarang banyak orang sudah melihat bahwa sejumlah tokoh-tokoh kiri di sejumlah negara-negara Amerika Latin sedang menjadi makin populer dimana-mana, dan mungkin sekali banyak di antara mereka yang akan terpilih sebagai presiden.

Ditambah dengan posisi tengah-kiri yang selama ini dipegang oleh Argentina, Brasilia, Ekuador, maka boleh dikatakan bahwa tahun 2006 ini akan membawa benua Amerika Latin ke arah yang makin tidak menguntungkan kepentingan imperialisme AS. Sampai akhir tahun 2006 ini akan diselenggarakan pemilihan presiden di banyak negara-negara Amerika Latin (mendekati 10 negara),

Memang, tokoh-tokoh politik kiri atau tengah-kiri di berbagai negeri Amerika Latin itu mempunyai kadar yang berbeda-beda dalam sikap mereka terhadap imperialisme AS atau kapitalisme neo-liberal. Dan, juga, tidak semuanya mempunyai sikap yang sama terhadap sosialisme atau komunisme. Tetapi boleh dikatakan bahwa pada umumnya mereka bukanlah orang-orang kanan yang reaksioner atau tokoh-tokoh yang memihak kepentingan Washington, seperti halnya kebanyakan presiden atau diktator-diktator Amerika Latin di masa yang lalu.

Ini kelihatan dalam sikap Hugo Chavez di Venezuela, Michelle Bachelet di Cili, Lula di Brasilia, Nestor Kirchner di Argantina, Tabaré Vazquez di Uruguay,
Lucio Guttierez di Ecuador, Evo Morales di Bolivia, Ollanda Humala di Peru, Andrés Manuel Lopez di Meksiko, dan Daniel Ortega di Nicaragua

PERAN TOKOH MILITER KIRI
Kiranya, bagi banyak orang di Indonesia, salah satu di antara banyak hal yang menarik dari perkembangan di Amerika Latin adalah adanya tokoh-tokoh militer kiri, seperti mantan Kolonel pasukan para, Hugo Chavez, yang terpilih langsung (dalam tahun 1998) oleh rakyat menjadi presiden Venezuela. Hugo Chavez, yang sangat populer di kalangan bawah rakyat Venezuela dewasa ini merupakan presiden kiri yang terang-terangan mengibarkan bendera anti-imperialisme (terutama AS), dan menentang kapitalisme-internasional dan neo-liberalisme. Ia juga presiden yang dengan jelas dan terang-terangan menjalankan politik yang kiri dan berdasarkan sosialisme.

Ada lagi yang barangkali juga menarik untuk diperhatikan, ialah munculnya seorang pimpinan militer kiri di Peru, Kolonel Ollanda Humala, yang menjadi calon presiden dalam pemilihan umum yang akan diadakan dalam bulan April 2006 ini. Seperti halnya Hugo Chavez di Venezuela, ia juga seorang tokoh di Peru yang sangat populer di kalangan rakyat ( terutama di kalangan suku Indian) dan juga terkenal sebagai pemimpin gerakan yang anti-imperialisme AS. Ollanda Humala disoroti oleh banyak pers Amerika Latin sebagai sahabat dekat Hugo Chavez.

Dengan terpilihnya baru-baru ini Evo Morales sebagai presiden kiri di Bolivia, dewasa ini sudah banyak komentar tentang kemungkinan terjadinya poros anti-imperialis yang terdiri dari Kuba-Venezuela-Bolivia-Peru. Inilah yang sudah ditakutkan oleh pemerintah AS dan sekutu-sekutunya di Amerika Latin. Sebab, dapat dimengerti bahwa terbangunnya poros anti-AS yang terdiri dari 4 negara itu betul-betul akan merupakan tantangan besar atau bahaya nyata bagi pengaruh hegemonis AS di benua Amerika Latin.

Imperialisme AS yang sudah 45 tahun tidak bisa menghacurkan pemerintahan Kuba di bawah pimpinan Fidel Castro, sejak tahun 1998 juga terpaksa harus menghadapi munculnya “pembangkang” keras lainnya, yaitu presiden Venezuela Hugo Chavez. Bagi AS, tampilnya Hugo Chavez sebagai presiden Venezuela betul-betul membikin “sakit kepala” banyak pembesar-pembesar di Washington. Karena,sejak ia terpilih menjadi presiden, ia telah menunjukkan sikap kirinya, yang membela kepentingan rakyat miskin di negerinya, dan melawan kapitalisme internasional.

Oleh karena itu, dalam tahun 2002 CIA berusaha campur tangan dalam kudeta terhadap kekuasaan yang sah presiden Hugo Chavez, dengan menyokong gerakan yang dilancarkan sejumlah opsir-opsir tentara Venezuela dan kapitalis-kapitalis dalamnegeri. Kudeta ini didahului oleh demonstrasi ratusan ribu orang di ibukota Venezuela (Caracas), yang mengepung gedung maskapai minyak negara Petroleos de Venezuela dan istana kepresidenan Miraflores. Berkat dukungan yang besar sekali dari rakyat kepada presiden Hugo Chavez, kudeta yang didalangi oleh imperialisme AS ini hanya berumur dua hari saja. Sebagian besar tentara yang setia kepada presiden Hugo Chavez bersatu dengan rakyat untuk merebut kembali kekuasaan yang sah, dan membebaskan presiden Hugo Chavez yang ditahan di suatu pangkalan militer. (Tentang Hugo Chavez ini banyak hal yang bisa dicermati bersama lebih lanjut pada kesempatan lainnya)

SOSIALISME ABAD KE-21
Salah satu dari berbagai pertanda tentang pentingnya perkembangan di Amerika Latin dapat dilihat dari diselenggarakannya Forum Sosial Sedunia yang diadakan di Caracas antara tanggal 24 Januari sampai 29 Januari 2006, yang dihadiri oleh lebih dari 70. 000 orang dari berbagai negeri di dunia dan sekitar 5000 pekerja pers internasional dan media massa lainnya. Ribuan wakil atau delegasi LSM dari banyak negeri di dunia telah hadir dalam pertemuan besar ini.

Forum Sosial Sedunia di Caracas ini, yang merupakan Forum Sedunia yang ke-6, sebagai kelanjutan yang diadakan di Porto Allegre (Brasilia) dalam tahun 2001 dan yang terakhir di Bamako (Mali) telah menunjukkan corak politik anti-neo liberalisme dan anti-AS yang lebih menonjol dari pada yang sudah-sudah. Forum Sosial Sedunia di Caracas diliputi oleh suasana “kemenangan kiri” di benua Amerika Latin. Selama dilangsungkan Forum banyak dibicarakan orang tentang Kuba, Venezuela, Bolivia, Cili, Argentina, dan perkembangan di Peru atau Meksiko.

Menurut siaran kantor berita Reuters (30 Januari 2006) dalam Forum ini jugalah Hugo Chavez menganjurkan kepada aktivis-aktivis gerakan altermondialis untuk memikirkan pentingnya perebutan kekuasaan. “Hanya dengan merebut kekuasaan kita dapat memulai mengubah dunia”, ujar mantan perwira parasutis ini, yang sejak dipilih menjadi presiden dalam 1998 berusaha menciptakan di Venezuela “sosialisme abad ke-21”.

Ketika menerima para wakil organisasi-organisasi sosial dalam Forum, presiden Hugo Chavez mengatakan bahwa walaupun Forum Sosial merupakan bagian dari gerakan untuk menentang neo-liberalisme kita perlu mendampinginya dengan strategi untuk merebut kekuasaan politik. Dalam kaitan ini ia menyebutkan sebagai contoh pemilihan bulan yang lalu Evo Morales, seorang pemimpin gerakan tani dan pembela hak-hak masyarakat Indian, sebagai presiden Bolivia.

Dengan mengutip Ernesto “Che” Guevara yang dibunuh di Bolivia tahun 1967 ketika ia berusaha membentuk basis-basis gerilya, Hugo Chavez menyatakan harapannya akan munculnya satu, dua atau tiga Bolivia di Amerika Latin, untuk menentang politik neo-liberal dan juga “buas” dari Washington.

BUSH TERORIS PALING BESAR
Sikap anti-AS yang dimiliki Hugo Chavez sejak lama sebelum jadi presiden, kelihatan sekali selama Forum Sosial Sedunia d Caracas. Berkali-kali ia mengutuk imperialisme AS, dan mengatakan bahwa Bush adalah “teroris yang terbesar di dunia”.

Di depan para wakil organisasi-organisasi sosial yang datang dari berbagai negeri di dunia ini, Hugo Chavez menempatkan dirinya sebarisan dengan pahlawan nasional Simon Bolivar, yang menjadi sumber inspirasi bagi revolusi yang sedang berjalan di Venezuela dan negeri-negeri lainnya. Hugo Chavez mengatakan bahwa “orang-orang gila” seperti dirinya dan Fidel Castro akan menciptakan “integrasi Amerila Latin” dan mengajak Forum Sosial untuk menempuh jalan “sosialisme abad ke –21”.

Mengingat sikapnya yang terang-terangan makin keterlaluan anti-AS ini, banyak orang menduga bahwa Washington tidak akan membiarkan terus Hugo Chavez menjalankan politiknya untuk membentuk poros Kuba-Venezuela-Bolivia, atau untuk membantu munculnya satu, dua atau tiga Bolivia lainnya di Amerika Latin. Hal-hal yang tidak terduga masih bisa saja terjadi atas diri Hugo Chavez dan kekuasaannya, baik yang berupa aksi-aksi subversi, sabotase ekonomi atau diplomatik, atau bantuan gelap lainnya untuk terjadinya lagi kudeta dll dll.

Sebagai negara yang cukup kaya dengan sumber minyak setengah dari pendapatan negara Venezuela adalah dari minyak. Produksi minyak mentah tiap harinya sekitar 3 juta barrel dan 75% -nya diekspor. Pendapatan devisa dari hasil ekspor minyak berkisar antara 3 miliar dan 4 miliar dollar US setahunnya. Venezuela adalah eksportir minyak nomor 5 di dunia, dan 13% kebutuhan minyak AS tiap harinya.disupply oleh negaranya Hugo Chavez ini.

Jadi, jelaslah bahwa minyak merupakan urat nadi untuk negara dan rakyat Venezuela. Hal ini jugalah yang menyebabkan negara ini menjadi sorotan dan perebutan kepentingan berbagai fihak. Tetapi, presiden Hugo Chavez sudah menunjukkan selama ini bahwa Venezuela di samping menggunakan hasil kekayaan buminya untuk pembangunan “sosialisme Bolivar” bagi kesejahteraan dan kemajuan rakyatnya, juga untuk membantu negara-negara lain, seperti Kuba, Bolivia dan Argentina.

Dengan semangat ini pulalah maka Hugo Chavez memberikan dana yang besar untuk terselenggaranya Forum Sosial Sedunia di Caracas itu, yang merupakan forum ideal baginya untuk menyebarkan gagasannya tentang “sosialisme abad ke-21”, tentang perlunya gerakan-gerakan sosial di berbagai negeri ditingkatkan mengarah kepada perebutan kekuasaan seperti yang dilakukan oleh Evo Morales di Bolivia, tentang “Bush adalah teroris terbesar di dunia”.

Yang tersebut di atas adalah sekadar sekelumit hal-hal tentang Forum Sosial Sedunia, tentang Hugo Chavez, tentang “revolusi Bolivar”, tentang “sosialisme abad ke-21” , tentang Amerika Latin yang bergeser ke-kiri. Kiranya, bagi banyak orang di Indonesia (dan juga di luarnegeri!) ada baiknya untuk selanjutnya mengikuti - kadang-kadang atau sewaktu-waktu – perkembangan situasi di negeri-negeri Amerika Latin. Sekadar untuk bahan pengetahuan, atau untuk bahan renungan.

Memang, situasi dan persoalan-persoalan yang terdapat di Indonesia banyak yang berbeda dengan yang ada di Venezuela atau di negeri-negeri Amerika Latin lainnya. Di Indonesia, rejim militer Suharto sudah menjadikan imperialisme (AS, terutama) sebagai sekutunya dalam menghancurkan kekuataan politik Presiden Sukarno beserta pendukungnya yang utama ,yaitu Partai Komunis Indonesia. Berlainan dengan militer di bawah Hugo Chavez (dan nantinya mungkin militer di Peru di bawah Kolonel Ollanda Humala), militer Indonesia -terutama TNI-AD - dipaksa untuk mengambil posisi reaksioner yang anti-Sukarno dan anti-komunis.

Dalam hal-hal tertentu, tokoh besar dan “bapak revolusi” Amerika Latin, Simon Bolivar, ada persamaannya dengan Bung Karno, tokoh nasionalis kiri, yang pernah menjadi “bapak revolusi” bangsa Indonesia. Sayang sekali, bahwa tokoh besar bangsa Indonesia ini dikhianati oleh para pendiri dan pendukung Orde Baru.

Barangkali dari sudut inilah kita bisa melihat bahwa revolusi di Amerika Latin bisa akan memberikan dorongan yang penting untuk terjadinyua perubahan-perubahan penting di dunia nantinya. Slogan yang sudah mulai berkumandang di banyak negeri “L’autre monde est possible” (Another world is possible – Dunia yang lain adalah mungkin ) mulai makin terdengar lebih lantang dan lebih luas lagi !!!

Paris, 30 Januari 2006

(tulisan ini diambil dari milis indomarxist)

21/01/2006

Pegawai Negeri Venezuela Menerima Kenaikan Gaji

Pegawai Negeri Venezuela Menerima Kenaikan Gaji

Ditulis Oleh: Simone Baribeau Sabtu, 21 Januari 2006

Bagaimana Indonesia? [i]



Pengantar Penterjemah [ii]


Demonstrasi kaum buruh menuntut kenaikan upah—setelah beberapakali sebelumnya pun diawali dengan demonstrasi para guru (pegawai negeri) menuntut kenaikan gaji—merupakan refleksi politis terhadap tata perekonomian dan politik pemerintah SBY-Kalla yang sedang mengalami krisis. Konsep pengupahan dan ekonomi mikro perusahaan—adanya kenyataan bahwa para pengusaha khususnya menengah-kecil juga terkena dampak krisis ekonomi saat ini—harus segera dibongkar, hingga secara objektif—seharusnya—mengakibatkan pembongkaran kebijakan ekonomi makro secara keseluruhan.

Artikel berikut dimaksud untuk memancing diskursus jalan keluar atas persoalan upah. Yang bila lebih lanjut diperdalam—melalui bacaan-bacaan terkait—membimbing pembaca untuk menjawab pertanyaan sederhana berikut: "Model ekonomi seperti apa hingga bisa menjamin kenaikan upah, bahkan, dikala inflasi tinggi?" (zy)

Silahkan kunjungi
http://www.prd-online.or.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=115&Itemid=0

09/01/2006

Viva la revolucion!

Viva La Revolucion!

09 January 2006 (Al-Jazeera) via handsoffvenezuela mailinglist


George W Bush adalah teroris terbesar dunia dan jutaan penduduk Amerika menyokong prinsip-prinsip Presiden Venezuela Hugo Chavez, hal ini dikemukakan oleh Harry Belafonte, seorang penyanyi dan aktivis HAM

Belafonte memimpin delegasi Amerika yang bertemu dengan Presiden Chavez selama lebih dari enam jam pada hari Sabtu lalu (7 Januari 2006). Beberapa orang yang ada dalam rombongan adalah termasuk Dany Glover – aktor, dan Cornel West – Akademisi dari Universitas Princeton, menghadiri siaran televisi dan radio Presiden pada hari minggu.

“Tak peduli apa yang dikatakan oleh George Bush, seorang tiran sekaligus teroris terbesar didunia, kami disini untuk mengatakan kepada anda: Bukan ratusan, bukan ribuan, tapi jutaan rakyat Amerika...mendukung revolusi Venezuela,” Belafonte mengatakan hal tersebut pada saat siaran.

“Kami menghargai anda, menghormati anda dan kami menyatakan solidaritas penuh terhadap rakyat Venezuela and Revolusinya”

Anti Imperialisme

Chavez menuduh Bush mencoba menggulingkannya, menunjuk pada sebuah dokumen intelejen yang dikeluarkan oleh US yang mengindikasikan bahwa CIA mengetahui sebelumnya mengenai rencana kudeta (yang berlangsung singkat) tahun 2002. US menolak tuduhan tersebut, namun Chavez menyatakan bahwa venezuela mesti dijaga

“Kita mesti mengalahkan imperialisme untuk menyelamtkan diri kita – dan tidak hanya diri kita sendiri, namun juga menyelamatkan dunia” tandas Chavez. Dia menyebut Bush sebagai “Tuan Berbahaya”

Belafonte, sekarang berusia 78 dan terkenal untuk calypso-musik inspiratif, termasuk lagu the “Day-O”-nya yang amat populer (lagu kerja tradisional dari Jamaika untuk para pekerja pelabuhan yang mengangkut pisang ke kapal untuk diekspor:pentj) , dulu berkalobarasi dekat dengan Martin Luther King dan saat ini ia adalah Duta Besar Keliling UNICEF. Dia juga mengkritisi embargo Amerika terhadap Kuba

Revolusi Bolivarian

Menghadiri program “Halo presiden” yang disiarkan langsung dari pertanian kemitraan, sebelah barat daya Caracas, Belafonte mengatakan dia baru saja mengerti mengenai “Revolusi Bolivarian” Chavez, yang termasuk cakupan luas dari program sosial bagi rakyat miskin dan dinamai Simon Bolivar, pahlawan kemerdekaan Amerika Selatan.

Dia mengatakan bahwa Media Amerika telah menggambarkan Chavez seperti seorang ‘diktator”, padahal Venezuela adalah Demokrasi dan rakyat Venezuela “optimis dengan masa depan mereka”

Selama kunjungan para delegasi, mereka mengunjungi penjara dan bicara pada orang-orang di jalan – mendengarkan kritikan sekaligus pujian bagi pemerintahan. Untuk bisa mengkritik, kata Belafonte, “adalah kejujuran sesungguh-sungguhnya dari sebuah demokrasi”

Chavez memanggil Belafonte dengan sebutan “saudaraku” dan berkata bahwa dia amat percaya pada perjuangan untuk keadilan kaum kulit hitam di Amerika –utara dan selatan.

“meski kita mungkin tidak mempercayainya, diskriminasi terhadap kulit hitam disini masih terus berlangsung,” kata Chavez, mendesak pemerintah untuk bekerja dua kali lipat lebih keras untuk menghapuskannya
Belafonte menyarankan untuk membuat sebuah pertukaran pemuda antara rakyat Venezuela
dan rakyat Amerika untuk saling belajar satu sama lain. Dia mengakhri dengan berteriak: “Hidup REVOLUSI!”

Diterjemahkan oleh Ayala Zikhra

Sumber:
Handsoffvenezuela Milist
Mon, 9 Jan 2006 08:18:43 -0500 (EST)

12/12/2005

Kedaulatan Venezuela Mesti Dihormati

Kedaulatan Venezuela Mesti Dihormati

Venezuelan Analysis

Senin, 12 Desember 2005

By: Nadine Gordimer, Salim Lamrani, Noam Chomsky, Adolfo Pérez Esquivel and José Saramag


Semenjak Hugo Chavez menduduki jabatannya, serangan terhadap demokrasi Venezuela meningkat dengan bukti-bukti mencolok yang menunjukkan campur tangan Amerika.

Pada 11 April 2002, Presiden Chavez menjadi korban kudeta yang didukung oleh Amerika berkolaborasi dengan sektor anti demokrasi kelompok masyarakat Venezuela. Kurang dari 48 jam kemudian, junta pro kudeta ditolak dengan mobilisasi rakyat yang tiada lelah sehingga berhasil meminta kembalinya pemerintahan negara yang syah.

Para oposisi tentu saja tidak senang dengan kegagalan ini dan kemudian mencoba untuk memboikot industri minyak pada bulan Desember 2002 –yang fungsinya teramat vital bagi negara- sehingga menyebabkan kerusakan besar terhadap ekonomi Venezuela.

Pada bulan Agustus 2005, pada program yang rating-nya tinggi di US, Pendeta Ultra Konservatif Pat Robertson –yang amat dekat dengan para ideolog di White House- membuat seruan untuk membunuh pemimpin Venezuela Hugo Chavez tanpa kemudian mendapat masalah dengan hukum Amerika. Membunuh Hugo Chavez “akan menjadi lebih murah ketimbang memulai sebuah perang” Pat Robertson menyatakan.

Pada bulan September 2005, Presiden Hugo Chavez mengumumkan kepada pihak luas mengenai keberadaan beberapa rencana kekuatan militer Amerika untuk menginvasi Venezuela. Washington nampaknya tidak akan berhenti untuk menstigmatisasi pemimpin Venezuela seakan-akan ia adalah “sebuah kekuatan negatif” untuk keamanan benua Amerika

Pada bulan November 2005, Jose Luis Rodríguez Zapatero (presiden Spanyol) mendapatkan tekanan yang besar karena US tidak ingin Spanyol untuk menjual senjata kepada Venezuela. Dari hal tersebut Washington telah memperlihatkan penghinaan secara terang-terangan terhadap aturan-aturan diplomatik dan hubungan intenasional

Sepanjang enam tahun terakhir, oposisi Venezuela telah menderita tujuh kali kekalahan pemilu secara berurutan, belum lagi kampanye media yang diorganisir untuk melawan pemerintahan Chavez.

Menghadapi hal-hal demikian, para oposisi –yang telah kehilangan basis rakyat- memutuskan untuk memboikot pemilu parlemen dengan tujuan untuk melemahkan proses demokrasi. Kecurigaan jatuh terhadap US, yang dinilai menjadi penghasut upaya-upaya baru penciptaan ketidakstabilan ini

Oposisi Venezuela, – yang menerima dana dari Washington – menyangkal aturan pemilihan dan membuat demokrasi tersandera. Hal ini tak dapat diterima!

Kedaulatan rakyat Venezuela mesti dihormati karena masa depan bangsa tidak diputuskan di White House (Washington DC) namun di kotak-kotak suara Bolivarian!

(diterjemahkan oleh Ayala Zikhra 13 dec 05 10.05 am)

30/10/2005

Membangun Sosialisme di Venezuela

Interview dengan Marta Harnecker

Membangun Sosialisme di Venezuela
Rabu, 26 Oktober 2005


Oleh: Federico Fuentes - Green Left Weekly

Terakhir kalinya saya berbincang dengan penulis paling berpengaruh dalam Politik Amerika Latin Marta Harnecker adalah pada Pertemuan World Social Forum 2003, dimana kami berbincang mengenai “Perlawanan terpenting Anti Neoliberalisme didunia” yang berlangsung di Venezuela. Dua tahun kemudian, pada forum yang sama Presiden Venezuela Hugo Chavez untuk pertama kalinya di arena Internasional mengumumkan dukungannya bagi Sosialisme sebagai satu-satunya alternatif atas Kapitalisme

Harnecker saat ini tinggal di Venezuela, berusaha untuk menyokong pemerintahan semampu yang ia bisa termasuk bekerja sebagai penasihat Kementrian Partisipasi dan Pembangunan Sosial. Bertemu dengannya lagi, saya menanyakan pendapatnya mengenai komentar Chavez perihal keberadaan sosialisme sehubungan dengan perubahan yang terjadi di Venezuela dalam kurun waktu terakhir.

“Saya pikir anda dapat mengatakan bahwa tidak ada sesuatu hal baru yang terjadi setelah sosialisme dideklarasikan, karena deklarasi tidak lebih dari pemberian nama kepada banyak hal yang sudah terjadi dinegeri ini. Semua hal yang berlawanan dengan logika modal. Sebagai gantinya, hal-hal yang ada berdasar pada logika solidaritas kemanusiaan”

“Apa yang telah muncul dalam prakteknya membantu memperlihatkan kepada para pemimpin mengenai proses bahwa logika humanisme dan solidaritas yang mereka ajukan pada setiap tahapan akan bertentangan dengan logika kapital”

“Lihat Misi Sosial. Misi tersebut bukan misi sosialis, namun mereka hanya dapat dibayangkan dalam sebuah masyarakat yang ingin mengkonstruksi sesuatu yang berbeda dari kapitalisme karena mereka memperbolehkan setiap insan untuk berkembang, untuk menjadi subyek dalam proses ini dan menciptakan cara baru dalam memandang sebuah masyarakat”

Misi-misi Sosial –yang dimulai dengan Mission Barrio Adentro, perawatan kesehatan di perkampungan miskin Caracas- saat ini telah diperluas dengan bekerja sama dengan rakyat Venezuela yang secara tradisional berada diluar sistem pendikan melalui Mission Robinson (misi melek huruf), Mission Ribas (sekolah menengah) dan Mission Sucre (universitas). Misi lainnya telah dibentuk untuk mengatasi penderitaan masyarakat adat (Mission Guicapuro) dan perjuangan campesinos (petani) untuk tanah (Mission Zamora)

Harnecker menjelaskan bahwa “Salah satu misi terpenting adalah Mercal. Mercal adalah sesuatu hal yang berkebalikan dengan logika kapital. Merkal berupaya untuk memberi bahan pangan kepada rakyat dengan harga yang tidak ditentukan oleh hukum permintaan, tetapi lebih pada dibawah harga pasar” Produk-produk di outlet Merkal biasanya dijual dengan harga 40 persen dibawah harga pasar.

“Juga telah dicoba untuk mendirikan sebuah jaringan bagi produksi nasional dengan membeli melalui koperasi-koperasi. Satu dari problem koperasi adalah kompetisi yang mesti dihadapi dalam pasar kapital. Kompetisi ini diputus oleh pasar negara yang membeli produk bagi rakyat dan menawarkan kepada mereka dibawah harga pasar, dimana selama proses keseluruhan keuntungan bukanlah tujuan.


“Adalah menarik apabila kita melihat bagaimana gagasan Merkal berasal. Asalnya adalah dari kebutuhan akan kedaulatan pangan, yang muncul akibat dari pemogokan para bos di bulan Desember 2002” Harnecker mengatakan bahwa pemerintah pada saat itu melihat “betapa lemahnya pemerintah, semua bahan pangan berada dalam kekuasaan perusahaan privat sehingga perusahaan-perusahaan privat tersebut dapat mencekik proses melalui rasa lapar. Jadi pemerintah secara cepat melihat kebutuhan untuk memecahkan masalah ini.

Harnecker mencatat bahwa misi-misi tersebut “hanya mungkin dilakukan jika keluar dari tradisi (watak) warisan negara. Salah satu persoalan terbesar dari revolusi ini adalah aparat warisan negara dan kebiasaan-kebiasaan lama rakyat. Misi-misi sebagai salah satu jalan untuk melakukan sesuatu diluar negara dan memulai transformasi dari luar adalah sesuatu hal yang sangat sulit”

Demokrasi Partisipatoris

Bersamaan dengan upaya untuk mentransformasikan negara dan logika pasar kapital, revolusi Bolivarian telah berjuang untuk menggantikan yang disebut dengan Demokrasi Perwakilan yang telah ada selama 40 tahun sebelum pemilu 1998 yang memenangkan Chavez dan menggantikannya dengan demokrasi partisipatoris yang sesungguhnya dan demokrasi protagonis, dimana rakyat mulai merebut kuasa atas hidupnya, komunitasnya dan negaranya. Adalah dalam wilayah partisipasi rakyat, dimana Harnecker menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar dan mendorong pengalaman-pengalaman baru dan prakarsa yang coba untuk mentransfer kekuatan pengambilan keputusan oleh rakyat. Bagi Harnecker, “Venezuela adalah sebuah negara yang memberi warga negaranya seluruh peluang yang paling memungkinkan bagi orang-orang untuk berpartisipasi”

Kami mendiskusikan pengalaman pemerintahan komunitas di Carabobo. Disana, dikotamadya Libertador, walikota telah bekerja dalam divisi parroquias (jemaat) kebeberapa sektor, dimana pemerintahan komunitas didirikan untuk mendesentralisasikan tugas-tugas dan sumber daya, seperti pengumpulan sampah dan perawatan serta pembayaran persediaan listrik. Semua tugas ini diambil oleh seluruh komunitas dengan sumber daya berasal dari dewan kota.

Pemerintahan Chavez juga mendorong pembentukan komite komunitas untuk mengatasi problem kesehatan, pendidikan, olah raga dan isu lainnya bekerja erat dengan misi-misi. The Comites de Salud (komite kesehatan) adalah salah satu contoh. Mereka bekerja sama dengan dokter-dokter Kuba dalam Misi Barrion Adentro, membantu melaksanakan sensus komunitas dan mendukung orang-orang yang sakit untuk mengunjungi dokter lokal dimana masih banyak warga yang pada waktu dulu tidak mampu untuk mengunjunginya.

Harnecker menjelaskan: “Banyak sekali pengalaman berbeda dengan nama yang berbeda tapi dengan satu tujuan”. Bersama dengan Mentri Partisipasi Rakyat dan Pengembangan Sosial, Harnecker bekerja untuk mendorong pembuatan dewan-dewan komunal. “Salah satu masalah yang kami hadapi disini adalah bahwa konstitusi baru telah menciptakan kondisi terbaik bagi bentuk partisipasi rakyat dengan rakyat sebagai pelaku utama, namun ide-ide tersebut tidak serta merta terimplementasi dengan baik.

Harnecker menyebutkan contoh Dewan Lokal Perencanaan Publik (CLPP’s) yang ada dalam konstitusi dan dikodifikasi dalam kebijakan hukum. CLPP ini bertujuan untuk membentuk sebuah dewan yang melibatkan walikota, anggota dewan kota yang terpilih, Ketua-ketua Juntas Parraquiales dan pimpinan-pimpinan komunitas yang terpilih dalam majelis warga. Idenya adalah bahwa komunitas akan mendapatkan 50% plus satu keanggotaan dari badan ini dan akan membantu untuk menentukan kemana sejumlah porsi tertentu dari budget dialokasikan. Dalam realitasnya ada banyak masalah untuk menerapkan ini dilapangan.

“Sebagai contoh”, lanjut Harnecker, “bagaimana kamu secara demokratis memilih perwakilan dari komunitas dalam sebuah majelis warga saat kita bicara mengenai wilayah geografis yang dihuni oleh ribuan atau sepuluh ribu rakyat? Tatkala masyarakat grassroot tidak terorganisir maka akan sangat sulit untuk orang-orang yang menyusun CLPP sebagai sebuah ekspresi rakyat agar sungguh-sungguh menjadi terwakili.

“Oleh sebab itu mengapa sungguh penting untuk membentuk dewan komunal dalam komunitas kecil yang terdiri dari 200-600 keluarga di wilayah urban dan jumlah yang lebih kecil lagi di wilayah rural. Juru bicara dewan-dewan ini harus merupakan perwakilan dari komunitas tersebut dalam CLPP. Para dewan harus membantu untuk memecahkan masalah pembubaran organisasi-organisasi yang ada dalam komunitas. Terdapat banyak organisasi-organisasi rakyat yang fokus pada sektornya sendiri-sendiri”.

Harnecker menjelaskan bahwa apa yang mereka usulkan dengan dewan komunal adalah “komunitas menempatkan sebuah organisasi atau ruang yang mengartikulasikan kebutuhan keseluruhan organisasi yang ada dalam komunitas dan membiarkan elaborasi dari rencana tunggal bagi komunitas termasuk kesehatan, pendidikan dan semuanya namun tetap dalam sebuah rencana tunggal saja”

Kepemimpinan

Melalui peningkatan partisipasi politik, Harnecker menjelaskan bahwa hal ini “akan membantu mengkonsolidasikan proses ditingkat akar rumput, majukan dan luaskan proses itu, menciptakan kekuatan yang lebih banyak yang akan membantu prosesnya.” Memfasilitasi partisipasi rakyat juga akan membantu menciptakan generasi baru para pemimpin karena “itu adalah dimana orang-orang akan memiliki hal-hal untuk diperbuat dan akan membuat mereka untuk memperlihatkan dalam praktek bahwa mereka mampu untuk memimpin prosesnya. Karena inilah mengapa saya bergairah dalam bekerja dengan konstruksi partisipasi rakyat di level akar rumput dengan gagasan dewan-dewan komunal, karena orang-orang ini dipilih berdasarkan kepemimpinan yang mereka perlihatkan dalam aktivitas sehari-hari”.

Ini adalah juga bagaimana Harnecker memandang bahwa proses peningkatan partisipasi politik rakyat Venezuela akan dapat mengatasi satu dari kelemahan terbesar –kekurangan akan instrumen politik. “Partai-partai yang berbeda dan kepemimpinan berbeda belum mampu mengintegrasikan dalam jalan yang riil, mereka terlampau khawatir mengenai kepentingan kelompok mereka sendiri dan ada masalah besar dalam MVR (Partainya Chavez, the Movement for a Fifth Republic), yang mencoba untuk memaksakan hegemoninya. MVR adalah partai ‘mayoritas’ yang tidak terlampau murah hati. Masalah tidak terlampau banyak dipucuk pimpinan yang memahami pentingnya memberi dan menciptakan ruang bagi sekutu mereka, namun karena banyak kelompok dalam MVR mereka mesti merespon setiap permintaan dari tiap kelompok dan dari situlah masalah muncul.

“Sesaat setelah referendum tampaknya UBEs (units for electoral battle), bentuk organisasi paling brilyan akan memperkenankan Chavez untuk memecahkan persoalan hubungan dengan rakyat dan bagaimana mengorganisasikan mereka. Pada saat itulah, FRONT POLITIK mungkin dapat diciptakan dari UBEs dimana orang-orang yang terlibat adalah orang yang benar-benar bekerja di akar rumput dengan perwakilan-perwakilan dari partai namun mayoritas datangnya justru dari orang-orang yang berasal dari grassroots. Sayangnya kondisi (sesungguhnya) tidak seperti itu, khususnya dari apa yang telah diberitahu kesaya mengenai diskusi-diskusi dalam MVR untuk menerima gagasan tersebut.

Harnecker memercayai bahwa “kecuali satu kejadian penting terjadi yang memaksa kekuatan (partai-partai tersebut) untuk menempatkan "kepentingan proses" diatas kepentingan-kepentingan lainnya... kedepan saya melihat prosesnya akan memakan waktu lebih lama untuk mengkonstruksi pemimpin-pemimpin, menumbuhkan para pemimpin melalui partisipasi rakyat. Dalam enam tahun, saya percaya bahwa kita akan memiliki sebuah generasi pemimpin yang akan membuat (baca:memaksa) mereka sendiri melewati proses partisipasi politik ini”

Saat ditanya apakah Revolusi Venezuela memiliki enam tahun untuk menyelesaikan permasalahan, Harnecker menjawab: “Apa yang Chavez lakukan adalah melihat pada mekanisme untuk mengganti defisiensi. Ia adalah konduktor yang paling jelas dari proses ini, proses ini bergantung banyak pada Chavez dan itulah kenapa ancaman pembunuhan adalah nyata. Bagaimanapun, dengan konduktor tersebut, dengan pedagogi rakyat dan dengan sebuah proses yang menghasilkan kesempatan bagi rakyat untuk berpartisipasi dan tumbuh, masalah-masalah ini dapat diatasi. Ini bukanlah proses dimana rakyat menunggu pemimpin untuk memberikan kado, ini adalah sebuah proses dimana rakyat sedang terbangun, sedang menegaskan diri mereka sendiri, sedang tumbuh berkembang sebagai masyarakat dan sedang membentuk diri mereka sendiri melalui misi-misi, melalui Alo Presidente (TV Program mingguan Chavez) dan melalui partisipasi sehari-hari.

Diterjemahkan oleh Ayala Zikhra

(diambil dari milis indomarxist)