07/12/2007

Sosialisme di Abad 21

Haiman El Troudi telah menjabat berbagai posisi dalam pemerintahan
revolusioner Venezuela. Ia pernah menjadi direktur Kantor Presiden
(2005-2006) di bawah Hugo Chavez dan sekretaris Komando Nasional
Maisanta saat referendum penurunan presiden pada Agustus 2004. Kini ia
menjadi bagian dari tim investigasi dalam Pusat Internasional Miranda
yang bermarkas di Caracas, di mana ia mengepalai program "Sosialisme
dalam Abad 21". Troudi berbicara kepada Sam King dari majalah Links
pada 14 Juni.

Menurut Anda apa saja pelajaran-pelajaran positif dari Sosialisme Abad
20 yang relevan dalam membangun sosialisme Abad 21?

Itu tergantung dari konteks dalam perkembangan tiap-tiap revolusi yang
terjadi. Kita tak dapat berbicara tentang satu "sosialisme" yang unik,
tapi perlu membicarakan tentang "sosialisme-sosialisme" karena
terdapat independensi, yang tergantung pada tempat terjadinya proses
revolusioner, yang berkembang dalam bentuk-bentuk sosialis tertentu.
Contohnya, yang kini terjadi di Venezuela tidak sama dengan yang
terjadi Bolivia, atau Ekuador, atau Nikaragua, karena mereka terjadi
dalam kenyataan obyektif yang berbeda dan karena subyek-subyek
sosialnya berbeda. Aktor revolusioner utama dalam revolusi Bolivia
adalah penduduk asli. Dalam kasus Venezuela, adalah
komunitas-komunitas yang terorganisir. Dan di antara keduanya tidak
ada kepeloporan kaum pekerja yang mengambil kepemimpinan dalam
revolusi-revolusi ini. Karena ini kita harus berbicara tentang
"sosialisme-sosialisme".

Berkaitan dengan abad kemarin, tanpa ragu, aspek pertama yang perlu
kita gali adalah ide bahwa semua sosialisme di Eropa Timur berhubungan
dengan kondisi manusia. Sosialisme di sana adalah tentang
memberdayakan lelaki dan perempuan atas modal dan atas pekerjaan.
Sosialisme di sana adalah tentang menstimulasi proses pembebasana,
meningkatkan derajat kebudayaan dan juga memenuhi kebutuhan dasar.
Dapat dikatakan mereka membuka jalan bagi pembangunan manusia baru
yang, dalam langkah-langkah yang baik, dapat mengatasi kondisi
kehidupan mereka secara material maupun kultural.

Kita juga harus menggali kembali, contohnya, pengalaman Yugoslavia
dan...bentuk-bentuk pengelolaan-diri (self-management) dan
pengelolaan-bersama (co-management) yang berkembang di dalam
pabrik-pabrik [umum]. Dalam kenyataannya, ini salah satu proses
terbaik kontrol pekerja yang muncul dari kubu sosialis di abad kemarin
karena selama tahun-tahun tersebut tidak saja terjadi peningkatan
terhadap produktivitas, tapi juga terhadap kesadaran ekologis dan
organisasi, dan terhadap partisipasi pekerja di perusahaan-perusahaan.
Terdapat juga hubungan antara pengalaman kaum pekerja ini dengan
organisasi sosial (umum). Dengan kata lain, kerja-kerja untuk
pembebasan tidak sekedar diserahkan di dalam pabrik atau di dalam
perusahaan tapi dibawa ke tempat para pekerja tersebut tinggal dan
beraktivitas secara politik dan sosial.

Kita perlu menggali kembali kemajuan-kemajuan yang dibuat Kuba di
bidang sosial, di mana terdapat jaminan kehidupan yang bermartabat
bagi para penduduk Kuba meskipun diblokade Amerika Serikat, [yang
mengakibatkan besarnya] pembatas bagi kemampuan revolusi untuk
melangkah lebih jauh secara ekonomi. [Meski demikian] terdapat
kemajuan-kemajuan besar dalam pendidikan, kesadaran dan kebudayaan
rakyat Kuba. Mayoritas rakyat Kuba telah menyelesaikan pendidikan
sekolah atas. Ini kemajuan yang sangat penting bagi Revolusi Kuba.
Dalam kesehatan dan dalam kebudayaan dan olah raga, terdapat
kemenangan-kemenangan sosial yang sangat penting.

[Penduduk Kuba] adalah rakyat yang telah bangkit, rakyat yang sadar,
rakyat yang berpolitik dan yang telah membentuk sayap pertahanan bagi
Revolusi Kuba. Ini hasil dari efek pendidikan dan kebudayaan dalam
mentransformasi rakyat. Penduduk Kuba adalah rakyat yang terkepung,
yang terblokade, yang dikucilkan oleh aktivitas ekonomi dunia. Rakyat
Kuba telah menghadapi bencana ekonomi dalam periode khusus [menyusul
keruntuhan Uni Soviet] dan menang. Agar pemerintahan revolusioner
tetap kokoh dalam kondisi-kondisi demikian, pemerintah itu harus
secara fundamental berdasar pada kesadaran rakyat, suatu kesadaran
yang dipercikkan oleh kepemimpinan Revolusi Kuba.

Secara fundamental, perjuangan sosialisme di abad kemarin telah
memungkinkan kita untuk memahami semua kejahatan yang disajikan oleh
model kapitalis. Tanpa pengalaman-pengalaman sosialisme di abad
sebelumya, dengan segala kesalahan dan kebenarannya, kita tak akan
mampu memahami besarnya ketidakadilan yang berkembang dalam sistem
kapitalis.

Apa pelajaran-pelajaran negatifnya?

Pengalaman negatifnya sudah banyak didiskusikan. Kita perlu memahami
kesalahan. Karena sangat lekat dengan metode Marxis dalam menganalisa
sejarah dan dialektika proses-proses tersebut,

nya, kita perlu memahami bahwa dalam satu hal kami beruntung dapat
mulai mengembangkan revolusi sosialis pertama yang dimulai sejak
keruntuhan kubu sosialis di abad kemarin. Yang lain-lain, seperti
Kuba, Cina, Vietnam dan Korea Utara adalah revolusi-revolusi sosialis
yang terjadi pada abad 20, yang dipertahankan hingga abad 21, namun
revolusi pertama di abad 21 yang menyatakan karakternya yang sosialis
adalah Revolusi Bolivarian. Jadi kami merasa beruntung karena kami
dapat menengok masa lalu dan melihat apa-apa saja kesalahan yang telah
dibuat, apa yang harus ditinggalkan, apa saja kegagalannya.

Contohnya, kami sadar bahwa kami tak dapat mengulangi model
kapitalisme negara (state capitalism) di mana negara mengontrol
totalitas alat-alat produksi, menciptakan perusahaan-perusahaan umum
milik negara untuk mengelola alat-alat produksi. Bentuk yang diambil
perusahaan-perusahaan ini dalam menjalankan fungsinya mereproduksi
logika dan dinamika yang sama dengan kapitalisme - eksploitasi manusia
oleh manusia, alienasi kerja dan pembagian kerja teknis. Jadi untuk
apa memiliki perusahaan negara bila karakteristik internalnya sama
dengan perusahaan kapitalis? Secara fundamental ini terjadi dalam
proses-proses di masa lalu tersebut dan ini juga terjadi dalam
proses-proses yang sedang kami jalani. Jadi kita perlu memahami bahwa
kerja membutuhkan proses emansipasi bukannya penindasan.

Pelajaran lainnya, yang tidak mau kami ulangi, adalah negasi terhadap
kemungkinan perkembangan rakyat secara demokratik. Masyarakat
diorganisir ke dalam partai, partai tunduk pada biro politik dan sang
pemimpin akan mengontrol biro politik. Partai mengontrol negara,
sementara pemimpin partai mengontrol partai dan negara. Inilah yang
jelas-jelas terjadi pada Stalinisme di Uni Soviet. Jadi rakyat di
negeri-negeri sosialis tersebut sekedar mendelegasikan semua keputusan
kepada perwakilan mereka, kepada para pemimpin politik mereka, dan
juga kepada pemerintah, dan mereka dibuat jadi penonton pasif. Penting
bagi kami untuk menggali proses perkembangan demokratik yang mendalam
sebagai sesuatu yang internal terhadap proyek sosialis yang
mengorganisir masyarakat. Tidak sekedar rumusan demokratik, karena
demokrasi perwakilan melahirkan suatu sistem ketatanegaraan yang
vertikal dan dalam kebanyakan kasus melucuti kesempatan warga untuk
berpartisipasi dalam permasalahan umum dalam negara. Kami percaya
bahwa sistem demokrasi partisipatif yang terbuka, di mana rakyat
mengambil bagian dalam permasalahan umum dan juga membuat keputusan
dalam bidang-bidang yang dikuasai mereka dan dalam permasalahan mereka
sendiri. Kami tidak percaya bahwa revolusi sosialis Bolivarian perlu
memproklamirkan diri sebagai ateis karena ini akan menolak dukungan
yang telah memberikan sumbangsih terhadap perjuangan sosialis di
Amerika Latin, seperti Teologi Pembebasan. Lebih baiknya negara
mengadopsi posisi sekuler dan menyerahkan keputusan tentang
kepercayaan agama apa yang harus dianut ke tangan rakyat.

Kami tidak berniat mengulangi skenario totalitarianisme dengan
sentralisme demokratiknya yang berlebihan karena rakyat, bila mereka
akan berpartisipasi lebih aktif, perlu diberi kesempatan untuk
mengintervensi dalam semua permasalahan umum dan semua permasalahan
negeri tempat mereka tinggal. Bahwa negara dapat merencanakan segala
sesuatu yang ada dalam masyarakat tidaklah terbayangkan karena begitu
banyak hal-hal yang memang berada di luar kontrol negara - karena
kompleksitasnya, terutama dalam dunia yang begitu mengglobal seperti
kini. Contohnya, beberapa perusahaan tertentu yang dapat dikelola
sebagai kepemilikan sosial dan kolektif untuk semua, tapi yang tidak
dikelola oleh negara, melainkan dikelola secara langsung oleh
komunitas yang terorganisir. Komunitas ini bukanlah pemilik entitas
itu tapi menjalankan administrasinya tanpa intervensi negara.

Negara, bersama-sama rakyat yang terorganisir, merupakan penentu dalam
merumuskan kebutuhan-kebutuhan riil penduduk yang butuh dipenuhi. Ini
berarti [negara] bersifat fleksibel dalam memainkan peranannya sebagai
pengontrol dan memiliki kepercayaan lebih terhadap rakyat, dan dalam
kasus ini bukan sekedar mempercayai partai atau teknokrat.

Kami tak dapat mengulangi format perencanaan pusat [yang lalu]. Di
satu sisi kapitalisme mengatakan bahwa tangan gaib [invisible hand]
pasar melakukan regulasi-diri. Kontra-posisi sosialisme menyatakan
bahwa ekonomi perlu direncanakan secara nasional. Namun, kami tidak
meyakini resep tertentu, seperti ekonomi harus direncanakan secara
vertikal, di mana semuanya ditentukan oleh sekelompok teknokrat atau
ilmuwan dari negara [yang] menentukan apa yang akan terjadi dalam
ekonomi, dalam produksi atau dalam pengembangan suatu lokalitas
tertentu, dsb. Dengan demikian, kami percaya akan perencanaan tapi
bukan perencanaan yang harus dan secara absolut tersentralisir dan
vertikal. Lebih baik menciptakan suatu sistem perencanaan sosialis
yang memberikan kemungkinan kepada rakyat untuk mendiagnosa kenyataan
mereka sendiri sementara di saat yang sama menyusun rencana-rencana
untuk lokalitas mereka sendiri. Dalam kenyataan, rencana-rencana ini
akan lebih erat berhubungan dengan dunia nyata.

Saya hendak menekankan kalimat ini: "Rakyat adalah perencana yang
lebih baik daripada perancana terbaik dari pemerintah ataupun
akademia". Rakyat tahu kenyataan mereka. Tak perlu untuk sekedar
mendiagnosa atau melakukan studi terhadap dunia tempat mereka tinggal.
Seorang intelektual, seorang akademisi, seorang perencana, seorang
teoretisi perlu keluar dan mengamati kenyataan untuk memahaminya.
Rakyat tahu kenyataan mereka sendiri dan dapat merencanakan lebih baik
kenyataan mereka. Kita perlu membalikkan piramida perencanaan yang di
masa lalu telah menempatkan para ahli dan perencana di puncaknya dan
rakyat di dasarnya. Hubungan di antaranya berupa subyek dan obyek.
Perlu ada hubungan yang berupa subyek dan subyek.

Kini, rakyat berada di puncak piramida perencanaan. Di dasarnya adalah
kaum teknokrat, yang semata-mata fasilitator dalam hal-hal teknis.
Piramida itu kini terbalik dengan rakyat di atas, pemerintah di tengah
dan kaum intelektual, teknokrat dan teoretisi di pucuk bawah. Para
teknokrat ini, melalui pemerintah, perlu membantu pengorganisiran
rakyat dalam menjalankan keputusan-keputusan mereka. Idenya adalah
rencana-rencana berskala kecil di tingkat komunitas akan berkombinasi,
satu sama lain, untuk membentuk rencana-rencana yang mencakup wilayah
yang lebih besar dan ini akan kemudian menyatu untuk membentuk basis
perencanaan nasional. Dengan cara demikian, perencanaan berjalan dari
bawah ke atas, bukan dari atas ke bawah. Jadi kami tidak mau
mengulangi fokus perencanaan totalitarian.

Kesalahan terakhir yang saya hendak sampaikan adalah perlombaan
senjata yang dijalankan saat periode pemerintahan sosialis abad
kemarin. Jelas terjadi Perang Dingin dan responnya [kubu sosialis]
adalah mencoba mencegah Imperialisme Amerika Utara yang berupaya
mengontrol seluruh dunia dan menerapkan kapitalisme dan neoliberalisme
dengan menciptakan penyeimbang. Kini tak ada pembenaran untuk Perang
Dingin [yang baru] karena yang diingkan [oleh revolusi Bolivarian]
adalah menciptakan strategi multi-polar, di mana banyak bangsa,
pemerintahan dan wilayah dapat bertindak sebagai penyeimbang yang
penting. Mereka harus dihubungkan bersama secara mutual dan saling
melengkapi untuk menjamin bahwa [mereka] penyeimbang terhadap
imperialisme. Dalam jangka panjang, kita akan mematahkan imperialisme.

Saya berbicara tentang suatu strategi non-perlombaan senjata dalam
pengertian bahwa revolusi Venezuela dan Bolivarian tidak berupaya
menimbun senjata demi menjalankan perjuangan melawan imperialisme.
Tidak. Kami hanya akan mempertahankan kedaulatan kami, kami pikir Iran
dapat mempertahankan kedaulatannya, Kuba mempertahankan kedaulatannya,
rakyat Afrika dapat mempertahankan kedaultannya, dan Rusia dapat
mempertahankan kedaulatannya, Cina mempertahankan kedaulatannya, dan
begitu juga dengan India, Malaysia dsb. Berbagai kutub rakyat dalam
tempat-tempat yang berkembang akan jauh lebih kuat daripada
imperialisme. Dengan begini akanlah mustahil bagi imperialisme untuk
mengontrol rakyat-rakyat tersebut.

Bagaimana Anda memandang peran sektor swasta di Venezuela dalam jangka
panjang, contohnya, dalam 20 hingga 50 tahun ke depan?

Aspek paling kompleks bagi tiap revolusi sosialis adalah memajukan
[periode] transisinya. Kami dalam revolusi Bolivarian tidak percaya
bahwa sekarang penting bagi kami untuk menetapkan apa yang akan
menjadi rejim kepemilikan. Ini bagian dari perdebatan global yang
telah berlangsung selama periode yang panjang dan belum juga
dituntaskan - kepemilikan pribadi seluruhnya, kepemilikan publik
seluruhnya atau suatu ekonomi campuran - inilah perdebatan [yang
dihadapi oleh] setiap pengalaman [revolusioner] dan perkembangan
spesifiknya bergantung pada kenyataannya. Cina telah menyusuri jalan
ekonomi campuran; ada model-model lain yang masih berupa kepemilikan
publik, seluruhnya milik negara. Kami percaya bahwa jalan menuju
sosialisme adalah jalan kepemilikan sosial bagi semua alat-alat
produksi, tapi ini tidak dapat dibangun dari satu saat ke saat
berikutnya - kami perlu berjalan menuju arah tersebut. Bagi kami
kepemilikan kolektif terhadap alat-alat produksi adalah idealnya. Itu
tujuan yang kami harap dapat dicapai, tapi tidak semata-mata melalui
pengelolaan kepemilikan oleh negara.

Kami pikir negara harus mengelola bagian kepemilikan strategis yang
lebih besar. Juga rakyat yang terorganisir secara kolektif memiliki
kemungkinan untuk mengelola kepemilikan publik, bukannya menjadi
pemilik, tapi pengelola. Rakyat, bukannya sektor swasta, akan
didelegasikan menjadi bagian dari konsesi ini untuk mengembangkan,
mengelola, mengeksploitasi barang-barang. Anggota dari koperasi atau
perusahaan sosialis ini tidak akan menyimpan hasil produksi atau
keuntungan yang didapat melainkan akan mereinvestasikannya ke
perusahaan. Saya ulangi, mereka bukan pemilik.

Untuk menuju tahap tersebut masih ada jalan panjang di depan kami yang
harus ditempuh. Dalam jalan panjang ini, revolusi Bolivarian harus
mengadaptasi bentuk ekonomi campuran karena, ingatlah bahwa revolusi
ini yang sedang kami buat, kami hendak jalankan dalam bentuk damai dan
bila kami hendak membuat revolusi yang damai, karena kami tak dapat
memaksakan apa pun, kami butuh mencari konsensus umum. Kami perlu
mencari suatu konsensus aktif dari semua penghuni negeri ini dan
konsensus ini menyertakan pengakuan terhadap perbedaan kelas. Bila
kami berkeputusan untuk menasionalisasi semua alat-alat produksi,
revolusi akan memasuki fase kontradiksi kelas, dan dengan tak
terhindarkan juga konfrontasi dan bentrokan antar kelas. Ini akan
sangat mempersulit pengembangan revolusi secara damai. Atas alasan
ini, kami perlu memasuki suatu periode transisi yang panjang yang
memungkinkan kami untuk memenangkan dan mengkonsolidasikan lapangan
baru ini. Ini bukan sekedar masalah pengambil alihan kepemilikan demi
kepemilikan, sekedar berkata "ini milik negara dan semua masalah kita
terselesaikan". Tidak!

Permasalahannya haruslah tentang apakah aktivitas ekonomi yang
dijalankan produktif, dan apa itu berlaku bagi semua orang. Di atas
segalanya, aktivitas itu harus untuk keuntungan kolektif karena kami
tak menginginkan perusahaan-perusahaan yang bangkrut. Karena kami
menginginkan kesejahteraan yang dihasilkan oleh perusahaan untuk
diinvestasikan kembali ke penduduk. Ini tidak mudah karena, di antara
lain hal, kami punya warisan budaya, suatu tradisi dalam pemerintahan,
yang kami warisi dari Republic Keempat yang tak efesien, korup dan
birokratis. Ada banyak kepemilikan negara di Venezuela. Pemerintah
Venezuela mengontrol hampir 70% dari aktivitas ekonomi nasional. Ini
sangat besar, tapi kami punya banyak kesalahan karena dalam perusahaan
kami, institusi publik kami, pemerintahan kami, kementrian kami, dsb,
terdapat banyak birokratisme, ketidakefesienan dan korupsi. Lebih
lagi, mereka mengeksploitasi kaum buruh, merampas hasil produksi
mereka dan terjadi pembagian kerja secara teknis dan sosial. Jadi
kenapa, saat ini, negara harus mengontrol 30% sisa aktivitas ekonomi
yang berada di tangan swasta?

Dan juga sebagian dari kepemilikan pribadi ini merupakan kepemilikan
kolektif, seperti kolektif-kolektif yang ada - mereka mengambil bentuk
[kepemilikan] campuran dan pertengahan. Jadi kenapa negara mengontrol
30% sisanya jika kami tak punya jaminan bahwa kami dapat mengelolanya
dengan efesien dan mengontrolnya? Jadi kami harus mensubsidinya? Atau
membangkrutkannya? tidak. Kami hendak membiarkan sektor swasta
mengupayakan pembangunan aktivitasnya dan meraih kepercayaan bagi
revolusi sambil secara progresif mencari jalan agar sektor ini dapat
memproduksi di atas segalanya bagi keuntungan kolektif, bukannya
pribadi. Saya akan ulangi tujuannya. Setelah satu generasi - 50 tahun
mungkin - kita dapat tiba pada suatu keadaan yang sepenuhnya
kepemilikan sosial dan sebagaimana saya telah jelaskan, negara
bersama-sama dengan sektor-sektor masyarakat yang terorganisir akan
mengontrolnya, bukan hanya negara.

Dapatkah Anda berbicara tentang dewan komunitas dan dewan pabrik
sebagai organ kekuasaan rakyat (popular power)?

Anda menanyakan tentang partisipasi protagonis rakyat. Ini
diekspressikan melalui bentuk-bentuk organisasi sosial tertentu dari
basis. Salah satunya adalah dewan komunitas, tapi terdapat juga
bentuk-bentuk lainnya seperti contohnya, dewan perencanaan publik
lokal. Kami juga memiliki komite kesehatan, komite teknis air, dan
komite pendidikan. Komite moral dan pencerahan terdiri dari
brigadistas yang aktivitasnya untuk meningkatkan kesadaran politik.
Terdapat juga banyak koperasi dan perusahaan produksi sosial (EPSs),
sebagai bentuk-bentuk partisipasi dalam produksi sosial.

Benar bahwa salah satu hal prinsipil yang dapat ditampilkan Revolusi
Bolivarian sebagai capaian mendalam, yang memberikan revolusi karakter
sosialisnya, adalah pembangunan kekuasaan rakyat. Dengan kata lain,
menurunkan kekuasaan sekali lagi kepada rakyat sehingga rakyat dapat
mengatur dan mengontrol negara. Kita telah bicara secara substansial
tentang pembangunan negara baru di mana rakyat terorganisir pada
saatnya akan mengambil alih kontrol negara ini melalui berbagai banyak
bentuk organisasi. Tapi tidaklah gampang memberikan kekuasaan kepada
rakyat karena tidaklah mungkin belajar mengelola kekuasaan cuma
semalam. Itu merupakan suatu proses pendidikan rakyat yang permanen
dan konstan.

Jadi kini kami berada pada fase pendidikan yang indah, tidak hanya
pendidikan teori tapi pendidikan berdasarkan praktek. Ini telah
menghasilkan sangat banyak pengalaman bagi partisipasi kerakyatan.
Partisipasi kerakyatan yang diekspresikan dalam dinamika di mana
beragam subyek sosial berkembang untuk bantu mendorong pembangunan
revolusi. Revolusi Bolivarian terdiri atas keberagaman subyek-subyek
sosial. Dan lebih baik lagi, itu merupakan subyek sosial kolektif.

Biasanya dalam revolusi sosialis subyek sosialnya adalah kelas
pekerja. Dalam Revolusi Bolivarian bukanlah ini yang jadi
kenyataannya. Pekerja, proletariat Venezuela, adalah salah satu dari
[subyek-subyek] yang mengintervensi revolusi. Sektor-sektor lainnya
yang penting adalah komunitas penduduk asli, komunitas keturunan
Afrika, perempuan, pemuda dan juga rakyat-rakyat yang terorganisir
dalam dewan-dewan komunitas. Bersama-sama mereka membentuk subyek
kolektif Revolusi Bolivarian.

Subyek kolektif baru ini, dalam area aktivitasnya masing-masing, dalam
bidang politik, sosial, ekonomi, pekerja di pabrik, di komunitas
mereka, mahasiswa di universitas, kaum perempuan di rumah-rumah
mereka, aktivis di jalanan, penduduk asli di wilayah mereka dsb. Tiap
subyek ini, dalam area aksinya masing-masing, menerima sebagian dari
kekuasaan untuk dikelola secara langsung. Bentuk yang digunakan dalam
menurunkan kekuasaan ini adalah melalui suatu model bernama dewan.
Dewan komunitas, dewan pabrik, dewan mahasiswa, dewan penduduk asli,
dsb. Setiap orang dalam suatu kampung (barrio), semua buruh dalam
suatu pabrik dsb. diorganisir menjadi majelis ini dan memilih delegasi
mereka, yang akan membawa pendapat kolektif ke eselon-eselon [negara]
yang lebih tinggi. [Delegasi-delegasi yang terpilih] juga
bertanggungjawab [terhadap dewan]. Dewan dapat menarik kembali
pimpinannya. Mereka dapat merubah keputusan yang tidak dikehendaki
mayoritas. Ini satu instrumen demokrasi langsung di dalam dewan. Jadi
sangatlah menarik bahwa subyek sosial dalam berbagai bidang
mendapatkan kekuasaan. Kekuasaan ini dikelola melalui dewan, yang
berfungsi dalam bentuk demokrasi langsung. Yang kami inginkan adalah
berbagai ragam dewan membentuk suatu jaringan yang nantinya akan
menjadi konfederasi dewan-dewan dan mengambil kontrol secara nasional.

Ini berarti perencanaan dan kekuasaan berasal dari basis. Aspek
terpenting dari kekuasaan rakyat adalah bahwa dewan dapat
mengorganisir dan merencanakan nasibnya sendiri dari basis dan dapat
mengambil keputusan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan
mereka. Lebih lagi, kini mereka dapat menjalankan tugas-tugas dan
mengambil alih kontrol sosial. Inilah keutamaan kekuasaan rakyat. Ini
berarti kesadaran dan organisasi. Tugas-tugas kekuasaan rakyat ketika
kesadaran tercapai adalah untuk mengorganisir rakyat, kemudian untuk
memobilisir rakyat, kemudian mendiagnosa situasi, kemudian membuat
rencana untuk mengubah realitas tersebut, kemudian mengambil keputusan
[tentang langkah yang akan diambil], kemudian mengelola aksi-aksi dan
menerapkan kontrol sosial.

Dapatkah Anda berbicara tentang hubungan antara bentuk-bentuk
organisasi kerakyatan dan aparatus negara yang lama?

Maksud utamanya adalah untuk membangun negara baru. Kami hendak
meninggalkan hal-hal yang tidak berjalan dan menggantinya dengan
sesuatu yang dapat berjalan. Kami perlu memikirkan tentang penyebab
tidak berfungsinya negara yang lama. Di antara beberapa alasannya,
negara tidak berfungsi karena tidak bertanggung jawab (not
accountable) terhadap masyarakat. Negara dikontrol oleh sekelompok
fungsionaris, birokrat. Lebih-lebih lagi negara lah yang menciptakan
politik klientelisme. Partai-partai dalam Republik Keempat, dalam
rangka menjinakkan kaum militan mereka, menawarkan mereka
posisi-posisi dalam pemerintahan dan kementrian. Jadi penunjukkan
fungsionaris ini merupakan produk hasil pemberian suatu partai. Secara
progresif, negara dirubah menjadi gajah putih, sangat gemuk dan tak
dapat beroperasi. Di atas segalanya negara tidak bertanggungjawab atau
menjalin hubungan dengan rakyat. Kita tak dapat mengulangi
permasalahan dan kesalahan yang sama. Solusinya sangat sederhana:
negara yang baru perlu dikonstruksi oleh rakyat, dengan rakyat dan
untuk rakyat. Itu tak dapat dibangun dari atas, melainkan perlu
dibangun dari bawah.

Saya berikan satu contoh. Menteri kesehatan tidak dapat menyelesaikan
masalah kesehatan penduduk. Hal itu harus dilangkahi dengan
menciptakan Mision Barrio Adentro [Misi Masuk Kampung (Barrio)]. Misi
ini dimungkinkan berkat rakyat yang terorganisir dalam komite-komite
kesehatan. Misinya dijalankan secara langsung dalam komunitas mereka.
Tidak perlu pergi ke rumah sakit, atau ke ibukota atau suatu kota, ini
dilakukan di [wilayah lokal] situ sendiri. Dalam tiap komunitas
terdapat fasilitas kesehatan yang pembangunannya dan keberhasilannya
melibatkan rakyat. Dengan demikian itu adalah pembangunan oleh rakyat.
Mereka telah membangun suatu institusi negara baru yang secara efektif
berfungsi. Ini bukan produk politik klientelisme atau birokratisme.
Rakyat tidak dibayar untuk ini, tidak pula menerimanya sebagai
pemberian dari suatu partai. Rakyat dengan sukarela beraksi karena
hanyalah rakyat yang terorganisir itu sendiri yang berkapasitas
menyelesaikan permasalahan mereka sendiri.

Hal yang sama terjadi dengan misi-misi lainnya seperti Mercal [yang
pelaksanaannya mendistribusikan makanan] dan Robinson [bertujuan awal
menangani buta huruf dan kini memberikan pendidikan dasar bagi mereka
yang tidak menyelesaikan sekolah]. Siapa yang datang ke kelas-kelas di
Mission Robinson? Siapa yang meminjamkan rumah mereka, ruang tamu
mereka, kamar tidur mereka kepada rakyat sekitar yang tak dapat baca
atau tulis? Komunitas lah, rakyat itu sendiri yang mengorganisir
respon ini. Pendidikan adalah masalah yang menjadi tanggung jawab
negara, namun selama 40 tahun demokrasi representatif dijalankan oleh
Republik Keempat belum pernah tercapai tingkat baca-tulis sepenuhnya.
Revolusi Bolivarian mampu mencapai ini dalam waktu satu setengah
tahun. Kenapa? Karena kami menciptakan misi dengan rakyat dan
rakyatlah yang mencapai kesuksesan tersebut. Jadi idenya adalah
melangkahi institusi negara yang tidak berfungsi. Sekarang yang perlu
kita pastikan adalah misi-misi yang telah kita ciptakan dengan rakyat
ini agar saling bergabung, satu sama lain untuk mengambil alih
kementrian yang lama, sehingga yang lama digantikan oleh yang baru.
Inilah strateginya: kita harus menyudahi negara yang lama dan
membangun yang baru.

Bagaimana Kaitan Revolusi Bolivarian dengan revolusi Amerika Latin?

Setiap revolusi sosialis, bila hendak mencapai kemenangan, perlu
menyaksikan banyak revolusi sosialis. Tidak bisa sosialisme dalam satu
negeri. Karenanya kami berkeyakinan terhadap perspektif internasional
dan kebutuhan menstimulasi semua proses-proses revolusioner di Amerika
Latin dan dunia. Revolusi butuh menjadi internasional. Dalam arah ini
kami mendorong untuk menghubungkan revolusi kami dengan banyak
proses-proses emansipatoris yang berjalan di negeri lain - proses dari
bawah, tidak hanya dari atas, tapi secara fundamental dari bawah.
Terdapat berbagai inisiatif dalam gerakan sosial dan kelompok politik
akar-rumput (grassroots) di rakyat lainnya. Tidak hanya hubungan
politik tapi juga dukungan. Revolusi Bolivarian untungnya diberikan
banyak sumber daya yang telah kami gunakan untuk kepentingan
pembebasan rakyat-rakyat lainnya, contohnya melalui ALBA (Alternatif
Bolivarian untuk Benua Amerika).

Kami mencoba mendemonstrasikan bahwa terdapat bentuk kerjasama ekonomi
yang beda dari globalisasi pasar bebas, suatu bentuk yang tidak
berdasarkan kompetisi - melainkan [kolaborasi] dan saling
menguntungkan. Dengan ALBA, kami mencoba menemukan suatu bentuk baru
yang membantu proses emansipasi.

Terdapat juga beberapa perjuangan-perjuangan internasionalis yang kami
tempuh melalui misi-misi sosial, beraliansi [dengan] revolusi Kuba.
Contohnya, kami memprakarsai kampanye melek huruf di Bolivia dengan
brigadistas Venezuela dan Kuba. Sejak lama kami telah mengembangkan
misi internasional Mision Milagro [Misi Keajaiban] untuk mengatasi
kebutaan di seluruh dunia. Kami telah mengarahkan sumber daya energi
yang kami miliki untuk kepentingan rakyat di dunia.

Kami menyediakan bahan bakar bersubsidi kepada penduduk New Orleans
setelah bencana Badai Katrina, dan kepada kaum miskin di Chicago dan
New York saat musim dingin. Subsidi yang tidak diberikan oleh
pemerintah mereka sendiri, pemerintah yang memiliki jauh lebih banyak
sumber daya daripada Venezuela. Kami yakin bahwa kami harus melebarkan
tangan solidaritas dan persaudaraan kepada seluruh rakyat di dunia.
Jelas, apa yang dapat kami lakukan sangatlah kecil tapi itu juga agar
rakyat dapat melihat dimensi kejahatan dan ketaksetaraan kapitalisme
dan melihat tandingannya yang berdasarkan cinta dan solidaritas yang
dikedepankan oleh sosialisme.

Apakah ALBA dan kebijakan integrasi ekonomi yang ditempuh pemerintah
Venezuela merupakan aksi revolusioner?

Ya tanpa sedikitpun keraguan. Ini persoalan kebanggaan besar. Melalui
mekanisme ini kami menemukan bentuk-bentuk alternatif, bentuk-bentuk
yang sangat baru, dari integrasi rakyat-rakyat. Sangatlah sulit
merencanakan integrasi dalam semalam. Sangatlah sulit bagi Amerika
Latin untuk menjalankan proyek integrasi seperti di Eropa karena itu
proses integrasi ekonomi. Aspek politiknya dipandang sebagai rencana
sekunder. Kami hendak membuat proses integrasi yang secara setara
mencakup semua sektor: integrasi budaya, integrasi sosial, integrasi
energi, integrasi ekonomi, integrasi politik, dan jika memungkinkan,
integrasi teritorial. ALBA adalah pendekatan awal bagi proses ini yang
kita harapkan untuk secara kolektif ditemukan antara rakyat-rakyat dan
pemerintahan-pemerintahan revolusioner di benua Amerika.

Contohnya, kami sedang mencari tahu apakah mungkin memulai proses
pertukaran ekonomi secara barter, walaupun barter tidak dapat
berkembang dalam semua bidang ekonomi nasional atau dunia karena
sulitnya menetapkan dengan pasti bagaimana menjalankan pertukaran ini
di pasar. Kami berharap ALBA akan sukes menghasilkan
aktivitas-aktivias pertukaran. Ini suatu sistem, suatu bentuk barter
baru berdasarkan kesepakatan pemerintah-pemerintah yang berpartisipasi
yang dijalankan secara berdaulat tanpa intervensi pasar maupun
organisasi multilateral seperti, contohnya, World Trade Organisation
(WTO).

Dengan Uruguay kami menukar minyak dengan ternak. Dengan Bolivia kami
menukar minyak dengan kedelai. Dengan Argentina kami menukar minyak
dengan teknologi medis. Sekarang, nilai yang kami gunakan dalam
menukar minyak dengan ternak Uruguay ditentukan tanpa menuruti dikte
WTO. Ini suatu bentuk ekonomi saling harga-menghargai yang menarik.
[Buku dan tulisan El dapat dibaca dalam bahasa Spanyol di
<>. Wawancara dilakukan
dalam bahasa Spanyol dan diterjemahkan ke Inggris oleh Sam King dan
Romain Migus.]

(Diterjemahkan oleh Data B)

No comments: