23/03/2013

Kemanusiaan telah kehilangan seorang Titan: Wawancara dengan William I.Robinson atas Kelanjutan Perjuangan Chavez




Kaum progresif di Amerika Latin dan dunia telah kehilangan salah satu pimpinan penting. Bagaimana anda bisa menggambarkan ideologi politik Chavez dan PSUV nya?

Kemanusiaan telah kehilangan seorang titan dengan meninggalnya Hugo Chavez. Tak perlu diragukan lagi, Chavez adalah pimpinan revolusioner paling penting yang telah menyatukan Amerika Latin – terutama dari Global Selatan – setidaknya dalam satu generasi, jika bukan dalam satu abad ini. Saat Chaves berkuasa pada tahun 1999, adalah saat dimana neoliberal berjaya di Amerika Latin dan di dunia. Kemenangan Chaves dalam pemilu tersebut membuat kaum borjuasi di Venezuela mengangkat alis dan membuka mata penguasa di Washington dan dimanapun. Tetapi tidak sampai bulan April 2001 pertemuan negeri – negeri Amerika di Quebec Kanada, arah Chavez dan revolusi bolivarian menjadi makin kelihaan nyata. Chavez adalah satu – satunya kepala negara di antara 24 pimpinan negara yang hadir di pertemuan tersebut yang menolak menandatangani deklarasi Area Perdagangan Bebas di benua Amerika, yang mana jika disepakati akan menciptakan 2005 zona raksana perdagangan bebas dari Lingkaran Arktik hingga Tierra del Fuego. Itu adalah momen dimana neo liberalisme benar-benar kehilangan hegemoninya.


Tetapi Chavez tidak hanya menolak neo liberalisme. Ia meletakkan sosialisme kembali pada agenda publik di tengah banyak yang mengamini kapitalisme global yang masih mengklaim dirinya sebagai “akhir dari sejarah” dan ketika sayap kiri yang kalah bersikeras bahwa kami ini “realistik” dan “pragmatik”, untuk mengampanyekan anti kapitalisme dan membatasi diri kita sendiri pada “wajah kemanusiaan” sistem kapitalisme. Chavez menyerukan sosialisme demokrasi yang diperbaharui – apa yang ia dan PSUV sebut sebagai sosialisme abad 21 – sebuah sosialisme yang didasarkan pada protagonisme dan kontrol demokratik rakyat dari bawah, seperti yang terwujud dalam 40 ribu dewan komunal, puluhan ribu koperasi pekerja dan ribuan perusahaan publik yang dijalakan oleh Dewan pekerja di Venezuela. Adalah tepat menyerukan pengalaman di Venezuela ketika Yunani dan rakyat Eropa lainnya sedang terhuyung- huyung di bawah kebijakan penghematan anggaran negara yang dilakukan oleh kediktatoran brutal modal keuangan Transnasional.


Dalam sebuah era di mana kaum sosialis di negeri Barat telah memeluk sepenuhnya proyek neoliberalisme, di bawah pengawasan Chavez, industri minyak Venezuela dinasionalisasi , pengeluaran pemerintah meningkat secara substansial (hingga 40% di tahun 2012), dan proyek kesejahteraan dilakukan dalam skala masif. Tantangan apa yang harus dikerjakan Chavez untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut?

Kekuatan anti Chavez, Washington, dan media internasional senang sekali mengatakan bahwa Chaves “mempolarisasi” Venezuela. Tetapi Venezeula sebenarnya sudah terpolarisasi jauh sebelum Chavez berkuasa, dengan kelas kapitalis yang kecil dan elit negara dan kelompok kelas menengah raksasa di satu sisi – kira – kira sejumlah 30% penduduk Venezuela dan mayoritas adalah rakyat miskin di sisi lain. Di atas semua itu, Chavez mengembalikan kekayaan minyak kepada rakyat mayoritas. Renasionalisasi industri minyak diperbolehkan pemerintah Chavez untuk mengarahkan kembali sumber kekayaan negara kepada rakyat miskin. Capaian revolusi Bolivaria sekarang sangat terkenal: kemiskinan berkurang lebih dari separuh, dari 60% menjadi  25% penduduk dan kemiskinan ekstrim turun dari 25% ke  menjadi hanya 7%; kesehatan dan pendidikan menjadi mudah diakses; angka harapan hidup naik dari 74,5 tahun menjadi 79,5 tahun; angka pengangguran turun dari 12% menjadi 6%; ratusan dari ribuan rumah baru telah dibangun; dan seterusnya.

Namun, capaian ini dan lebih umum lagi, upaya untuk melakukan reorientasi sumber kekayaan negara kepada rakyat miskin mayoritas, biayanya diambil dari kaum borjuis, banyak dari kelas menengah, Washington dan oligarki dan kelas kapitalis Venezuela. Pemerintah Chavista menghadapi kampanye destabilisasi, termasuk upaya kudeta, plot militer dan para militer, konspirasi politik, disinformasi dan misinformasi (yang memang diinginkan oleh pers internasional), pemogokan buruh dan sabotase ekonomi dan seterusnya.

Lebih lanjut lagi, arah pembangunan sosialisme ini dilakukan di dalam ekonomi kapitalis global. Sekitar 70% dari ekonomi Venezuela masih di tangan swasta, termasuk sistem keuangan, dan negara ini masih menyisakan ketergantungan pada pasar dan perusahaan minyak. Kekuasaan material kapital nasional dan transnasional memberikan pengaruh ideologi dan politik yang berkelanjutan. Hukum nilai dan logikanya masih sangat operatif di dalam ekonomi.


Strategi yang  telah dibangun dan negara dan sektor koperasi untuk bersaing dengan kapital privat nasional dan trans nasional; ini tidak menggantikan logika akumulasi dengan logika sosial, sama halnya dengan membangun logika sosial di dalam negara dan sektor koperasi sepanjang logika akumulasi yang masih bisa beroperasi untuk ekonomi keseluruhan. Hal ini telah menghasilkan struktural serta kontradiksi politik dan ideologi. Berkenaan dengan situasi sebelumnya, sebagai contoh, inflasi menjadi masalah serius seperti adanya pasar gelap mata uang. Ini yang kemudian menjadi tantangan sosialisme abad 21 “di satu negara”
 
Di bawah Chavez, Venezuela telah membangun relasi yang sangat istimewa dengan Kuba. Apakah relasi ini adalah relasi yang saling menguntungkan bagi kedua negara tersebut?

Chavez menjalin persahabatan yang erat dengan Fidel Castro dan keduanya telah melakukan kerja bersama dalam melawan politik Washington dan dominasi ekonominya di wilayah Amerika Latin. Hubungan ekonomi antara kedua negara ini tidak berdasarkan pada kriteria profit dan keuntungan perdagangan tetapi solidaritas dan saling melengkapi. Kuba menerima minyak bumi Venezuela sebagai bentuk pertukaran untuk Kuba yang mengirim tim medis dan bentuk program sosial lainnya. kemudain Chavez berstatemen bahwa beberapa program yang dilaksanakan Venezuela adalah bentuk pembangunan model sosialisme Venezuela sendiri. Benar adanya bahwa hubungan kedua negara ini sangat menguntungkan, tapi lebih dari itu, hubungan keduanya merefleksikan persoalan politik dan ekonomi internasional yang lebih luas diantara negeri-negeri sosialis lainnya atau negeri yang pemerintahnya sedang mencari relasi berdasarkan kerja sama dan solidaritas bukan persaingan/ kompetisi.

Venezuela (bersama dengan Kuba) telah memainkan peran kepemimpinan di Amerika Latin dalam menempa persatuan politik, integrasi ekonomi dan sebuah alternatif kerja sama dan pembangunan regional berbasiskan solidaritas bukan berbasiskan keuntungan dan dimotori oleh negeri anggota bukan korporasi internasional dan agensi keuangan internasional seperti IMF atau Bank Dunia. Pada tahun 2004, Venezuela dan Kuba menggelar Aliansi Bolivaria untuk Rakyat Amerika, atau ALBA untuk mempromosikan integrasi dan solidaritas pada prinsip solidaritas bukan kompetisi. Bolivia, Ekuador, Nikaragua, dan beberapa negeri lainnya telah bergabung ke dalam ALBA. Sedangkan Venezuela telah menyediakan minyak bumi dengan istilah konsensi melalui ALBA, yang terpenting ALBA mempromosikan proyek seperti bank regional dan mata uang regional, agrikultur publik regional dan perusahaan industri dan infrastruktur gabungan, program sosial dan komunikasi. Pada bulan Desember 2011, Masyarakat Amerika Latin dan Negeri Karibean atau CELAC mengadakan pertemuan Inaugural di Caracas. CELAC mempertemukan setiap negara dalam pertemuan ini kecuali Amerika Serikat dan Kanada dan ini  merupakan tantangan politik langsung terhadap dominasi bersejarah Washington di wilayah tersebut.

 Jauh melampaui Amerika Latin, Venezuela memiliki keberagaman relasi ekonomi internaisonal – China telah menjadi partner perdagangan dan investasi utama – dan mempromosikan kerja sama selatan – selatan. Venezuela telah menjadi pendukung kuat bagi perjuangan rakyat Palestina dan perjuangan rakyat belahan dunia lainnya dan melawan intervensi Amerika Serikat di seluruh penjuru dunia, bahkan ketika itu merugikan politik negara modal dan dukungan ekonomi internasional. Singkatnya, Venezuela tidak dikejar untuk kepentingan pribadi dan kebijakan luar negeri yang opurtunistik sebagaimana Uni Soviet sebelumnya tetapi berdasarkan prinsip sejati sosialis pada solidaritas dan kerja sama.

Sosialisme di Amerika Latin mencapai puncaknya semenjak akhir tahun 2000an. Apa yang bisa menjelaskan kebangkitan sosialisme di Amlat ini dari titik historisnya?  

Tak sulit untuk memahami kebangkitan sosialisme atau tentu saja, spiral anti kapitalisme. Dalam kebangkitan krisis kapitalisme dunia di pusat sistem kapitalisme1970an, bersama dengan elit negara dan intelektual organik yang melayani borjuasi, memunculkan globalisasi kapitalis dan menimbulkan “akumulasi primitif” baru di seluruh dunia, mendestabilisasi ratusan dari jutaan rakyat. Salah satu kunci dari perluasan kapitalis yang baru ini adalah neo liberalisme, sebuah program yang memfasilitasi transfer sumber daya dari kaum miskin dan kelas pekerja di manapun ke dalam sebuah kelas kapitalis transnasional, khususnya kapital keuangan transnasional dan untuk menyatukan strata profesional dan kelas menengah untuk menikmati buah dari kapitalisme global yang baru. Sangat sederhananya adalah, kapitalisme global telah melembarkan jutaan rakyat ke dalam penderitaan dan ketidakpastian. Sistem ini telah mendemonstrasikan kegagalannya untuk mayoritas kemanusiaan.

Dalam konteks ini, dimulai di akhir tahun 1990an dimana kekuatan perlawanan di seluruh dunia mulai menyatu ke dalam massa anti kapitalis dan kampanye “Dunia lain adalah mungkin” pun dinaikkan. Tetapi apa kah dunia yang baru itu? Apakah dunia yang baru itu dalam konteks ini adalah revolusi Bolivarian dan dampak keseluruhannya yang harus dipahami. Dan ini adalah dalam konteks dimana pandangan ekstraordinari, karisma dan  pandangan ke depan Chavez mesti diapresiasi. Venezuela di bawah Chavez, adalah lebih dari perlawanan terhadap kapitalisme global,ini adalah sebuah contoh dimana sebuah dunia yang baru benar-benar bisa dan harus diciptakan, berdasarkan prinsip dan praktek sosialisme demokratik, bukan berdasarkan label.

Venezuela akan mengadakan pemilu presidensial pada tgl 14 April. Akankah PSUV akan bisa memenangkan momentum ini tanpa Chavez, khususnya semenjak diketahui adanya fakta retaknya partai karena adanya persaingan di internal partai?

Bahaya yang paling besar bagi revolusi Bolivaria, dalam pandanganku, selalu muncul dari dalam/internal, dari “endogen kanan” atau “Chavista sayap kanan”, yang, berasal dari gerakan Chavista yang menghendaki melihat Venezuela sebagai sebuah proyek demokratik sosial yang lebih lunak dan juga dari birokrasi negara dan birokrasi partai yang lebih tertarik untuk memenangkan kekuatannya sendiri, hak istimewanya dan otoritasnya, sering kali melalui korupsi, daripada memilih membantu membangun kekuatan mandiri rakyat dan kelas pekerja. Ya, persaingan di dalam partai, tetapi aku pikir di dalam analisa politik yang lebih besar, mesti melihat perjuangan menghindari birokrasi dari atas  ke bawah  yang hendak membajak kekuatan dari bawah.


Nicolas Maduro telah menjadi seorang pimpinan kiri radikal selama beberapa dekade dan datang dari latar belakang serikat buruh. Gerakan Chavista telah melakukan aksi untuk mendukung kepemimpinannya dan pencalonannya. Ia telah membuktikan kepemimpinannya selama Chavez absen dalam pemerintahan semenjak bulan Desember, dimana ia memiliki kemampuan dan massa Chavista memahami bahwa arah perjuangan adalah untuk mempertahankan dan memperdalam revolusi itu sendiri sekarang ini dalam bentuk dukungan elektoral kepada pencalonan Maduro dalam pemilu ke depan. 

William I Robinson adalah Profesor Sosiologi, Studi Global, dan Studi Amerika Latin di Universitas Kalifornia di Santa Barbara, dan pengarang buku Amerika Latin dan Kapitalisme Global (2008).
Buku ini diterbitkan pada 20 Maret 2013, wawancara untuk edisi Minggu koran Yunani Eleftherotypia. 

diterjemahkan dari http://upsidedownworld.org/main/venezuela-archives-35/4190-humanity-has-lost-a-titan-interview-with-william-i-robinson-on-the-legacy-of-hugo-chavez

No comments: