23/09/2013

Kami semua adalah Chavez: Tantangan dalam Pembangunan Identitas Politik Chavista









Ditulis oleh Inigo Errejon 2013






Ditulis untuk penelitian Politik Venezuela badan GIS XXI, Íñigo Errejón menguji tantangan menghadapi identitas politik Chavismo pasca kepergian Chavez 


Pada satu poin percakapan dengan Ignacio Ramonet, yang tertangkap dalam buku Mi Primera Vida [Kehidupan pertamaku], Hugo Chavez mengumumkan fakta bahwa elit tradisional “Bolivar Kudus” berupaya untuk “mendepolitisasinya”. Dalam sebuah paradoks historis yang luar biasa, “mitos Chaves” menghadapi situasi yang serupa dewasa ini. Naiknya figur Comandante di atas debat politik, oleh sikap munafik yang merendahkan atau sebuah nostalgia kaum militan yang tulus, bisa saja sama-sama berkontribusi dalam mengubah Chavez menjadi seorang “malang yang ideologis”: sebuah poin referensi sentral di budaya politik Venezuela yangbaru saja memprovokasi sebuah konflik, sebuah konsensus yang menyatu di masa silam dengan dampak politik yang sedikit di saat ini. Setelah kematiannya, sosok Chavez hanyalah seorang yang secara terbuka ditolak oleh kaum kaya minoritas yang masih bermimpi akan kembali berjaya baik secara damai atau tidak, ke sebuah negara yang pernah ada sebelumnya, suatu masa dimana rakyat belum mengintervensi negara. Kala mereka menuduh bahwa revolusi Bolivarian sudah terpolarisasi, mereka menuduh revolusi telah mempolitisir kemiskinan dan pengucilan, sebagai contoh: membuat isu tersebut menjadi isu publik, yang bisa diperdebatkan dan dipecahkan, bukan penderitaan dan kesuraman kepemilikan pribadi.  


Semenjak Machiavelli, kita mengenal bahwa politik, semua politik merupakan tensi yang beragam antara konsensus dan konflik. Dalam politik revolusioner, dua resiko paralel ini termarjinalisasi, yang dengan konten sebanyak itu, masih memiliki keterbatasan kapasitas yang menggairahkan, dan integrasi absolut ke dalam aturan yang ada, menjadi poin referensi yang sama luasnya dengan konten kosong dan tak memiliki kemampuan memproduksi transformasi.  4 Februari pertama, Chavez menginvasi kehidupan rakyat Venezuela sebagai konflik murni, sebuah ketegaran dan pertikaian publik dari tatanan yang ada. Sebuah daerah di tengah moral dan politik yang lambat dan kerusakan Republik ke empat dan kepemimpinan sektor tersebut. Sikap tersebut menjadi sebuah simbol yang mana merupakan tuntutan yang tidak terpuaskan dari berbagai sektor sosial yang berbeda yang  berkaitan satu sama lain, yang mana Chavez sebagai seorang katalist bisa lolos dari fragmen – fragmen yang mengarah ke komponen rakyat yang masih dalam kandungan. 14 tahun Revolusi Bolivarian menuangkan nama layak ini kedalam sebuah jalan bersama mengacu pada hal yang paling merugikan. Posisi radikalnya berhadap-hadapan dengan politik Venezuela yang membolehkan Chavez menjadi sebuah nama dan permukaan prasasti bagi sebuah totalitas beragam dari posisi dan aspirasi sosial, yang tidak direduksi menjadi salah satu ideologi klasik yang sudah ada sebelumnya. Lapangan rakyat ini dijalani bersama dengan tanggal dan simbol, emosi, dengan deskripsi realitas yang sudah disebarkan, nilai dan horizon umum untuk negeri, yang membolehkan kita berbicara tentang identitas politik yang, seperti yang kami pertahankan, bukan hanya untuk mayoritas tapi yang relatif hegemonik yaitu Chavismo. 

Keberhasilan Chavismo yang fundamental adalah bagaimana menantang perbedaan antara partai tradisional dan mengeluarkan sebuah batas baru yang memunculkan loyalitas rakyat Venezuela, mentransformasi kaum kaya minoritas dengan hak istimewa ke dalam sebuah minoritas dalam politik dan melepaskan mayoritas rakyat ke dalam proyek untuk mengkonstruksi sebuah “rakyat: yang menuntut representasi bagi seluruh rakyat. Chavez mengambil tugas untuk mewujudkan batas ini, dengan  kelelahan fisik yang luar biasa, berposisi sebagai poros prinsipal yang mana  afinitas dan di dalam negara akan menjadi sumbu dan membentuk sebuah rakyat – nasional yang akan mengarah ke sosialisme. Setelah kematian Chavez, musuh-musuhnya yang tak mampu mengatasi tatanan ini yang telah mengatur mereka ke posisi yang lebih rendah, sekarang tujuan untuk menghapus batas itu dengan mentransformasi Chaves menjadi sebuah memento bersejarah yang indah dan menjadikan Chavismo sebagai sebuah aksi non politik karena kehilangan sosok seorang individu semata, dengan tiada dampak bagi loyalitas politik terbaru mereka mencari sirkuit pendek yang menghubungkan antara identifikasi afektif dengan Chavez dan kepatuhan pada proyek nasional yang dipertahankannya. Manaemen diskursif batas ini adalah kunci saat ini: Chavismo adalah sebuah tendensi bagi hampir semua orang tetapi bukan hanya sesuatu dan bukan pula sesuatu yang kontennya sesuai dengannya. Sebagai hasilnya, Chavismo secara fundamental adalah untuk mengkonstruksi “yang diluar” secara hati – hati dan mengelola permainan inklusi –ekslusi dengan flesibilitas, secara mendadak menggairahkan sedangkan di saat yang sama menempatkan pedagogi yang akan mengolah posisi masa depan. 

Manuver yang melakukan depolitisasi terhadap chavez dan menghilangkan Chavismo, dengan menjadi seorang oposisi yang tidak lagi “anti Chavista” telah mendukung kelompok muda ekstrim dari piramida penduduk Venezuela. Melawan hal ini kami harus memiliki sebuah rposes mengartikulasi sebuah budaya dan narasi Chavismo yang terus menjadi tertarik dengan masa depan, bukan hanya masa lalu, hal ini yang akan terus menghasilkan horizon umum untuk negeri ini, yang meliputi kaum intelektual dan kepemimpinan moral di tengah kaum revolusioner. Efisiensi Manajemen Publik Sosialis Baru dan konstruksi institusional merupakan kondisi sine qua non untuk memperkuat posisi tersebut yang dilakukan selama 10 dekade dan separuh transisi negara. Akan tetapi, hal ini berhasil untuk tidak perlu lagi meyakinkan dukungan dari mayoritas rakyat, yang tidak bisa lagi dibingungkan dengan momen keberhasilan kemenangan elektoral.
Setidaknya ada tiga tugas: melatih gelombang manajer intelektual; penempaan epik baru yang memelihara generasi-generasi yang tidak mengalami peristiwa bersejarah yang menstrukturkan dan menyatukan cerita Chavista atau masa silam yang berat melawan revolusi yang mewakili “kelompok baru”; dan proses belajar, berdiskusi, mensistematikakan dan membangun Chavismo, bukan sebagai kaumk tua dan album foto lama yang dicintai dan bukan pula sebagai kesatuan dogma – marikita ingat tulisan Marx yakni “Saya tidak akan pernah menjadi seorang Marxist” tetapi lebih baik ikatan dan elemen yang saling berkaitan satu sama lain menjasi ebuah subyek politik yang menantang “akhir sejarah” dan melawan evolusi internasional terbaru, menyelamatkan politik sebagai seni yang mana siapa saja yang tidak memiliki apapun kecuali dirinya sendiri akan memerintah takdir umum. 

Venezuela menghabiskan satu dekade dan separuh dekade untuk sebuah proses yang bergerak menuju sosialisme dalam kondisi kebebasan penuh dan meluaskan kedaulatan rakyat. Evolusi tersebut telah mengarah ke pengalaman yang belum pernah terjadi sebelumnya dan perluasan, tetapi salah satu harga yang harus dibayar untuk keberaniannya menghadapi tantangan dan kontradiksi unutk poin referensi historis dan sedikit kunci teori. Tetapi kepastian yang tersisa dimana politik dan perjuangan tidak akan pernah berakhir, yang akan selalu diperlukan untuk menggairahkan dan mengkonstruksi,dengan tensi yang disarankan oleh Boaventura de Sousa Santos: “Sosialisme adalah demokrasi tanpa akhir.”

Íñigo Errejón memegang gelar PhD dalam bidang ilmu Politik dari Universidad Complutense de Madrid, dan merupakan Direktor Penelitian Identitas Politik di Foundation GIS XXI dan anggota dari Foundation CEPS. Tulisan ini sebelumnya dipublikasikan di Correo del Orinoco

No comments: