18/04/2015

Wawancara Dengan José Mujica dari Uruguay : Dari Perjuangan Bersenjata Hingga ke Kursi Kepresidenan (2)


Jose Mujica, Presiden Termiskin di Dunia


CG    :   Marilah kembali keUruguay.  Di antara hal-hal yang masih perlu diperbaiki,  Broad Fronttelah menyatakan bahwa pendidikanlah yang paling pokok...

JM    :   Aku bukan spesialis pendidikan.  Aku pengamat.Kita, orang Uruguay,  masih punya sebuah dilema lama : mana yang seharusnya menjadi prioritas,  sebuah pendidikan kemanusiaan yang terintegrasi (integrated humanistic education),  ataukah   pendidikan yang lebih bersifat teknis dan ilmiah ?  Itulah perdebatan yang masih berkelanjutan sampai hari ini,  dan ini umum terjadi di seluruh Amerika Latin;  yah, bagaimana pun kita turunan Spanyol, bukan Inggris...  Faktanya adalah bahwa kita memprioritaskan pendidikan yang berorientasi kemanusiaan dan itu menghasilkan sebuah kultur yang khas.  Jika sebuah keluarga memutuskan untuk mengirimkan anak-anaknya ke sekolah industrial,  kita menafsirkannya sebagai sesuatu yang kurang bermartabat.  Kita punya sebuah tradisi pendidikan yang tidak memberikan penekanan kepada matematik, fisika, kimia, berbagai lapanganengineering yang terkait kepada produksi barang di masyarakat.  Kita mengagung-agungkan para penyair, pengarang dan wartawan, yang memang merupakan kualitas intelektual yang sangat penting,  tapi kita menelantarkan spesialisasi-spesialisasi yang terkait pekerjaan (fisik)...

CG    :   Juga yang terkait dengan pendidikan ilmiah dan riset

JM    :   Ya...  kita jatuh ke dalam semacam khayalan;  percaya bahwa jalur matematika atau fisika takkan memimpin ke filsafat,  dan membuat tampak tak berharga hal-hal yang semestinya tidak dianggap begitu.

CG    :   Padahal pada kenyataannya kebalikannyalah yang benar...

JM    :   Tepat!  Para ahli matematika klasik semuanya sekaligus filsuf, bukan  ?

CG    :   Mulai dariPythagoras.

JM    :   Ya... tapi rakyat Uruguaytelah memberikan kepada kita sebuah sinyal : banyak yang menunggu berhari-hari dalam antrian untuk dapat mendaftarkan anaknya mengikuti pendidikan industrial.  Tingkat pendaftaran meningkat hampir 40%,  tapi kita tidak menempatkan cukup sumberdaya untuk memuaskan permintaan;  jadi kita ada dalam sebuah situasi-antara.
CG    :   Lebih menyerupai sebuah transisi, betul ?

JM    :   Dengan beberapa pertempuran gagasan,  karena aku tak mendapatkan dukungan dari kekuatan-kekuatan politik...          Sebagai penghiburku mereka mengalah menyetujui pendirian sebuah universitas teknologi untuk wilayah pedalaman.

CG    :   Ketika kau katakan  "mereka mengalah",  apakah kau menunjuk kepada Kongres, kepada parlemen?

JM    :   Tidak.  Dalam perundingan-perundingan terdahulu,  para sekutu-politikkuterpecah-belah mengenai isu ini.  Akan aku ingatkan mereka tentang itu sampai akhir jaman.  Kini, saat kami harus memperdebatkan anggaran,  aku akan berjuang agar mereka menyetujui sebuah anggaran independen bagi Universitas Buruh Uruguay ("Labor University of Uruguay",  atau"Universidad del Trabajo del Uruguay" (UTU) – pent.);  kalau kau memberinya uang, dengan sendirinya kemerdekaan akan datang seiring dengannya.  Pendidikan itu fundamental, tapi dia tidak terisolasi dari hal-hal mendasar lainnya,  karena jika aku mendidik dan melatih tapi tak mengembangkan negeri,  satu-satunya yang aku capai adalah membantu rakyat mempersiapkan dirinya agar dapat meninggalkan negeri ini;  dengan perkataan lain aku cuma akan mendapatkan rekening tagihannya saja.Kau tak bisa mendapatkan pendidikan tanpa tuntunan politik, tanpa orientasi politik.  Jika kita percaya bahwa melalui pendidikan massal masyarakat akan secara spontan berkembang, kita cuma bermimpi, membual, menghindari drama pertentangan kelas. Itulah masalahnya.


CG    :   Orang harus mengembangkan infrastruktur-material negeri,  perekonomiannya...

JM    :   Tepat... kita tidak dapat cuma memperhatikan pendidikan saja sebagai obat ajaib (panacea).  karena Amerika Latin telah menjadi pabrik otak-otak terdidik yang lalu hengkang entah ke mana...

CG    :   Sekitar 50.000 orang ilmuwan dan teknisi unggulan telah meninggalkan Argentina dalam dekade-dekade belakangan ini.

JM    :   Masalahnya adalah ekonomi.  Jika aku melatih mereka dan lalu tak menyediakan peluang apa pun,  jika aku membayar mereka seperempat dari jumlah yang bisa mereka dapatkan di luar sana,  mereka akan meninggalkan negeri ini !

CG    :   Hal-hal lain apakah yang menurutmu belum kau selesaikan selama pemerintahanmu,  atau yang seharusnya dapat kau lakukan dengan lebih baik ?

JM    :   Aku percaya bahwa kita terbelakang dalam infrastruktur.  Perekonomian negeri ini cukup bertumbuh, tapi hanya dalam produksinya, bukan infrastrukturnya. Kita punya pelabuhan-pelabuhan yang "tersumbat"  (arus keluar-masuk barang, penumpang dan kapal tidak lancar, terjadi penumpukan – pent.),   metode-metode komunikasi yang buruk, kekurangan transportasi,  kita tak memanfaatkan sungai-sungai kita... Ini suatu kejahatan;  ada banyak bidang yang harus diperbaiki...  Kita telah maju dengan baik di bidang energi,  sebuah masalah yang kini telah teratasi selama beberapa tahun, tapi pertempuran untuk infrastruktur masih harus digeluti...

CG    :   Adakah kesalahan-kesalahan lain pemerintahan-pemerintahan Broad Front ?
JM    :   Kami tidak serius berusaha menyadari transformasi-transformasi yang dibutuhkan Negara.  Tapi ada banyak perlawanan... Negara perlu melihat beberapa perubahan di Uruguay,  ini amat mendesak.  Karena kita tak dapat mengharapkan bahwa Uruguay, sebuah negara kecil yang kurang berkembang,  harus memiliki sebuah kelas borjuis yang mengakar dan kreatif.  Negara harus membuka saluran-saluran...  karena jika tidak, kita akan jatuh ke tangan perusahaan-perusahaan multinasional.  Satu-satunya yang memiliki wibawa yang cukup untuk menggantikan kehadiran perusahaan-perusahaan multinasional itu adalah Negara, tapi bukan Negara yang sekarang...

CG    :   Dan bagaimana mengenai reformasi agraria ?  Apakah kau menganggapnya perlu, mungkin dilakukan... ?

JM    :   Di tahun 1940-an, setelah sebuah debat historis,  Uruguay menyetujui sebuah hukum yang lebih daripada sekedar reformasi agraria : itu adalah sebuah rencana nasional.  Kita mendirikan sesuai yang dinamai  "Institut Nasional Untuk Kolonisasi" (the National Institute for Colonization)...

CG    :   Kolonisasi ?

JM    :   Ya...  Institut itu adalah pemegang hak kepemilikan-tanah terbesar di Uruguay.  Pemilik-terbesar tanah di negeri ini adalah Negara... dengan hampir setengah juta hektar tanah, dan semuanya tanah yang baik.  Tapi untuk jangka waktu yang lama,  dia tidak diberi sumberdaya ekonomi.  Seperti dikatakan seorang politisi tua : "kita menetapkan hukumnya tapi tidak memberi mereka sumberdayanya".   Jika sepanjang tahun 1960 atau 1970-an  kita menerapkan sepenuhnya isi hukum itu,  Uruguay saat ini mungkin telah tampak mirip dengan Selandia Baru dan bukan seperti ini...

Kami menyelamatkan hidup Institut Untuk Kolonisasi.  Ketika kami mengambil-alih pemerintahan, Institut itu sedang sekarat, penghasilan yang dikumpulkannya pas-pasan untuk menutup ongkos birokrasinya.  Kami memberinya sumberdaya-sumberdaya,  mencoba membangkitkannya, mendorongnya menjadi mutakhir.  Ada sektor-sektor produksi yang sampai hari ini masih berstruktur bisnis-keluarga yang kecil;  misalnya produksi susu, mentega dan keju.  Tapi kita tidak bisa menerapkan kriteria yang sama seperti kebijakan-kebijakan bagi para produsen gandum,  karena dunia dan teknologi telah berubah.  Aku pikir kita perlu melanjutkan kebijakan-kebijakan kolonisasi oleh Negara, terutama dalam sektor-sektor produksi yang menguntungkan secara ekonomis, namun kita tak boleh mentransformasi tanah menjadi sistem  yang menghasilkan kemiskinan.  Tentang bisnis-bisnis besar,  kita harus mengikat mereka dan meminta mereka untuk mematuhi peraturan modern, untuk membayar upah yang layak, untuk mentaati program-program kesejahteraan sosial dan berkontribusi untuk mengentaskan rakyat dari kemiskinan..... Aku tak kuatir jika di antara para pemilik tanah adagringo(orang kulit putih yang bukan keturunan Spanyol, umumnya dari Amerika Utara atau Irlandia – pent.),  karena mereka toh tak bisa membawa kabur tanah bersama mereka.  Dan apa adanya,  ada beberapa orang  criollos  (keturunan Spanyol yang lahir di luar Spanyol – pent.)  yang lebih buruk daripada  gringo.....  Yang menjadi perhatianku adalah apa yang mereka bayar dan cara mereka memperlakukan orang,  dan nilai-tambah yang dapat ditahan di negeri ini.  Kita harus berhati-hati dan tidak memotong hidung kita untuk merusak wajah kita,  sesuatu yang,  sesuai sifat kita, kaum Kiri,  cenderung kita lakukan...
Kita punya alat-alatnya, kita tak harus melakukan apa-apa : reformasi agraria yang perlu dan mungkin dilakukan di Uruguay punya sebuah nama, yaitu Institut Nasional Untuk Kolonisasi,  yang semestinya memiliki tak hanya setengah juta hektar, melainkan akhirnya mempunyai satu setengah sampai dua juta hektar...  Saat kita punya kemampuan untuk maju lebih jauh,  mungkin pilihan-pilihan lainnya dapat diperdebatkan, tapi aku menolak gagasan bahwa kebijakan agraria harus menghasilkan lebih banyak kemiskinan.

CG    :   Sosialisme aktual telah membohongi kita tentang itu...

JM    :   Aku terbiasa untuk tidak berpikir begitu,  tapi kegagalan-kegagalan model sosialis telah mengajariku beberapa hal, karena tidaklah masuk akal bahwa Revolusi Kuba setelah sekian banyak tahun masih kesulitan menyediakan susu untuk anak-anak... mereka harus tergantung kepada impor.  Kenapa dia gagal ?  Apa tepatnya yang gagal ?  Dia mencoba menciptakan unit-unit kolektif raksasa dan akhirnya terjebak birokrasi yang besar dan semrawut... Di Venezuela mereka akhirnya menasionalisasi petak-petak tanah 40 dan 50 ribu hektaran,  tapi kinitanah-tanah itu gersang, cuma seperti gurun;  mereka tidak menghasilkan apa pun,  kau tahu ?

CG    :   Ganja telah dilegalkan selama pemerintahanmu.

JM    :   Itu adalah sesuatu yang kami ingin kontrol.  Itu bukan semacam liberalisme ala hippy.  Tak ada urusan dengan gagasan "ganja bebas"  dan semacamnya.  Kami tidak membela gagasan bahwa ganja adalah obat ajaib (panacea) yang baik bagi kesehatan.  Sebetulnya ini adalah tindakan melawan peredaran narkoba (drug trafficking),  karena satu hal yang lebih buruk dibandingkan ganja dan narkoba adalah drug trafficking.  Jadi, ini adalah sebuah kebijakan yang dimaksudkan untuk merebut pasar dari pada pengedar narkoba.  Buat dia menjadi bisnis yang legal,  karena jika tidak kau harus menggunakan represi.

Kalau kau punya seratus lima puluh ribu orang yang memutuskan untuk menghisap ganja, kita perlu mengidentifikasi mereka, memberi mereka akses kepada produk yang baik, dan saat kita melihat bahwa seseorang menunjukkan gejala-gejala bahwa dia telah terlalu banyak mengkonsumsi ganja, katakanlah kepadanya :  "Nak, kau perlu mendapatkan perawatan"... tepat seperti seorang alkoholik.  Jika kita biarkan dunia ini berada dalam kegelapan,  ketika berbagai masalahnya akhirnya mewujud,  seringkali sudah sangat terlambat,  atau sangat mahal,  untuk mengatasinya...

CG    :   Dan selain itu kau pun harus mengenakan pajak. Maksudku, atas perdagangan narkoba.  Para pedagang narkoba tak membayar pajak... Negara harus mengurusi para pecandu tetapi tak menerima apa pun...

JM    :   Ya, dan dalam kasus ganja,  kita telah mendemonisasi sebuah tanaman yang sebetulnya mengagumkan.  Sebagai sebuah sumber serat tekstil,  kegunaannya tanpa batas,  untuk membuat kain dan begitu banyak barang lainnya... Dan karena dia ilegal,  kita tak bisa bergerak maju dengan studi ilmiah apa pun mengenai berbagai kemungkinan penggunaannya dalam bidang pemeliharaan kesehatan.

CG    :   Apakah Tabaré Vázquez  akan melanjutkan kebijakan ini ?  Dia tampak agak ragu-ragu,  sama seperti dalam isu aborsi…
JM    :   Sejauh menyangkut jalannya kebijakan ini, tampaknya dia sekurang-kurangnya mempertahankannya...  (tertawa).

CG    :   Sebelum kita akhiri wawancara ini,  marilah bicara sedikit tentang masa lalumu, kehidupanmu, sejarahmu ?

JM    :   Aku tak sungguh-sungguh punya sejarah, hidupku lebih mirip komedi... (tertawa) ... Masa laluku ?   Ada setidak-tidaknya 20 buku yang ditulis mengenai itu,  para wartawan memburu cerita atas bebanku  (tertawa)... harap jangan baca semua buku itu, mereka tak menyenangkan...

CG    :   Mungkin seperti katamu hidupmu lebih mirip sebuah komedi,  tapi penuh gairah.  Sekedar membayangkannya :  seorang militan bersenjata,  15 tahun dalam penjara, sebagian di antaranya dalam sebuah lubang, sebuah sumur,  jadi.....  Apa yang kau lakukan,  apa strategimu untuk bertahan hidup dan akhirnya berada di sini hari ini, menjadi Presiden Uruguay ?  Kebanyakan orang dalam situasi itu akan mati, menjadi gila, atau terpatahkan...

JM    :   Aku tak tahu jika ini ada hubungannya dengan genetika,  tapi aku tak pernah meragukan bahwa aku pada akhirnya akan keluar dan melanjutkan perjuangan.  Tak pernah terlintas dalam pikiranku bahwa aku akan mati atau meninggalkan perjuangan politik...  Ini adalah cita-cita yang selalu aku pegang, dan mungkin dia telah membantuku... Aku menghabiskan enam tahun tanpa buku, maka aku menciptakan hal-hal untuk diriku sendiri,  membuat kiat-kiat untuk menjaga semangatku tetap tinggi...

CG    :   Seperti apa?

JM    :   Aku memunculkan ide tentang alat-alat,  secara mental aku menemukan peralatan-peralatan pertanian yang baru;  alat ini untuk keperluan ini atau itu.  Aku menghitung mereka, memproduksi mereka secara mental dan karenanya membuat diriku sendiri selalu terhibur...  Aku berjalan beberapa mil per hari.  Lebih dari yang aku lakukan sekarang, tentu...

CG    :   Di dalam lubang?

JM    :   Oh ya.  Tiga langkah ke satu arah,  tiga langkah ke arah lainnya;  tiga langkah ke satu arah, tiga langkah ke arah lainnya..... sampai kakiku sakit...

CG    :   Dan kau tak pernah sekali pun ragu bahwa kau akan keluar hidup-hidup ?

JM    :   Aku tak berpikir tentang kematian.  Kematian  telah menggodaku beberapa kali;  dia telah beberapa kalimerapat kepadaku,  tapi tak pernah sungguh-sungguh menghendakiku.  Mungkin itulah bagian yang paling dalam tertancap dalam cara berpikirku;  aku mencintai kehidupan,  aku takkan pernah bunuh diri...  bagiku kehidupan adalah sesuatu yang indah.  Aku tinggal di pedalaman bukan karena aku ini aneh, melainkan karena aku mencintai alam...

Kemarin aku melukai diriku sendiri dengan tang di sini (dia menunjuk kepada sebuah kerak luka di ujung hidungnya)  memuntir kawat  (tertawa).  Betul bahwa aku Presiden Republik ini,  tapi aku mondar-mandir di atas traktor membajak tanah di sana,  pulang ke rumah dalam keadaan sangat kotor, mandi,  membersihkan hidungku dan beristirahat sejenak...

Aku tahu ini adalah detil remeh bagi kebanyakan orang,  namun bagiku mereka penting;  aku tak bisa hidup dengan cara lain...  Orang-orang lain punya caranya sendiri;  baik, itulah keindahan kebebasan manusia,  setiap orang butuh punya waktu,  setidaknya sedikit waktu yang disisihkan untuk melakukan hal-hal yang mereka merasa termotivasi untuk mereka lakukan.  Itulah kebebasan sejati(true liberty);  dia  (liberty) perkataan yang sedemikian megah, sedemikian Perancis,  dia harus dibawa turun ke bumi...

CG    :   Kau sering menyebutkan kebahagiaan dalam pidato-pidatomu.

JM    :   Beberapa orang berkata bahwa aku adalah Presiden "miskin",  tapi aslinya aku cuma punya gaya hidup yang sederhana. Aku hanya butuh sedikit barang, menjaga tasku ringan dengan sengaja,  ini adalah sebuah pilihan.  Kenapa ?  Untuk punya waktu bebas dan bisa menggunakannya untuk hal-hal yang sungguh-sungguh memotivasiku.  Jika aku habiskan semua upayaku untuk menghasilkan uang,  maka aku harus terus menerus berlarian ke mana-mana dengan was-was untuk mencarinya;  kuatir seseorang akan mencurinya dariku di sini atau menipuku kemudian, dan begitu seterusnya,  dan sementara itu aku menghamburkan waktu dari kehidupanku – waktu yang tak bisa kau beli – untuk hal-hal yang tak memotivasiku.  Bagi beberapa orang, mungkin itulah motivasi;  itulah kemerdekaan bagi mereka,  harus ada  batas pilihan bebas...  tapi aku tak pula mendukung gagasan sebuah Negara atau masyarakat yang di dalamnya segalanya diatur : kau pakai jas dan dasi jika mau, atau memakai... apa pun yang kau suka !  Lakukanlah sekehendakmu,  selama kau tidak menyerang siapa pun... Mungkin aku agak anarkis, sebetulnya...

CG    :   Apakah impianmu,  proyek-proyek apa yang masih harus kau selesaikan ?

JM    :   Selama kita masih hidup mimpi-mimpi kita tak pernah berakhir...  Aku punya keyakinan sosialis,  dan aku ingin berkontribusi dalam sebuah warisan cerdas(intelligent legacy),  dengan jenis pemimpin yang ketika mereka mati, atau pada akhir pemerintahannya,  rakyat dan masyarakat menjadi lebih sejahtera ketimbang mereka...  Karena semua berlarut-larut sepanjang waktu dan kehidupan seseorang itu pendek jika dibandingkan dengan tugas-tugasmasa depanyang tanpa batas, untuk menciptakan lebih banyak masyarakat yang adil... Masyarakat-masyarakat adil ini tidak lahir secara spontan;  mereka membutuhkan kekuatan-kehendak-manusia yang terorganisir(organized human willpower).  Bagiku itulah yang tak bisa dibuang;  memang bukan satu-satunya faktor,  tapi tanpa kekuatan-kehendak-manusia yang terorganisir,  tak ada sesuatu pun yang bisa diselesaikan,  dan lalu muncullah determinisme...

CG    :   Seperti kutipan dari Gramsci : "Pesimisme kecerdasan, optimisme kehendak".

JM    :   Tepat...  penciptaan sebuah kultur publik yang mempermudah perubahan adalah sebuah tugas yang menggentarkan. Inilah satu-satunya yang dapat menjaga keberlanjutan perubahan-perubahan revolusioner,  dalam pengertiannya yang terdalam...

CG    :   Kau bilang kau tak membenci,  tapi ketika kau keluar dari penjara,  keluar lubang tempatmu disekap,  pada saat itu kau tidak membenci ?

JM    :   Tidak, aku tak membenci.  Sejujurnya, jika orang memahami pertentangan kelas di masyarakat,  dia tahu bahwa pekerjaan kotor yang dilakukan seseorang,  bahkan jika dia menolak melakukannya orang yang lain akan mengerjakannya, adalah hasil sampingan (byproduct)situasi.  Tentu perilaku sadis yang disumbangkan tiap individu berbeda tingkatannya, ada yang besar ada yang kecil.  Tapi aku juga jadi mengenali karakter-karakter yang menarik saat dipenjara...  tentara yang mempertaruhkan lehernya untuk membawakan kami semangkuk makanan atau sebuah apel.  Aku melihat perwira-perwira yang tak setuju dengan perintah yang mereka terima...  Tak ada hitam dan putih;  selalu ada berbagai nuansa abu-abu di antaranya.  Tapi jelaslah bahwa jika aku seorang militan politik atau sosial,  aku harus berjuang untuk mendapatkan kekuasaan,  untuk dapat melaksanakan perubahan-perubahan struktural.

Sekarang ini, kaum Kiri tampak percaya bahwa mereka harus meninggalkan atau menggantikan perjuangan untuk merebut kekuasaan dengan sebuah agenda sosial :  kesetaraan dalam pernikahan,  aborsi, hak-hak kelompok minoritas, suku pribumi, feminisme...  Semuanya sangat baik,  dan aku mendukungnya,  tapi orang kulit berwarna yang sungguh-sungguh tertindas adalah yang miskin;  perempuan yang jadi korban terbesar diskriminasi adalah perempuan miskin,  yang terlalu berat bebannya, dengan terlalu banyak anak,  bergulat hidup dari hari ke hari;  dengan suku pribumi masalahnya sama.  Jangan coba-coba menyamarkan atau menyembunyikan perbedaan-perbedaan kelas dariku.

CG    :   Ya, tapi lalu ada pertanyaan-pertanyaan pribadi juga,  secara emosional,  ketika seseorang berjalan menjauh dari tempat dia diperlakukan secara sangat salah,  bagaimanakah itu dapat berubah ?

JM    :   Aku pergi mengunjungi para penjaga di penjara tempatku disekap...  Aku mengambil foto dengan para kolonel di sana sekarang dan semuanya..... (tertawa).  Masa lalu adalah air di bawah jembatan.  Ya, memang bisa tampak menyakitkan,  tapi kehidupan...  kehidupan itu menakjubkan;  kau tak harus hidup dengan selalu berpikir ulang tentang semua yang telah kau lalui,  menjilat luka-lukamu,  tertatih-tatih ke mana-mana,  karena jika kau cuma meratap tentang yang terjadi padamu,  kau terjebak di masa lalu.  Padahal kehidupan adalah mengenai yang akan datang,  kehidupan adalah esok hari;  kita mesti belajar dari masa lalu,  tapi tak membiarkannya mengubur kita.

CG    :   Tahun lalu kau dicalonkan menerima hadiah Nobel Perdamaian.

JM    :   Dan aku katakan kepada mereka bahwa mereka gila,  karena seakan-akan peperangan bermunculan di mana-mana di seluruh dunia,  bahwa ada malapetaka nyata yang sedang terjadi, dan lalu kau memutuskan untuk mencalonkan aku menerima hadiah perdamaian !   Tidakkah mereka punya akal sehat ?   (tertawa)..... Perdamaian apakah yang sedang kita bicarakan ?  Aku usulkan mereka menghadiahkannya secara anumerta kepada Gandhi.  Itu lebih masuk akal...

CG    :   Jadi, selanjutnya apa menurutmu ?  Apa yang kau rencanakan untuk kau lakukan setelah tanggal 1 Maret,  setelah kau meninggalkan pemerintahan ?

JM    :   Aku pikir sekarang bahwa satu kakiku ada dalam kuburan  (tertawa)...

CG    :   Untungnya kau sedemikian kuat mencintai kehidupan...

JM    :   Aku akan menjalaninya selambat mungkin  (tertawa).  Aku melihat kematian sebagai sebuah bagian yang sangat mendasar dari kehidupan...  Kau harus belajar mati seperti kambing gunung,  tanpa menyebabkan terlalu banyak kegaduhan (heh!).  Kematian cuma suatu cara untuk kembali ke sumber;  dia mesti diterima sebagai sesuatu yang alamiah....  tetapi sementara itu,  selama aku dapat menggerakkan tulang-tulangku, meski pun mereka telah tua,  aku akan terus berjuang.  Aku tak dapat membayangkan diriku menganggur..... aku pasti mati kalau begitu,  karena kesedihan.


Carlos Gabeta adalah seorang wartawan dan pengarang.  Dia bekerja-sama dengan Americas Program www.cipamericas.org.  Sebuah versi wawancara ini muncul di surat-kabar La Jornada.  Wawancara itu diterbitkan kembali di sini (di situsupsidedownworld.org – pent.)  dengan ijin Pengarang.

 Catatan tambahan penterjemah (= pent.) :


(1)    Mercosur,"Mercado Común del Sur" atau "Pasar Bersama Wilayah Selatan", adalah sebuah blok beranggotakan Argentina, Brazil, Paraguay, Uruguay dan Venezuela.


(2)    UNASUR, "Unión de Naciones Suramericanas" atau "Uni Negara-negara Amerika Selatan",  dibentuk sebagai bagian proses penyatuan negara-negara Amerika Selatan. 

          Pada pokoknya UNASUR terdiri dari negara-negara anggota Mercosur dan "Comunidad Andina" ("CAN"),  yaitu  "Komunitas Negara-Negara Andea".

CAN paling akhir beranggotakan Bolivia, Kolombia, Ecuador dan Peru.

Turut bergabung ke UNASUR : Chili, Guyana dan Suriname (meskipun Guyana dan Suriname sebetulnya bukan  bagian Amerika Selatan,  melainkan merupakan negara di wilayah Karibea dan anggota "Caribbean Community"/"CARICOM"). 

UNASUR  pada intinya merupakan integrasi dua blok Amerika Selatan yang telah ada, yaitu Mercosur dan CAN,  meskipun juga terbuka terhadap 2 negara Karibea tersebut di atas.


Diterjemahkan oleh Nemo Nobo.

No comments: