05/10/2013

Tanggapan Bolivia Terhadap Provokasi dari Kekuatan Imperialis.





Richard Fidler, La Pa, diambil dari Kehidupan Kaum Kiri (Life on the Left)

Penolakan Washington membuat Presiden Venezuela Nicolas Maduro terbang ke Puerto Rico, 19 September, menarik sedikit perhatian media Amerika Utara dan Eropa

Namun, di Amerika Latin sikap arogan ini menuai kemarahan. Ini mengingat penolakan 4 negeri Eropa pada 2 Juli lalu – Prancis, Italia, Spanyol dan Portugal – melarang Evo Morales mendarat dan mengisi bahan bakar serta melewati wilayah udara ke empat negeri tersebut, ketika Evo Morales hendak pulang setelah perjalanan ke Moscow. Serangan tak terprediksi terhadap kedaulatan Bolivia ini, jelas perintah dari Washington, dengan alasan yang keliru bahwa pesawat Morales melindungi Edward  Snowden.


Evo Morales dengan cepat mengambil kepemimpinan di Amerika Latin untuk merespon insiden terakhir yang melibatkan Presiden Venezuela, Maduro. Sedari awal, ia mengundang semua Presiden di ALBA dan UNASUR [1] untuk memboikot sesi terakhir  Dewan Umum PBB  untuk memprotes “agresi” Amerika Serikat. Meski demikian, pendiskusian dengan para pimpinan Amlat menghasilkan kesepakatan bukan untuk menghadiri pertemuan PBB untuk mengajukan keberatan mereka. (Maduro ditangguhkan dengan alasan adanya rencana pembunuhan atas dirinya jika ia pergi ke New York, markas PBB)

Morales juga mengajukan ke Presiden Amlat lainnya bahwa sebaiknya mereka mempertimbangkan secara kolektif untuk mengucilkan Duta Besar Amerika Serikat dari negeri mereka, seperti yang dilakukan Bolivia beberapa tahun sebelumnya sebagai bentuk protes atas intervensi Amerika Serikat terhadap situasi dalam negeri Bolivia. Dan ia mengajukan supaya mereka mendiskusikan kemungkinan peluncuran pernyataan sikap internasional yang legal menentang Barack Obama atas pelanggaran  diplomasi dan hukum internasional  yang dilakukannya secara berulang-ulang.

Dalam pernyataannya yang ia tujukan kepaa PBB, 25 September lalu, Morales menyerukan pengadilan rakyat dengan dukungan dari organisasi HAM internasional, untuk megadili Obama atas pelanggaran HAM yang dilakukannya. Sebagai contoh adalah tindak kriminal yang dilakukan Obama yang merupakan pelanggaran HAM, yaitu pengeboman Libya, dan juga peristiwa  di Irak dan intervensi Amerika Serikat pada negera di dunia yang bertujuan untuk menguasai “sumber alam yang ada”

Semenjak kematian Hugo Chaves, di awal tahun ini, Morales telah meyatukan pimpinan Amerika Latin yang mayoritas bersepakat  bahwa Amerika Serikat dan negeri-negeri imperialis lainnya telah melakukan pelanggaran HAM dan  sebagian dari pimpinan Amlat juga bersepakat untuk menciptakan sebuah proyek berupa kekuatan alternatif anti kapitalis dalam skala global dan kontinental.

Ia dengan cepat melakukan pembajakan udara pada 2 Juli yang menjadi penggerak aksi anti imperialis yang resmi dan populer. Segera setelah pertemuan mendadak beberapa pimpinan Amlat pada awal bulan Juli lalu untuk memprotes insiden tersebut, pemerintah Bolivia, bersama dengan organisasi sosial Bolivia membentuk kelompok di Pacto de Unidad, guna mengorganisir peremuan rakyat internasional dalam menentang imperialisme dan kolonialisme.

Pertemuan itu diadakan di Cochabamba  pada 31 Juli – 2 Agustus, pertemuan tersebut dihadiri oleh 1200 orang yang mewakili 90 organisasi di Amerika Latin dan Eropa. Selama 3 hari pertemuan, sebuah deklarasi formal disusun dan diperdebatkan, diamandemen dan dilengkapi dalam 6 workshop. 5 topik pendiskusian direncanakan” yaitu kedaulatan politik, kedaulatan ekonomi, dekolonisasi dan anti imperialisme, HAM internasional, Perjanjian dan Spionase. Di pertemuan awal, beberapa delegasi, termasuk Venezuela, menambahkan topik ke enam, yaitu jaringan Komunikasi – Counter Offensive.

Pada hari terakhir, yait tgl 2 Agstus – tpatnya satu bulan setelah insiden 2 Juli – para peserta bergabung dalam sebuah aksi reli yang masif dan aksi tersebut melewati Cochabamba yang ditujukan bagi Evo Morales. Jumlah massa aksi berkisar hampir satu juta.


“Kami harus membentuk aliansi”, seru Morgales dalam aksi tersebut, “Kami harus menyatukan gerakan sosial, partai politik, dan pemerintah amlat dan karibean yang anti imperialis dengan kelompok yang sama di Eropa untuk memerdekakan diri kami dari imperialisme Amerika Utara. Hari ini, 2 Agustus adalah hari Anti Imperialisme ...” Ia menyerukan pembangunan “sebuah gerakan dunia untuk kedaulatan dan pembebasan rakyat”

Deklarasi final tersebut, dilengkapi dengan hasil workshop, yang dibacakan saat aksi. Selain itu, banyak web site yang mempublikasikan dengan baik keseluruhan resolusi yang diadopsi oleh hasil workshop. Tidak ada terjemahan bahasa inggris yang tersedia untuk deklarasi tersebut. Di bawah ini saya menerjemahkan sebagian besar deklarasi tersebut, bersamaan dengan rangkuman beberapa bagian yang tercatat serta sejumlah tuntutan yang diadopsi oleh workshop.
Dicantumkan secara bersamaan, statemen ini menyediakan padnagnan terkait tema pokok dan perspektif pokok kaum kiri dewasa ini khususnya di Amerika Latin.


Melawan Imperialisme dan Kolonisasi: Enam Stratgi untuk Kedaulatan, Martabat dan Kehidupan Rakyat



Sebuah pertemuan rakyat Amlat dan dunia anti imperialis dan anti kolonialis telah diadakan di Bolivia sebagai bentuk perlawanan yang ditujukan sebagai protes atas kebisuan suara pemberontakan rakyat yang berjuang untuk dunia lain yang lebih baik yang mungkin dimana emansipasi manusia dan ibu bumi bisa terjadi

Oleh karena itu, kami yang mengadakan pertemuan pada 31 Juli hingga 2 Agustus 2013 mendeklarasikan sebagai berikut:

Krisis Kapitalisme baru – baru ini adalah krisis multi dimensi: sebuah krisis keuangan, krisis produksi, iklam, pangan, energi, politik dan ideologi. Singkat kata, sebuah krisis peradaban yang mengancam bukan hanya kehidupan kapitalisme,namun juga kemanusiaan dan seluruh isi planet ini. meski demikian, menghadapi krisis ini dan upaya untuk bertahan hidup dan memperkuat sistem ini, para pendukung kapitalisme dan pemerintah pendukung imperialis mempromosikan privatisasi lebih luas lagi, penghancuran bumi yang lebih luas dan penghancuran hak sosial rakyat dan perampasan sumber alam.

Di tengah krisis, perand dan kudeta dilakukan oleh kekuatan imperialis yang bertujuan untuk membentuk pemerintah boneka dan merampas sumber alam strategis. Invasi ke negara –negara dunia dan sabotase terhadap proses perubahan adalah respon negeri imperialis atas kriss sistem kapitalisme yang kini sedang berlangsung.

Serangan imperialis dimulai dengan intervensi NATO dalam upaya pecah belah di  banyak negara sosalis dan  bekas bagian negara Yugoslavia, dimana di tempat tersebut diluncurkan sebuah strategi fragmentasi teritorial yang coba dilakukan di Bolivia, Venezuela dan Ekuador. 

Invasi Afganistan dan Iraq adalah aspek lain dari periode bersejarah seperti bagaimana imperialis menguasai sumber alam dan menerapkan seperangkat strategi geopolitikyang bertujuan mempertahankan pola hubungan utara – Selatan dan mencegah konsolidasi kekautan hubungan selatan-selatan.

Setelah tahun 2008 dengan perintah Barack Obama, imperialisme telah mengambil jalan serangan bersenjata (militer) dalam mengatasi krisis kapitalisme. Libya menjadi korban perama dan sekarang fokus serangan ke Syria dan Iran dengan kerumitan PBB, yang memiliki dewan Pangan yang secara virtual dilanggar oleh Amerika Serikat, Inggris dan Prancis.

Kekuatan militer transnasional Amerika Serikat disebut NATO. Konsep strategi baru membuat planet ini mejadi sebuah teater global untuk pengoperasiannya. Amerika Latin sekarang menjumpai dirinya terancam oleh permintaan Colombia supaya menjadi rekan kooperatif NATO.

Manifestasi lain dari serangan global imperialisme adalah bentuk pelanggaran terhadap konvensi dan perjanjian internasional yang disusun seetelah Perang Dunia II. Semenjak serangan invasi ke  Iraq, Amerika Serikat dan Sekutunya di Eropa di NATO membuatnya semakin jelas bahwa kepentingan geo politik mereka dalam merampas sumber alam dunia melangkahi  peraturan internasional yang ada.


Salah satu pelanggaran yang terbaru adalah menculik Presien Evo Morales pada 2 Juli lalu, saat 4 negeri  Eropa melanggar haknya untuk mengisi bahan bakar dan menggunakan ruang di udara, membahayakan hidupnya. Jelas itu terjadi  sebelum dan setelah 2 Juli, 2013. Juga tidak kebetulan bahwa satu-satunya negara yang memungkinkan pendaratan adalah Austria, yang bukan anggota NATO.

Serangan kapitalis dunia diekspresikan di Amerika latin dengan pembukaan pembukaan lebih banyak basis militer di basis benua kita: implementasi Rencana Colombia, Inisiatif Merida, [2] Inisiatif Andean [3] dan Inisiatif Basin Karibean [4]; kudeta yang gagal dan kalah dalam melawan Chavez di Venezuela (2002, Morales di Bolivia (2008) dan Rafael Correa di Ekuador (2010); kudeta militer melawan Manuel Zelaya di Honduras (2009)  dan aktivasi armada kapal ke emat (untuk mengkontrol lautan samudra melalui kemungkinan penyebaran yang cepat).

Kekalahan berikutnya atas Area Perdagangan Bebas Benua Amerika (FTAA) di Mar del Plata pada tahun 2005, imperialisme telah kembali dipersenjatai secara politik dan ekonomi, dalam mempromosikan Aliansi Pasifik sebagai sebuah blok pendukung negara perdagangan bebas yang ditujukan untuk melawan proses integrasi di kawasan
secara politik, ekonomi dan ideologis, hal ini ditujukan khususnya untuk mengonfigurasi ulang keseimbangan kekuatan secara geopolitik dan bertindak sebagai kounter untuk mengembangkan pengaruh ALBA, dari pada memperkuat UNASUR dan CELAC. Aliansi Pasifik mewakili sebuah upaya untuk mereplikasi model neokolonial FTAA.

Imperialisme dan kolonialisme menggunakan media sebagai alat paling penting untuk mengacaukan rakyat kita dan untuk merusak dukungan sosial terhadap pemerintahan progresif kita. Mereka juga membangun jaringan teknologi mutakhir sebagai bagian dari intervensi imperialisme AS terhadap negara kita.

Guna melawan konteks yang sangat sulit ini, gerakan dan rakyat seluruh dunia mesti bersatu di Cochabamba untuk menyepakati melawan imperialisme dan kolonialisme dengan mengimplementasikan 6 strategi untuk kedaulatan dan martabat dan kehidupan rakyat kita.

[Berikut ini adalah ke enam strategi yang telah dirangkum – RF]



STRATEGI 1
MEMPERKUAT KEDAULATAN RAKYAT DUNIA DENGAN MELAWAN KEKUATAN IMPERIAL DAN DOMINASI INSTRUMEN MILITERISTIK SEPERTI NATO


Kata pengantar di bagian ini mengisahkan pembentukan NATO pada tahun 1949 sebagai aliansi dasar imperialis selama Perang Dingin dan digunakan semenjak kejatuhan Uni Soviet sebagai sebuauh instrumen Ameerika Serikat dan negeri imperialis lainnya untuk menguasai geopolitik dan ekonomi dunia dan untuk menjaga kelangsungan kapitalisme.

Dokumen ini menyerukan kepada rakyat dan negeri-negeri Selatan supaya memobilisasi oposisi terhadap NATO dan aliansi imperialis lainnya dan untuk melawan invasi terhadap negara yang berdaulat dan perampasan sumber alam. “Tanpa nasionalisasi sumber alam, tidak akan pernah ada kedaulatan”. Dan dokumen tersebut menyerukan pembentukan penelitian terhadap  Neo- kudetaisme dan intervensi militer Amerika Serikat dan sayap bersenjatanya, NATO.”


Di tengah upaya tersebut, dokumen ini merekomendasikan untuk membebaskan rakyat dunia dari kolonialisme an menyerukan supaya ada kampanye berkelanjutan melawan blokade Amerika Serikat terhadap Kuba dan revolusinya, “sebuah revolusi rakyat dunia” dan untuk kembalinya Malvinaas ke Argentina. Dan dokumen ini menyerukan pula supaya ada mobilisasi internasional untuk memodifikasi komposisi Dewan Keamanan PBB dan “mendemokratiskannya” dengan meningkatkan perwakilan negara berkembang di dewan keamanan.

Workshop terkait topik ini mengadopsi sejumlah proposal yang belum termasuk dalam teks terakhir. Diantaranya:


-        Menjadikan 2 Juli sebagai hari internasional melawan imperialisme, untuk mewakili emansipasi rakyat dan khususnya negeri plurinasional Bolivia, dan menolak serangan terhadap Presiden Evo Morales;
-        Mengadakan pertemuan ke dua  anti imperialis, anti kapitalis dan anti kolonialis untuk kedaulatan rakyat dan keamanan HAM di Venezuela pada 5 Maret 2014, sebagai bentuk penghormatan terhadap mendiang Hugo Chavez.
-        Berpartisipasi dalam Festival Mahasiswa dan Kaum Muda di Quito, Ekuador, pada 7 – 13 Desember 2013.


STRATEGI 2

ALIANSI DAN MOBILISASI RAKYAT UNTUK MENCEGAH RESTORASI NEOLIBERALISME DAN FTAA


Bagian ini khusus bicara tentang Aliansi Pasifik sebagai instrumen untuk merestorasi  privatisasi layanan jasa dan pembangunan sumber alam berdasarkan pada perjanjian perdagangan bebas dan investasi , sebuah upaya untuk menciptakan kembali area perdagangan bebas di kawasan benua Amerika dan untuk melawan upaya terhadap unifikasi dan penyatuan politik di Amerika Latin seperti ALBA, MERCOSUR, UNASUR dan CELAC.

Di tengah upaya khusus tersebut, dokumen ini menawarkan “promosi dan pengakuan model pembangunan yang mendefinisikan kedaulatan oleh rakyat dunia berbasiskan solidaritas, komplementaritas, vivir bien dan harmoni dengan ibu bumi...” dokumen ini menyerukan adanya “proyek ekonomi alternatif yang mengakui, menghargai dan memperkuat komunitas, warga pribumi dan struktur keturunan rakyat kita dan mempromosikan sosialisme, sebuah perekonomian yang berbeda dari kapitalisme.”

Model kapitalisme, katanya, seharusnya dilawan dengan membangun kelompok sosialis, “berdasarkan kepemilikan sosial dan pengakuan terhadap pluralisme, ekonomi sosial komunitarian dan negeri.”Dokumen ini memerlukan dukungan negara untuk sebuah sektor yang produktif berbasiskan usaha kecil dan mikro dan sebuah ekonomi sosial yang kooperatif dan  berbasiskan solidaritas” – yang semuanya, katanya, adalah pencipta pekerjaan – bersamaan dengan “usaha negara untuk kedaulatan dan martabat rakyat dan demokratisasi kesejahteraan.

Untuk melawan “konsumerisme dan komersialisasi,” hal ini merupakan suatu yang fundamental untuk mengkonsumsi produk kita sendiri dan makanan yang sehat dan aman milik kita sendiri”

Terkait kedaulatan tekhnologi, statemen ini mengucapkan, melibatkan pembangunan pengetahuan dan inovasi dalam kerangka dialog antara primumi komunal kuno dan pengetahuan petani dan pembelajaran serta tekhnologi modern.

Dokumen ini mendesak dukungan bagi rakyat Bolivia yang terkurung di sebuah pulau dan  sedang berjuang untuk merebut akses Pasifik yang hilang di  Chile dalam sebuauh perang Pasifik tahun 1870an. Ini bisa menjadi hasil terbaik yang bisa dicapai melalui pembentukan sebuah Komite Trinational Terkoordinasi Rakyat antara Bolivia, Peru dan Chile yang bisa mengamankan tuntutan ini dalam konteks keadilan dan solidaritas.

Akhirnya, statmen ini menyerukan pembagunan “sebuah instrumen aksi politik gerakan sosial untuk mendiskusikan aksi dalam mempertahankan pemerintahan yang meluaskan pilihan progresif bagi Amerika Latin dan dukungan bagi perjuangan revolusi lainnya.”

Workshop  terkait topik inii mengadopsi sejumlah proposal yang belum masuk dalam deklarasi final, diantaranya:

-        Untuk memecahkan permasalahan tanah dan untuk mengakui hak petani pribumi untuk mengatur tanah mereka sendiri,proses pembangunan reformasi agraria yang  komprehensif adalah kunci untuk menjamin kedaulatan pangan. Penjualan tanah harus dilarang, dan fungsi ekonomi tanah harus diakui.
-        Kedaulatan moneter. Kolonisasi juga merupakan hasil dari kebijakan moneter, yang menguatkan dollar. Pengamanan Sucre sebagai mata uang regional kita dan aksi integrasi moneter, membuat mata uang Sucre kita menjadi mata uang umum.
-        Penguatan Bank Selatan sehingga bisa membiayai usaha untuk mencapai kedaulatan pangan, membebaskan kita dari ketergantungan pupuk transgenik dan mencegah Monsanto menginvasi teritori kita.
-        Membentuk parlemen ALBA
-        Menciptakan sebah koordinasi kontenental rakyat antara peru, Chile dan Bolivia untuk membantu meningkatkan akses Bolivia terhadap laut.


STRATEGI 3
DEKOLONISASI DAN ANTI IMPERIALISME


“Tak mungkin berbicara pembebasan nasional dan pemulihan kedaulatan ekonomi dan politik,” ucap preambule statemen bagian ini, “tanpa menempatkan kebutuhan untuk membangun sebuah visi alternatif  dari kapitalisme yang mengekang, ekstravis dan penjarah.” Ini membutuhkan “penguatan keberaaman dan interkulturisme untuk mencapai sebuah kedaulatan berpikir dan kesadaran, pemulihan pengetahuan turun menurun rakyat kita.”

Berikut adalah beberapa langkah spesifik yang diusulkan untuk mendorong dekolonisasi dan kekuatan anti imperalisme : 

-        Pelibatan yang lebih besar gerakan sosial anti kapitalis dan anti imperialis dalam aliansi internasional dan dewan formal dan informal
-        Pembangunan dewan konstituante di semua negeri – negeri Amerika latin seperti di benua lainnya untuk mendirikan negeri plurinasional dan model yang jelas ada di Bolivia dan Ekuador;
-        Menciptakan gerakan sosial media di Amerika latin dengan pusat di Bolivia, untuk melaporkan beragam pengalaman juang mereka
-        Menyelenggarakan pertemuan tahunan internasional anti imperialis dan anti kolonial, pada 28 Juli untuk memperingati hari kelahiran Hugo Chaves; dan
-        Menciptakan sebuah universitas rakyat ALBA untuk “mendekolonisasi struktur pendidikan, institusional dan mental dan membangun proyek Amerika Latin kita sendiri dan program yang mampu membangun wilayah regional dengan kedaulatannya sendiri, martabat, kesetaraan dan identitasnya.”

Seksi ini juga menyerukan tuntutan bahwa imperialisme harus membayar utang ekologinya’ mendukung proses perdamaian di Kolombia, mendukung kemerdekaan Puerto Rico. Workshop terkait topik ini menambahkan seruan pencabutan Munustah [5]dari Haiti.

STRATEGI 4
PENGUATAN HAK ASASI MANUSIA DAN HAK BUMI DARI SUDUT PANDANG RAKYAT

“Hak asasi manusia dari perspektif imperialisme adalah sebuah alat konsolidasi model masyarakat yang individualistik, privasi, hirarki dan yang mana pasar mengontrol dan mendominasi seluruh rakyat kita.” Hal ini merupakan permukaan yang ditetaskan dalam pertemuan Komisi HAM antar Benua Amerika (IAHCR) dan dalam badan internasional lainnya. “Namun, aksi internasional  yang dilakukan baru-baru ini untuk melawan Evo Morales  tidak hanya sebuah pelanggaran hukum internasional oleh negara, mereka juga mendemonstrasikan dekadensi masyarakat Eropa.”

Visi baru hak asasi manusia mestinya merefleksikan pemikiran gerakan sosial dan negara harus akuntabel terhadap gerakan ini sebagai bentuk latihan terkait hak – hak ini. Hak asasi manusia harus didasarkan pada kriteria anti imperilis dan penghargaan terhadap budaya kita dan juga kepada identitas prbumi dan keturunan Afro. Visi baru Hak Asasi Manusia harus didasarkan pada tiga pilar: pengakuan universal atas hak bumu; pengakuan efektif terhadap  hak individu dan kolektif rakyat’ dan penekanan penuh terhadap hak ekonomi, sosial,  budaya dan lingkungan. 

Dalam lingkup aksi yang spesifik, statemen ini menyerukan agar ada sebuah diskusi Deklarasi Hak Bumi secara universal, pemulihan kosmovisi hak kaum aborigin sebagai basis memperadabkan horizon vivir bien; penciptaan sebuah organ gerakan sosial antar benua yang paralel dengan PBB; promosi dan penguatan layanan dasar sebagai sebuah hak asasi manusia; dan “Menggaris bawahi pentingnya hak asasi perempuan dan kebutuhan perjuangan untuk memrantas femicide di wilayah kita.”


Dan statemen ini menyerukan akhir yang segera dan tidak terkondisikan dari perekonomian yang tidak manusiawi, komerisal dan blokade keuangan terhadap Kuba  dan juga menyerukan pemisahan dari daftar sponsor negara atas terorisme internasional; pembebasan 4 pahlawan Kuba yang secara tidak adil ditahan di AS; dan lampiran definitif

Workshop terkait topik ini menambahkan seruan tentang kemerdekaan Puerto Rico.

STRATEGI 5
PERJUANGAN MELAWAN SPIONASE DAN INTERVENSI, UNTUK MEMBEBASKAN RAKYAT DARI DOMINASI TEROR IMPERIALIS


The introduction to this section analogizes the US counteroffensive in Latin America to “low-intensity warfare.” In addition to the “international espionage” of the CIA, well-documented in many countries, the recent revelations of Edward Snowden have shed light on the extensive global network of digital spying “in violation of the privacy and sovereignty of the progressive countries.”

Pengantar pada seksi ini menganalogikan serangan AS ke Amerika Latin untuk “perang intensitas rendah”.  Dengan tambahan “Spionase Internasional” CIA, yang terdokumentasikan dengan baik di banyak negara, ilham terbaru dari Edward Snowden telah membuka soal mata – mata digital di jaringan global yang luas yang merupakan bentuk pelanggaran atas privasi dan kedaulatan di negeri – negeri progresif. “

Untuk memerangi spionase imperialis, deklarasi ini merekomendasikan aksi berikut, untuk memperkuat kedaulatan negara dan rakyat:

-        Penciptaaan infrastruktur ALBA yang tepat bisa menjadi sebuah jaringan internet yang independen dan alternatif , berjaringan dengan negeri Amerika dan Karibean melalui tekhnologi optik fiber;
-        Konstruksi peradaban Amerika Latin dan intelejen militer dan pusat intelejen tandingan sebagai bagian dari Doktrin Pertahanan ALBA, yang bisa melatih kaum revolusioner melawan spionase imperialis; dan
-        Pencapaian kedaulatan komputer dengan menasionalisasi dan membangun kontrol nasional.

Pelatihan terkait topik ini juga menyerukan adanya monitoring LSM asing di negeri- negeri selatan, untuk meyakinkan bahwa mereka tidak melayani imperialisme dalam aktivitas mereka.


STRATEGI 6
UNTUK MELAWAN KOLONIALISME, DISINFORMASI, KONTROL RAKYAT TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI

Mayoritas media swasta di Amerika Latin mencatat preambul, yang berseteru dengan posisi pemerintah yang anti imperialis, anti kolonialis dan anti kapitalis. Mereka bekerja secara konstan untuk menciptakan kerusuhan sosial. Sebagai contoh adanya kudeta media yang terjadi di Venezuela menentang Hugo Chavez pada tahun 2002, media secara sistematis kampanye media menjadi oposisi dalam proses perubahan yang sedang dipimpin oleh Evo Morales..., dan media oposisi dan oposisi politik di Ekuador terhadap Rafael Correa”, yang menginisiasi legislasi untuk mengacaukan kediktatoran media swasta di negera itu.

Ada kebutuhan besar, kata isi deklarasi ini, untuk mempromosikan sebuah sistem komunikasi yang independen melalui pembanugnan media komuntas alternatif , menggunakan jaringan komunikasi rakyat. Berikut adalah beberapa langkah yang diputuskan:

-        Meluaskan TeleSUR dan penyiaran jaringan Radio del Sur sepanjang Amerika Latin dan Karibean;
-        Membangun dan memperkuat jaringan komunikasi rakyat (radio, televisi, jaringan media sosial) yang berkolaborasi dengan gerakan sosial dan media komunikasi yang sudah ada; dan
-        Membangun akses kepada negara dan jaringan satelit media komunitas yang “mengintegrasikan stasiun televisi dan radio milik beragam gerakan sosial di negara kita, siaran tersebut isinya berkaitan dengan perjuangan pembebasan rakyat kita dan mempromosikan  model komunikasi yang kontennya berbasa asli/pribumi
Workshop tentang topik ini  mengusulkan tambahan tentang proposal strategis dalam pertemuan dunia tentang komunikasi pribumi, yang akan diadakan pada 13 – 17 Oktober di Oaxaca, Meksiko.
PENGUATAN POTENSI EMANSIPASI RAKYAT.

Di akhir seksi ini terdapat catatan “ warisan dari revolusi Kuba, “yang membuka jalan bagi semua pemerintahan rakyat hari ini dan pembela mayoritas sosial”. Dan seksi ini mengakui  “ warisan chavismo yang membolehkan pembangunan proyek politik integrasi Amerika Latin dengan sosialisme sebagai horizonnya,’ menambahkan bahwa ini merupakan sebuah sosialisme komunitarian yang lahir dari rakyat kita sendiri – kaum pribumi dan pekerja – yang memiliki ingatan panjang dan kebijaksanaan yang menegaskan kembali kepada kita tidak hanya tentang kebutuhan namun juga kemungkinan nyata untuk mengkonstruksi sebuah aturan sosial di luar logika kapital”

“Amerika Latin mengalami salah satu siklus yang paling luar biasa dalam sejarahnya,” ucap deklarasi tersebut.

“Rakyat Abya Yala [6], dalam kedua posisi mereka sebagai eklas dan sebagai rakyat pribumi campesino, telah bangkit dan bergerak menuju kemerdekaan penuhnya. Kemungkinan mereka mencapai emansipasinya, lebh dari 500 tahun setelah invasi Eropa dan 200 tahun setelah menjadi negara merdeka, tidak pernah sebelumnya hadir dengan kekuatan yang sekarang ini dimiliki : sebuah kebangkitan dalam derajat organisasi dan kesadaran rakyat, pemerintah dan pemimpin revolusioner dan progresif dengan dimensi historis yang besar, dan munculnya inisiatif penyatuan dan integrasi Amerika Latin.”

Namun sebagai tambahan ke permasalahan struktural, yang secara sederhana merupakan residu kolonialisme lama, yang adalah tantangan lain dalam melawan problem kolonialisme baru. Salah satunya adalah kebutuhan untuk memulihkan kontrol rakyat atas sumber alam. Lainnya adalah kebutuhan lebih jauh lagi atas “relasi kolaborasi, kooperasi dan solidaritas dan kelengkapan antara rakyat dan negara.” Dan masih yang lainnya, adalah untuk “membangun tekhnologi untuk merubah matrik produktif kita tampa mempengaruhi ibu bumi:”

Untuk memperkuat emansipasi rakyat, statemen tersebut mengatakan, bahwa harus ada solidaritas permanen di antara mereka, mengekspresikan tindakan konkret dalam melawan semua bentuk penindasan dan dominas; menghargai hak menentukan nasib sendiri rakyat , kedaulatan nasional dan kedaulatan rakyat, dll. untuk membangun sebuah masyarakat yang lebih inklusif, lebih partisipatif, lebih demokratik, lebih lengkap dan lebih bersolidaritas – salah satunya dengan membolehkan kita untuk hidup secara harmonis dengan ibu bumi.

[1] ALBA, the Alianza Bolivariana para los Pueblos de Nuestra América; UNASUR, the Unión Suramericana de Naciones.


[2]  The Mérida Initiative (juga disebut Rencana Meksiko oleh kritik) adalah sebuah kesepakatan kerjasama keamanan antara AS dan pemerintah Meksiko dan negeri di Amerika Tengah dengan deklarasi yang bertujuan memerangi ancaman perdagangan obat-obatan terlarang , kriminal transnasional yang terorganisir dan pencucian uang. Meliputi pelatihan, perlengkapan dan intelejen. (Wikipedia,http://en.wikipedia.org/wiki/M%C3%A9rida_Initiative)

[3] The Andean Counterdrug Initiative (ACI) adalah sebuah program yang dioperasikan dalam departemen negeri AS yang bertanggung jawab mendukung inisiatif anti obat-obatan terlarang di Kolombua dan negeri Amerika Selatan lainnya. ACI mengembangkan legislasi kontroversial, Rencana Kolombia, yang mendukung perang obat-obatan terlarang di Amerika Selatan. Program ini bertujuan untuk membasmi koka dan mendorong petani lokal untuk menanam tanaman alternatif. Tetapi untuk semua uang yang telah dihabiskan untuk membendung aliran obat-obatan terlarang ke Amerika Serikat dari Amerika Selatan, menghasilkan sedikit kemajuan dalam mencapai tujuan. (http://tinyurl.com/ks6qb6nhttp://tinyurl.com/ks6qb6n )


 [4] The Caribbean Basin Initiative (CBI) was a unilateral and temporary United States program initiated by the 1983 “Caribbean Basin Economic Recovery Act” (CBERA). The CBI came into effect on January 1, 1984 and aimed to provide several tariff and trade benefits to many Central American and Caribbean countries. It arose in the context of a U.S. desire to respond with aid and trade to leftist movements that were active in some countries of the region, such as the guerrillas in El Salvador and the Sandinista government in Nicaragua. Provisions in the CBERA prevented the U.S. from extending preferences to CBI countries that it judged to be under the influence of Communists or that had expropriated American property. (Wikipedia, http://tinyurl.com/k6h58ez)

[5] Misi stabilitas PBB di Haiti (MINUSTAH) disatukan dalam misi “menjaga perdamaian dunia” PBB (kekuatan okupasi) di Haiti yang telah beroperasi semenjak tahun 2004, mengikuti penggulingan oleh Prancis, pemerintahan terpilih Kanada dan AS dikepalai oleh Jean – Bertrand Aristide. Komponen militer dalam misi ini dipimpin oleh Tentara Brazil dan komandan kekuatan ini adalah Brazil. Kekuatan ini terdiri atas 8940 personel militer (termasuk sebuah kontinen kecil dari Bolivia) dan 3711 polisi.

 [6] Abya Yala adalah nama yang digunakan oleh banyak warga pribumi merujuk benua Amerika jauh sebelum kedatangan Columbus.

Diposting oleh  Bolivia Rising pada hari Sabtu

No comments: