23/03/2013

Ketidakseimbangan Lingkungan: Pemanasan Global dan Penyembuh Kallawaya Bolivia




La Paz, Bolivia – dengan hadirnya wacana perubahan iklam global di Doha pada COP18, realita perubahan iklim menjadi lebih nyata di beberapa ekosistem dunia yang paling rentan. Di Bolivia, sebuah negeri yang akrab dengan pemanasan global, diskursus COP sekarang lebih relevan dibanding sebelumnya.
Desa – desa yang bersarang di puncak terjal Apolobamba Cordilera di bagian utara Bolivia memiliki tradisi penyembuhan Kallawaya selama berabad-abad. Beberapa Minggu lalu, aku melakukan penelitian lapangan di wilayah Apolobamba di bagian utara Bolivia, berjalan dari desa ke desa dan mendiskusikan tentang pertanian dan perubahan iklim dengan warga lokal.  

Ketika aku menanyakan tentang mengapa sungai di depan desanya mengering, Ramon Alvarez, seorang penyembuh Kallawaya tradisional, guru dan tetua, mengeluh bahwa sungai itu adalah sebuah pertanda tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Selama beberapa tahun terakhir,  kentang dipanen lebih awal. Mereka melihat hal yang sama, merasakan hal yang sama, tetapi Alvarez bisa merasakan bahwa tubuhnya sedang sekarat. Tulangnya mengatakan padanya bahwa ia tidak akan hidup selama ayahnya karena cuaca sekarang lebih panas dan sungai lebih kering. 


Selanjutnya mendengar kisah demi kisah darinya mengenai bagaimana perubahan iklim terjadi di wilayahnya, sulit untuk mengabaikan rumah hancur yang ditinggalkan dan menyia-nyiakan kebun yang terbentang. Semenjak pemanasan global menjadi nyata di wilayahnya, seni penyembuhan Kallawaya – salah satu kebiasaan masyarakat pribumi Bolivia – mungkin akan terancam lenyap. 

Ditunjuk oleh UNESCO sebagai Perwakilan Warisan Budaya Peninggalan Kemanusiaan pada tahun 2008, penyembuh Kallawaya melacak asal – usul mereka hingga ke masa periode pra – inca. [1] Karena pengetahuan insentif binatang mereka, mineral dan sumber daya botanikal di sepanjang pegunungan Andes, Penyembuh Kallawaya adalah penyembuh terpilih oleh kerajaan Inca dan mereka terkenal dengan obat malaria mereka yang tidak tertandingi yang diberikan kepada pekerja tambang Terusan Panama. Mereka mengandalkan pengetahuan ekologi Pegunungan Andes dan lingkungan ekosistem untuk menciptakan upacara penyembuhan di negeri-negeri Amerika Selatan. 

Padangan kosmo Kallawaya didasarkan pada ribuan tahun pengetahuan pengalaman tentang lingkungan mereka dan apa yang mereka sharingkan antara komunitas mereka di sepanjang pegunungan Andes. [2] pusat pandangan kosmo adalah sebuah gagasan dimana kemanusiaan harus hidup secara harmonis dengan lingkungan sekitar. Penyakit adalah hasil dari disonansi spiritual yang disebabkan oleh putusnya beberapa hubungan antara manusia dan lingkungannya. Salah satu prinsip utama dari pandangan kosmo adalah ketika pembalasan terjadi secara setara antara manusia, komunitas dan lingkungan. Agar bisa menyembuhkan seseorang, obat Kallawaya menyatukan berbagai obat untuk menyembuhkan ekuilibrium spiritual orang dan lingkungan, memastikan keseimbangan kesehatan antara keduanya. 

Meskipun area Bautista Saavedra adalah salah satu provinsi termiskin di Bolivia, tempat tinggal Kallawaya memiliki sebuah ekosistem unik yang terkondisikan antara puncak Cordillera Apolobamba dan iklim semi tropikal di Yungas. Pertemuan unik ekosistem ini lah yang menjadi alasan kenapa Kallawaya menyebut daerah ini sebagai tempat tinggal. Di pusat panteon Kallawaya tergeletak Pachamama, ibu bumi atau dunia (tergantung terjemahannya). Meski demikian, geografi khusus Cordillera Apolobamba memainkan peran penting dalam tradisi Kallawaya. 

Pegunungan dianggap sebagai rumah yang melindungi mereka, yang tinggal dekat pegunungan, dari kemalangan. Komunitas di Cordiliera Apolabamba sering bersarang di sisi pegunungan, tergantung pada style petak pertanian untuk persediaan makanan dan minuman.   

Ketika dunia menjadi lebih panas, ekosistem pegunungan yang pertama di wilayah itu yang terkena dampaknya. Banyak gletser mencair dengan cepat di wilayah tropis Bolivia. Karena penyembuh Kallawaya melihat rakyat  secara inheren dikaitkan dengan tanah, mencairnya gletser dengan cepat – sekali perlengkapan permanen – memiliki sebuah simbolik seperti dampak yang terjadi pada masyarakat yang tinggal di bawahnya. 

Masyarakat di wilayah tersebut biasanya dibagi dalam tiga gunung yang tidak tinggi, masing – masing ditumbuhi beberapa tanaman tertentu. Sedangkan masyarakat bergantung pada zona pertanian untuk persediaan makanan, mereka juga menyimbolkannya sebagai representasi dari tubuh. Bagian level bawah, sentral dan level tinggi dianalogikan dengan kaki, badan dan kepala manusia. Metafora ini mengatur kehidupan sehari-hari dalam masyarakat dan juga menggaris bawahi hubungan intrinsik antara tanah dan masyarakat yang tinggal di sana.  

Meski para penyembuh Kallawaya dikenal sebagai penyembuh traveling, mengunjungi tempat – tempat yang jauh seperti Panama, desa di sekitar Cordillera Apolabamba adalah tempat tinggal mereka. setelah perjalanan ini, yang penting bagi mereka adalah kembali ke wilayah ini untuk bisa mempertahankan pertanian yang menjaga ke tiga level tubuh manusia/ kosmik tersebut. 

Bagi para penyembuh Kallawaya, rakyat yang bergantung pada pertanian tidak hanya untuk tidak hanya  supaya tetap ada persediaan kebutuhan fisik namun juga spiritual, perubahan iklim adalah sesuatu yang mengganggu. Musim kering lebih lama dan lebih kering, menjadikan musim basah menjadi lebih pendek. Karena tanaman sedang berubah dan musim jadi tidak terprediksi, seni penyembuhan pun ikut berubah.
Sebagai hasil dari perubahan tanaman (di samping urbanisasi umum Bolivia) banyak anak – anak meninggalkan desa mereka untuk bekerja di kota – kota, meninggalkan dataran pegunungan yang berusia ribuan tahun dari lembah sungai ke puncak pegunungan Andes yang luar biasa tandus dan terbuang.  
Ingatlah bahwa pandangan kosmo, penurunan lingkungan secara langsung dikaitkan dengan spiritual fisik dan spiritual masyarakat yang tinggal di sana. 

Pada pertemuan Dewan Umum PBB musim ke 67 (September 2012), Morales membuat beberapa janji sehubungan dengan hari terakhir yang  terkenal dari kalender Maya - 21 Desember 2012. [3] Ia mengumumkan bahwa di hari itu dunia Macha (keegoisan) akan berakhir dan hari Paca (Persaudaraan) akan dimulai. Pada hari itu, ia akan mejadi tuan rumah pertemuan internasional di Isla del Sol yang akan menghadirkan berbagai isu termasuk krisis iklim terkait dengan hubungan antara manusia dan alam, kesadaran Ibu Bumi dan pemulihan adat leluhur diantara topik-topik lainnya. 

Bagaimana pun, seperti yang dibuktikan dengan terus memburuknya konflik TIPNIS dan maraknya protes di seluruh negeri mengenai sumber daya alam setelah nasionalisasi, popularitas dan efektivitas pemerintah Morales tampaknya dipertanyakan. [4]

Meski memiliki pengakuan internasional karena berpihak pada kaum pribumi, Ibu Bumi, pemerintah Morales, Bolivia masih menyisakan tanah kontras. Sebagai negara yang masih dinilai sebagai negara termiskin di Amerika Selatan, Bolivia secara historis penduduk pribumi yang tertindas masih banyak menempati anak tangga terbawah dalam kehidupan sosial Bolivia.  Sekarang, isu ras dan kelas  diperparah dengan ancaman perubahan iklim. Percampuran masalah ini, jika tidak diselesaikan secara serius, bisa saja menjadi akhir dari salah satu tradisi pribumi yang paling tua dan terkenal. 

Dylan Harris adalah seorang penulis dan ekologis politik dari Amerika Serikat, tinggal dan meneliti di Bolivia.

Catatan:
1 - http://www.unesco.org/culture/ich/en/RL/00048
2 - http://www.theglobalist.com/storyid.aspx?StoryId=7730
3 - http://webtv.un.org/search/bolivia-general-debate-67th-session/1863127442001?term=Bolivia
4 - http://upsidedownworld.org/main/international-archives-60/3974-latin-americas-left-turn-collides-with-indigenous-movements

diterjemahkan dari http://upsidedownworld.org/main/bolivia-archives-31/4020-environmental-dissonance-global-warming-and-bolivias-kallawaya-healers

No comments: