25 Februari 2013
Kuba telah menembangkan empat vaksin
atau inokulasi melawan berbagai jenis kanker tak perlu diragukan lagi merupakan
kabar penting bagi kemanusiaan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengatakan
setiap tahun sekitar 8 juta rakyat mati karena kanker.
Meski demikian, media mainstream
internasional hampir mengabaikan berita ini secara keseluruhan.
Tahun lalu, Kuba mempatenkan vaksin
pengobatan untuk melawan kanker paru-paru di dunia, yang disebut CIMAVAX – EGF. Pada bulan Januari, diumumkan bahwa telah ditemukan Vaksin baru yang disebut
Racotumomab.
Pengujian klinik di 86 negara menunjukkan
bahwa vaksin ini, meski vaksin- vaksin ini tidak memulihkan penyakit, mampu mengurangi
tumor dan mampu menstabilkan penyakit, sehingga meningkatkan harapan dan
kualitas hidup.
Pusat Imunologi Molekular Havana,
sebuah organisasi negeri Kuba, adalah pencipta semua vaksin ini.
Pada tahun 1985, institusi ini
mengembangkan vaksin untuk meningitis B, yang merupakan satu-satunya di dunia,
dan menyusul vaksin lainnya yang berfungsi memerangi hepatitis B dan demam
disertai linu di persendian dan otot. Selama bertahun- tahun, institusi pusat
ini telah melakukan penelitian untuk mengembangkan vaksin melawan virus
HIV-AIDS.
Pusat Insitusi negeri Kuba lainnya,
seperti laboratorium LABIOFAM, mengembangkan obat homeopatik untuk kanker
VIDATOX, yang diciptakan dari bisa biru
kalajengking. Kuba mengekspor obat-obatan ini ke 26 negara, dan mengambil
bagian dalam Perusahaan gabungan dengan China, Kanada, dan Spanyol.
Semua ini bertentangan dengan stereotype
yang diciptakan oleh Media, dimana media sering kali bungkam terkait kemajuan
yang dicapai oleh Kuba dan negeri dunia ketiga di bagian selatan lainnya, dimana
seringkali negeri-negeri majulah yang dianggap sebagai pelopor dalam hal
penelitian medis.
Undoubtedly, the Cuban state obtains an
economic benefit from the international sale of these pharmaceutical products.
However, its philosophy of investigation and commercialisation is diametrically
opposed to the business practices of the large pharmaceutical industry.
Pemenang penghargaan Nobel untuk
pengobatan, Richard J Robert baru – baru ini mengadukan industry farma yang
penelitiannya tidak berorientasi untuk menyembuhkan penyakit, tetapi untuk
mengembangkan obat untuk penyakit kronis, yang nota bene secara ekonomi lebih
menguntungkan.
Robert menyarankan agar penyakit
tertentu di negeri – negeri miskin diteliti, namun karena tidak mendatangkan
banyak keuntungan, jadi tidak diteliti. Itulah mengapa 90% dana penelitian
ditujukan bagi penyakit yang diderita hanya oleh 10% penduduk dunia.
Industri pengobatan public Kuba merupakan
salah satu sumber utama dari mata uang asing untuk Negara ini, yang
dikendalikan oleh berbagai prinsip radikal
Pada tahap pertama, penelitian ini
ditujukan, sebagian besar, untuk mengembangkan vaksin yang mencegah penyakit
dan sebagai konsekuensinya, mengurangi pengeluaran penduduk untuk membeli obat.
Dalam sebuah artikel di majalah
bergengsi Science, peneliti dari Universitas Stanford
(California), Paul Drain dan Michele Barry mengatakan bahwa Kuba memiliki indikator
kesehatan yang lebih baik dari Amerika Serikat, meski harus menghabiskan 20
kali lebih sedi sector ini.
Alasan untuk ini adalah tidak adanya, dalam model Kuba, tekanan
komersial dan dorongan dari perusahaan farmasi, dan strategi yang berhasil mendidik masyarakat mengenai
pentingnya kesehatan preventif.
No comments:
Post a Comment