27/02/2009

Heboh: Chavez-Venezuela “Ingin Berkuasa Seumur Hidup!”

Zely Ariane*

Lihat juga PIKIRAN RAKYAT

Basis bagi… demokrasi adalah hak rakyat untuk memilih. Meski bertujuan baik... peraturan pembatasan periode jabatan memaksa hak tersebut dibatasi, oleh karenanya, sejak awal, halaman ini menolak pembatasan periode jabatan… karena tidak demokratik; dengan tanpa alasan, mengingkari kemampuan pemilih untuk memilih antara politisi yang baik dan busuk.
(New York Times, ketika mendukung perpanjangan kekuasaan Michael Bloomberg, Gubernur New York City)

Obsesi pembatasan periode, sebagai budaya politik, adalah fenomena baru di AS, terjadi sebagian besar di era 1990-an sebagai populisme sinis kaum Republikan melawan korupsi [Maher:2009]. Namun, Barrack Obama justru menyatakan tidak setuju terhadap pembatasan periode, karena satu-satunya bentuk pembatasan adalah pemilu itu sendiri.

Di Inggris, Toni Blair berkuasa selama 10 tahun dan Margaret Thatcher 11 tahun; di AS, Franklin D. Roosevelt berkuasa 12 tahun—dan bisa berlanjut 16 tahun jika tidak wafat. Tidak pun ada batasan periode bagi para senator dan wakil kongres di AS.

Namun demikian, tak seperti dukungannya terhadap Gubernur Bloomberg, harian New York Times (NYT) justru bernafas lega ketika pemilih Venezuela memilih TIDAK pada Referendum tahun 2007—yang antara lain bertujuan menghapuskan pembatasan periode Presiden. Namun, sebaliknya, NYT justru mendukung rencana perpanjangan periode kekuasaan oleh Presiden Colombia, Alvaro Uribe, untuk kedua kalinya, melalui mekanisme pemilihan legislatif.

Kontroversi Pemberitaan

Sementara Chavez mengupayakan penghapusan periode jabatan melalui Referendum atau Plebisit—sebuah mekanisme demokrasi langsung yang paling demokratik—Uribe memperpanjangnya melalui mekanisme pemilihan legislatif. Namun, dengan berbagai muslihat, media AS selalu mencela upaya Chavez, dan memuji upaya Uribe; mengutuk referendum Venezuela, dan mendorong keputusan legislatif Colombia. Para pembaca akan segera tahu keberpihakan sebuah media cetak di AS, ketika di dalam sebuah editorial, Chavez, disebutkan dengan hanya nama depannya “Hugo”, sementara Uribe dengan sebutan “Mr.”

Selama tiga bulan terakhir, berbagai editorial dan liputan media cetak AS terhadap Colombia dan Venezuela berkebalikan dari kenyataannya. Menurut analisa media yang dilakukan oleh George Cicariello-Maher, seorang kandidat Ph.D dari Universitas California, Barkeley, kesimpulan liputan media terkait isu ini adalah: Chávez harus minggat karena dia jahat; Uribe harus bertahan karena dia luar biasa.

Menurut Steve Rendall—seorang analis senior FAIR (Fairness and Accuracy in Reporting), sebuah lembaga penelitian media—di dalam fasilitas database suratkabar AS, Nexis, pencarian terhadap “Álvaro Uribe” dan “term limits” memunculkan 60 artikel, sementara pencarian yang sama terhadap “Hugo Chavez” memunculkan 1003 artikel. Sebanyak 286 artikel menyebutkan Chávez dan “president for life (presiden seumur hidup),” sementara hanya 29 artikel menyebutkan Uribe.

Pada tanggal 19 Desember, Washington Post menuduh Hugo Chavez “otoriter” yang akan menggunakan “kekerasan atau penipuan” untuk memenangkan referendum. Referendum dituduh sebagai sebuah mekanisme yang “dengan korup akan menghantarkan Chavez ke tampuk kekuasaan” di sebuah negeri dimana pemilihan umum “tak lagi bebas dan adil”. Editorial tersebut mengabaikan kenyataan bahwa pada tanggal 18 Desember, mayoritas anggota parlemen Venezuela telah setuju menyelenggarakan sebuah referendum, setelah menerima 4,5 juta tanda tangan rakyat yang mendukung amandemen konstitusional. Sebanyak 130 pengawas independen pemilu dari seluruh dunia menyatakan bahwa pemilihan kepala daerah November 2008 adil, kredibel, dan transparan.

Terhadap Referendum tanggal 15 Februari lalu, delegasi Pemantau pemilu Brazil, Max Altman, menyatakan bahwa sistem eletoral Venezuela sangat akurat dan aman. Sementara Manolis Glezox, pemantau pemilu dari Yunani, menyatakan bahwa tuduhan oleh para pemimpin oposisi anti Chavez/anti amandemen, terkait lembaga-lembaga pemerintah yang memihak kampanye pro-amandemen, tidak terbukti. Mereka yang tidak mendukung amandemen memiliki kesempatan untuk mengkampanyekan posisinya dalam cara-cara yang demokratik, baik di berbagai suratkabar dan media visual. Menurutnya, situasi ini tidak menunjukkan adanya “kediktatoran” di Venezuela.

Makna Kemenangan Referendum

Tanda tangan mendukung penyelenggaraan referendum dilakukan oleh Partai Sosialis Venezuela (PSUV) diberbagai jalan negeri itu, dalam waktu satu minggu. Hal ini menyangkal bahwa Chavez sekadar menggunakan “otoritas” presidensialnya untuk mendorong amandemen itu. Demikian pula kekalahan amandemen dalam referendum tahun 2007, melambangkan bahwa Chavez tak “sanggup” menggunakan “otoritas” presidensialnya untuk memenangkan referendum.

Sebesar 70%, atau 11,76 juta orang, dari 16,8 juta pemilih terdaftar, menggunakan hak pilihnya pada referendum 15 Februari lalu. Dewan Pemilihan Umum Nasional mengumumkan bahwa, pemilih yang menyatakan “YA” terhadap amandemen konstitusi sebesar 54,4% atau 6.397.440, atau selisih 1.034.880 juta suara dengan yang menyatakan “TIDAK”.

Kemenangan ini menunjukkan bahwa rakyat memang menghendaki Chavez mencalonkan diri kembali sebagai Presiden (tak hanya dibatasi dua priode—Chavez sudah berkuasa selama dua periode sampai awal 2013) pada periode enam tahun mendatang (2013-2019). Hal itu berbeda dengan tuduhan bahwa Chavez ingin berkuasa “seumur hidup”. Melalui mekanisme partisipasi langsung rakyat lewat referendum, tidak ada satupun kekuasaan dan kebijakan negara yang tidak bisa dijatuhkan rakyat. Artinya, terus berkuasa atau tidaknya Chavez, sangat bergantung pada dukungan suara dan tanda tangan rakyat dalam mekanisme referendum tersebut.

Namun, kampanye menjatuhkan Chavez melalui isu-isu “anti demokrasi” terus berlangsung bertahun-tahun oleh korporat media dan pemerintah AS, hanya karena kehendak Chavez, dan rakyat yang mendukungnya, bertentangan dengan kepentingan kapitalisme AS. Memilih Chavez, artinya rakyat memilih untuk melanjutkan revolusi sosialis, sebuah revolusi yang sangat ditakuti kapitalisme.

Revolusi tersebut sudah menyediakan syarat-syarat kemajuan bagi rakyat Venezuela. Akses kebutuhan darurat dan pengembangan tenaga produktif, seperti: kesehatan dan pendidikan dasar hingga lanjutan yang gratis-berkualitas, akses perumahan murah dan sehat, lapangan pekerjaan, komputerisasi tingkat sekolah dasar, pembangunan industri dasar dan kebutuhan pokok, dst. Transfer kekuasaan ekonomi dan politik ketangan rakyat: nasionalisasi dan kontrol pabrik di tangan dewan-dewan buruh, pendirian lebih dari 19.000 dewan-dewan perencanaan komunitas, mekanisme referendum, dst.

Apakah ada alasan lain bagi rakyat untuk tidak mendukungnya?***

* Koordinator Komite Solidaritas untuk Alternatif Amerika Latin (SERIAL); Juru Bicara KPRM-PRD.

11/02/2009

Strategi Antisipasi Lindungi Venezuela dari Krisis Keuangan Global

27 Januari, 2009, Bolivarian News Agency (ABN)

Serangkaian tindakan telah diambil sejak sepuluh tahun lalu, meliputi aliansi-aliansi ekonomi baru, berbagai kebijakan diversifikasi energi, sistem finansial negara yang stabil dan Program-program Unifikasi Amerika Latin, yang saat ini menjadi lapisan pelindung negeri dari putaran-putaran konsekuensi yang diakibatkan oleh kapitalisme.

Sebagaimana dirangkum dalam laporan Kementerian Kekuasaan Rakyat tentang Ekonomi dan Keuangan—rencana (yang di dalamnya) mengidentifikasi langkah-langkah paling penting yang dijalankan hingga saat ini, serta kepastian Cadangan Devisa Venezuela yang diletakkan sebagai salah satu pencapaian paling utama.

Hingga Kamis, 22 Januari lalu, Cadangan Devisa mencapai 29.4 milyar dolar, setelah surplus dari cadangan tersebut ditransfer sekitar 12 milyar dolar ke Dana Pembangunan Nasional (Fonden, Singkatan Spanyol). Transfer tersebut telah disalah-artikan oleh pihak oposisi sebagai kemerosotan cadangan devisa namun, sebenarnya, adalah bagian dari strategi yang dirancang pada tahun 2005. Jauh dari kebangkrutan negara, seperti yang dituduhkan secara tidak bertanggungjawab oleh oposisi, transfer tersebut ditujukan untuk menginvestasikan surplus devisa ke dalam proyek-proyek sosial, utamanya di sector sektor pendidikan dan k,esehatan.

Pada bulan Oktober, 2005, tabungan internasional dipindahkan dari bank-bank AS, tempat uang selama ini didepositokan, untuk disimpan sebesar 60% di Basel, Switzerland; 30% disimpan dalam bentuk emas; dan hanya 10% disimpan di bank-bank lainnya yang diawasi terus menerus oleh Bank Sentral Venezuela (BCV, Singkatan Spayol).

Jika cadangan devisa internasional terus menerus disimpan di bank-bank AS, negeri terswebut kemungkinan sudah kehilangan sejumlah besar uangnya.

Itu hanyalah salah satu dari sekian banyak cara melindungi negeri dari Krisis Keuangan Global. Masih banyak cara lainnya.

Aliansi-aliansi Strategis

Dalam ikatan ekonomi-politik yang membebaskan Venezuela dari penindasan mekanisme-mekanisme keuangan kapitalis (IMF, WTO, dan Bank Dunia), Presiden Chávez dan pemerintahannya telah merancang sebuah kelompok aliansi-aliansi strategis bersama (negeri-negeri) yang ekonominya sedang berkembang maju, seperti Brazil, Rusia, India, China, Iran dan Belarusia.

Aliansi-aliansi semacam itu telah mulai memanen dukungan penting. Bersama Cina, contohnya, Venezuela telah membentuk sebuah dana investasi bersama (joint investment fund) sebesar 6 milyar dolar (4 milyar dolar, Cina; 2 milyar dolar , Venezuela), yang baru-baru ini diperbarui.

Dana tersebut, seperti terbaca dalam dokumennya, bertujuan untuk “menyokong proyek-proyek pembangunan ekonomi-sosial di Venezuela berbasiskan suatu model kerjasama sosialis yang produktif. Proyek tersebut akan menyokong sektor-sektor antara lain seperti infrastruktur, pertanian, energi, pertambangan dan kimia-minyak”.

Bersama kunjungan Presiden Chávez ke Rusia pada bulan September, 2008, suatu proyek yang disebut Bi-National Bank (antara Rusia dan Venezuela), dengan tujuan-tujuan yang serupa, diteguhkan kesepakatannya. Seiring dengan itu, proyek-proyek dan rencana baru dengan sekutu-sekutu yang lain juga dikembangkan.

Mendiversifikasi Ekspor

Venezuela, yang bertujuan untuk mengalahkan politik-politik poros tunggal (mono-polar), juga mencari jalan keluarnya melalui aspek-aspek ekonomi. Oleh karena itu, Venezuela telah memutuskan mendiversifikasi tujuan ekspor hidrokarbon (Minyak, Gas, produk-produk Kimia-minyak), di luar tipikal pasar AS.

Terkait dengan hal tersebut, inisiatif-inisiatif pelokasian minyak di negeri-negeri Karibia telah dikonsolidasikan bersama dengan Petrocaribe (didirikan pada bulan Juni, 2005, dan meluas ke dua negeri Amerika-Tengah: Guatemala dan Honduras).

Juga, Cina menjual minyak sebesar 350,000 bpd dengan ekspektasi peningkatan menjadi 500,000 bpd pada periode jangka pendek ke depan.

Lebih jauh lagi, terdapat sebuah aliansi dengan Gazpron Lukoil, perusahaan minyak negara milik Rusia, dan persetujuan dengan Portugal baru-baru ini untuk menyediakan 2 juta meter kubik gas setiap tahun dan pelokasian minyaknya sebesar 30,000 bpd.

Juga, persetujuan eksploitasi bersama atas blok-blok tertentu di Sabuk Minyak Orinoco (Orinoco Petroleum Belt) telah disetujui oleh sepuluh negeri. Hal tersebut menjamin tujuan baru bagi minyak mentah nasional.

Penegakan Penyelenggaraan Negara

Kebijakan pemerintah dalam menjamin sistem keuangan yang lebih sehat sedang dikembangkan, berkoordinasi dengan Kementerian Kekuasaan Rakyat atas Ekonomi dan Keuangan serta BCV, dalam sektor-sektor seperti perpajakan, perbankan dan moneter.

Terhadap persoalan perpajakan, sejak tahun 2004, proses perbaikan Layanan Nasional Terpadu atas Pengaturan Pajak dan Cukai (SENIAT, Singkatan Spanyol) telah berkembang. Hasilnya, peningakatan eksponensial para pembayar pajak yang bahkan melampaui kontribusi minyak.

Terhadap perbankan, Superintendence of Banks (Sudaban, Singkatan Spayol) mengadopsi serangkaian resolusi untuk meregulasi system keuangan privat/swasta dengan sistem bank internasional dalam memanajemeni beragam instrumen keuangan dan aset institusi-institusi tersebut.

Terkait hal tersebut, bank-bank swasta dituntut untuk menyediakan dana jaminan guna menyokong aset-aset Venezuela yang ada di bank-bank AS yang bangkrut: Lehman Brothers dan Merril Lynch.

Seperti dilaporkan oleh Kementerian, kewajiban untuk menjual surat kepemilikannya (titles), dan langkah-langkah lainnya, menempatkan sistem keuangan Venezuela dalam cadangan yang bagus.

Manajemen hutang

Seiring strategi negeri ini dalam mempersiapkan diri menghadapi krisis kapitalis saat ini, dokumen laporan tersebut menunjukkan kaitan “terhadap kesuksesan Republik memanajemeni hutang (liabilitas)”. Wujud liabilitas tersebut terdiri dari oleh surat-surat kepemilikan, surat-surat utang dan kewajiban-kewajiban moneter yang diminta.

Administrasi yang tepat/cukup terhadap nilai-nilai tersebut, seperti surat utang Brady, telah mengizinkan negeri ini, pada momen-momen tertentu, meningkatkan atau mengurangi aliran dana sesuai dengan situasi.

Terkait hal tersebut, teks dokumen tersebut menambahkan “Venezuela pertama kali memasuki pasar kapital internasional pada tahun 2001, dan masuk ke pasar dolar untuk pertama kalinya pada tahun 1998.”

Lebih jauh lagi, negeri tersebut telah membayar utang-utangnya kepada IMF dan Bank Dunia.

Struktur-struktur Ekonomi Baru

Bersama keinginan untuk mengembangkan sebuah prospek ekonomi internasional baru maka, bulan Desember tahun 2007, sebuah proposal baru dari Presiden Chavez terwujud: pembentukan Banco del Sur (Bank Selatan), bertujuan sebagai otot keuangan bagi integrasi regional, dengan kapital sebesar 20 milyar dolar.

Juga, di tahun 2008, BANK ALBA dibentuk bersamaan dengan integrasi dan konsolidasi mekanisme konsultasi UNASUR.

Komisi Administratif Mata Uang (CADIVI)

Setelah kudeta April, 2002, dan sabotase Minyak pada Desember,2002-Januari 2003, pada 5 Februari, 2003, “melalui suatu persetujuan antara Eksekutif Nasional dan BCV, Rezim Pembatasan Konvertabilitas/Penukaran Mata Uang Bebas (Restriction Regime to the Currency Free Convertibility) diadopsi untuk menghindari laju pengurangan cadangan devisa dan devaluasi (mata uang) Bolivar, sebagai dampak dari sabotase minyak oleh oposisi terhadap PDVSA serta kekeringan capital”.

CADIVI kemudian dibentuk sebagai alat administratif pasar pertukaran nasional yang lebih efisien dan transparan.

Dampak dari kontrol pasar pertukaran mata uang yang dijalankan CADIVI, Venezuela mencapai level bersejarah dalam cadangan devisanya.

Lebih jauh lagi, sektor-sektor produksi memiliki jaminan untuk mendapatkan alokasi terhadap uang yang mereka butuhkan dalam menjalankan produksinya.

Sistem Keuangan Negara

Sejak tahun 1999, Pemerintah Bolivarian telah memikirkan untuk mengonsolidasikan sistem keuangan negara secara strategis dalam rangka menguatkan kedaulatan ekonominya.

Dalam hal itu, pada 25 Oktober, 1999, di bawah dekrit No. 411, sebuah UU yang mengatur Sistem Keuangan Negara disetujui. Instrumen ini mendukung integrasi sistem perbankan negara dalam sebuah sistem yang unik, koheren, dan efisien, memperkuat kapasitas pelayanan teknis dan keuangannya.

Segera, BCV akan mengambil bagian dalam sistem tersebut, dipadukan oleh Bank Industrial Venezuela (BIV), Banfoandes, Bandes, Bank Pertanian Venezuela (BAV), Bank Keuangan, Bank Rakyat Berdaulat dan Bank Perempuan.

Dana Pembangunan Nasional (FONDEN)

Suatu langkah penting strategis menuju kedaulatan ekonomi adalah pendirian Dana Pembangunan Nasional (FONDEN), didirikan pada bulan September tahun, 2005, yang berfungsi untuk mengatur pendapatan dari surplus minyak yang, sejak dulu, merupakan basis penting bagi penentuan cadangan mata uang asing negeri ini.

Institusi tersebut antara lain mensponsori pertanian, kesehatan, infrastruktur, pendidikan tinggi dan proyek perumahan, yang merupakan sebagian dari cara bagaimana investasi sosial—berkisar 60% dari keseluruhan pengeluaran anggaran Investasi Pemerintah—dapat diwujudkan.

Bersama transfer cadangan surplus devisa, mekanisme tersebut menyebabkan Venezuela tidak mengemis jalan keluar pada Institusi semacam IMF.

Sebagai kesimpulan, itulah seperangkat tindakan dan keputusan yang telah diadopsi guna membawa Venezuela menuju jalan kedaulatan ekonomi dan pembangunan sosial.

Venezuela tak akan menghentikan kemajuan ekonominya

January 27, 2009

Presiden Venezuela, Hugo Chávez, mengatakan pada hari Senin, 26 Januari, bahwa ia tak peduli berapapun harga minyak—yang terus menerus turun—ia tak akan menghentikan kemajuan sosialnya atau pun proyek-proyek yang sudah mulai berkembang.

Inilah pemerintah yang paham dengan baik apa yang sedang dikerjakannya,” menurut kepala Negara Venezuela itu di istana kepresidenan Miraflores selama pertemuan dewan meneteri, yang disiarkan oleh TV milik pemerintah Venezolana de Televisión dalam program perbincangan (talk show) Dando y Dando.

Ia menekankan tentang berkah dari upaya-upaya yang diterapkan di negerinya sejak 2008, yang memperhitungkan sumberdaya alam yang diperlukan bagi Proyek Nasional Simón Bolívar.

Ia mengatakan bahwa seandainya mereka tidak membuat keputusan yang benar misalnya mengenai pengawasan pertukaran/perdagangan dan modifikasi terhadap hukum Bank Sentral Venezuela (BCV)—yang mengharuskan PDSVA (perusahaan minyak negara—pentj.) mentransfer semua pendapatannya kepada BCV—maka realitas kemajuan tersebut tak mungkin terwujud.

Ia menjelaskan bahwa sekarang telah memiliki 99% kebebasan politik ketimbang tahun 1999, saat dimulainya revolusi Bolivarian.

Presiden Chávez juga mengatakan bahwa dia akan mempertahankan kebijakan enerji nasional dan ia akan mengatasi kejatuhan mendadak harga minyak, yang pada satu dekade yang lalu harganya $10 per barrel.

Ia kemudian mengumumkan persetujuannya untuk mengucurkan dana sebesar US$ 116.3 juta untuk melengkapi pembelian tahap pertama bahan makanan strategis (sembako) demi mengamankan cadangan Negara.

Kami akan melengkapai cadangan bahan makanan selama 3 bulan, dan kami akan meningkatkannya menajdi 6 bulan. Cadangan devisa yang kita miliki sekarang memberikan jaminan pada kita untuk mempertahankan impor selama setahun.

(Bolivarian News Agency)

14/01/2009

KTT Arab-Amerika Selatan: Jauh Melampaui Sikap-sikap OKI

09/05/2005 06:50 - KTT Arab-Amerika Selatan
Buat Pertama Kali, Pemimpin Arab-Amerika Selatan Bertemu

Liputan6.com, Brasilia: Para pemimpin negara Amerika Selatan dan Arab mengadakan pertemuan tingkat tinggi untuk pertama kalinya di Kota Brasilia, Brasil, Ahad (8/5). Pertemuan itu dimaksudkan untuk menyatukan pandangan negara-negara berkembang dalam menghadapi globalisasi.

Rencananya, pertemuan antara negara-negara Amerika Selatan dan Liga Arab ini secara resmi dibuka besok. Pertemuan akan dihadiri 34 pemimpin negara dan 22 di antaranya dari wilayah Afrika Utara dan Timur Tengah. Dalam konferensi yang dipimpin Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva ini di antaranya akan dihadiri Presiden Venezuela Hugo Chavez, Presiden Palestina Mahmud Abbas serta Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika.

Da Silva menyatakan, konferensi ini dimaksudkan untuk menyatukan pandangan negara-negara berkembang di wilayah Amerika Selatan dan Timur Tengah. Isu yang akan dibahas di antaranya soal reformasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan peniadaan subsidi pertanian untuk negara-negara maju. Selain itu, penyelenggaraan konferensi juga sebagai pembuka jalan menuju negosiasi kesepakatan perdagangan bebas antara dua wilayah tersebut. Rencananya, hari ini, diadakan pertemuan tingkat menteri yang dilanjutkan dengan konferensi tingkat tinggi selama dua hari.

Sementara itu, keinginan Amerika Serikat untuk hadir sebagai pengamat ditolak pemerintah Brasil. Penolakan ini membuat sejumlah negara sekutu AS seperti Mesir dan Arab Saudi membatalkan kehadiran mereka. Kendati begitu, pemerintah Brasil menegaskan, langkah ini bukanlah suatu tantangan kepada Uncle Sam.(YYT/Yes)

11.05.05 07:45
Konferensi Amerika Selatan-Arab Resmi Dibuka

Liputan6.com, Brasilia: Konferensi Tingkat Tinggi antarnegara Amerika Selatan dan Arab secara resmi dibuka di Brasilia, Brasil, Selasa (10/5). Dalam pidatonya, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengatakan, pertemuan ini mengupayakan agar aspirasi negara-negara berkembang tersalurkan di lembaga-lembaga internasional. Pertemuan yang digelar pertama kalinya ini bertujuan membangun kerja sama membendung dominasi Amerika Serikat di dunia.

Para pemimpin Amerika Selatan dan Arab juga menyinggung masalah pendudukan Palestina oleh Israel. Mereka mendesak Israel membongkar permukiman Yahudi yang berada di wilayah Palestina. Sedangkan mengenai masalah Irak, kedua kawasan sepakat untuk mendukung persatuan, kedaulatan, dan kemerdekaan Irak tanpa campur tangan di urusan dalam negeri Irak.

Kendati berjalan lancar, pertemuan diwarnai unjuk rasa. Para demonstran menentang perlakuan diskriminatif terhadap kaum perempuan di negara-negara Arab. Aksi ini membuat pengamanan di Brasilia diperketat. Sebanyak 9.000 personel keamanan disiagakan untuk menjaga jalannya konferensi antara negara-negara Amerika Latin dan Arab ini.

Sedianya, pertemuan dihadiri 34 pemimpin negara dan 22 di antaranya dari wilayah Afrika Utara dan Timur Tengah. Mereka yang hadir antara lain Presiden Venezuela Hugo Chavez, Presiden Palestina Mahmud Abbas serta Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika [baca: Buat Pertama Kali, Pemimpin Arab-Amerika Selatan Bertemu].(TNA/Ijx)

Pemimpin Arab Memalukan, Chavez "Pahlawan" Palestina


Eramuslim, Selasa, 13/01/2009 09:58 WIB

Sebuah ironi memang jika rakyat Palestina justru lebih menganggap pemimpin dari luar negara Muslim sebagai tokoh pahlawan mereka. Rakyat Palestina kini lebih bangga dengan Presiden Venezuela, Hugo Chavez yang lebih menunjukkan solidaritasnya yang tinggi terhadap bangsa Palestina, ketimbang pimpinan negara-negara Arab yang selama puluhan tahun mengabaikan dan mengkhianati bangsa Palestina.

"Dia (Chavez) adalah simbol perjuangan untuk kemerdekaan seperti Che Guevara. Itulah yang membedakannya dari pemimpin dunia lainnya," puji anggota parlemen Palestina Mohammad al-Lahham.

Wajar saja kalau rakyat Palestina memuji Chavez. Begitu melihat agresi brutal Israel di Jalur Gaza, Chavez langsung mengusir dubes Israel di Caracas. Satu hal yang tidak dilakukan pemimpin dunia lainnya, termasuk pemimpin negara Mesir dan Yordania, dua negara Arab yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.

Venezuela juga mengirimkan bantuan kemanusiaan dengan menggunakan pesawat terbang sendiri untuk membantu warga Gaza yang kekurangan makanan dan obat-obatan akibat blokade Israel.

Chavez dengan keras mengecam dunia internasional yang dianggapnya tidak banyak berbuat sesuatu untuk menghentikan "holocaust" yang dilakukan Israel di Jalur Gaza dan menyebut Israel sebagai "tangan pembunuh" AS di Palestina.

Sejak Chavez mengusir dubes Israel, Chavez menuai pujian dari komunitas Muslim dan Arab. "Semua orang di sini (Palestina) kenal siapa dia (Chavez)," kata walikota Al-Masar di Betlehem, Tepi Barat, Mahmud Zwahreh.

Menurutnya, banyak warga Palestina yang minta foto Chavez untuk dibawa dalam aksi-aksi unjuk rasa menentang agresi Israel di Jalur Gaza. Oleh sebab itu, Zwahreh memcetak banyak foto Chavez untuk dibagi-bagikan pada para pengunjuk rasa anti-Israel. Tak heran jika dalam aksi unjuk rasa anti-Israel, juga terlihat bendera-bendera Venezuela dan foto-foto Chavez.

"Saya ingin bisa memberikan Chavez paspor Palestina agar ia bisa menjadi warga negara Palestina. Dan kami akan memilih dia sebagai presiden kami," tukas Zwahreh. Iyad, seorang pemilik toko di dekat Gereja Nativity di Betlehem setuju dengan pernyataan Zwahreh.

"Chavez adalah presiden yang baik. Dia selalu mendukung rakyat Palestina," ujarnya. Warga Palestina lainnya bernama Assem juga menilai Chavez lebih baik dari pemimpin-pemimpin Arab lainnya.

"Dia lebih baik dari pemimpin-pemimpin negara Arab. Mesir dan Yordania seharusnya juga mengusir duta besar Israel. Sangan memalukan, negara-negara Arab tidak punya pemimpin seperti dia (Chavez)," tandas Assem. Pernyataan yang seharusnya menjadi tamparan keras buat Mahmud Abbas, Presiden Palestina dari faksi Fatah dan pemimpin-permimpin Arab. Dunia Arab memang sangat menyedihkan untuk Palestina.

Sementara itu walikota Bireh di Libanon, memakai nama Hugo Chavez untuk salah satu jalan di kota itu. "Cuma ini yang bisa kami lakukan untuk laki-laki pmeberani yang telah menyalakan harapan di hati kami dan telah membalas luka kami akibat kebiadaban entitas Zionis," kata Mohammed Wehbe.

Di jalan utama menuju kota Bireh sepanjang 45 kilometer yang berada di sebelah utara kota pelabuhan Tripoli, terpampang spanduk-spanduk yang bertuliskan antara lain "Bangsa ini membutuhkan pemimpin seperti Chavez", "Chavez mengusir duta besar Israel. Kapan kalian melakukannya, pemimpin-pemimpin Arab?".

Foto-foto Chavez juga ditempel di berbagai tempat di kota yang berpenduduk 17.000 jiwa itu. Seorang imam di Libanon, Bilal Rivai berkomentar tentang Chavez, "Kami tidak punya hubungan langsung dengan Chavez. Kami juga tidak beragama yang sama dengan Chavez. Kami bicara dengan bahasa yang berbeda. Tapi dia (Chavez) ikut merasakan penderitaan kami dan dia layak mendapatkan penghargaan dan penghormatan dari kami". (ln/iol)