10/08/2012

Di Balik Bayang-bayang Kudeta: Mobilisasi Gerakan Sosial untuk Demokrasi


 
Aksi protes melawan Kudeta Photo: Telesur

Ditulis oleh  Benjamin Dangl   
Kamis , 07 August 2012 07:29

Baik cuaca hujan ataupun cerah, setiap kamis di Asuncio, Paraguay, para aktivis melakukan aksi protes terhadap pemerintahan sayap kanan Federico Franco yang memegang tampuk kekuasaan pada 22 Juni 2012, setelah berhasil melakukan kudeta parlementer terhadap Presiden sayap kiri, Fernando Lugo. Aksi protes yang berlangsung mingguan ini membawa sebuah semangat dan strategi protes yang baru pasca kudeta di Paraguay. 

Kudeta telah melahirkan perjanjian korporasi yang baru, represi terhadap hak rakyat dan pembatasan kebebasan pers. Hal tersebut juga tanpa disadari telah menciptakan panorama baru dalam  gerakan dan perjuangan sosial kiri. 

Gerakan untuk demokrasi ini telah bangkit melawan pemerintah dan Negara baru hasil kudeta dan penindasan korporat terhadap hak asasi manusia, lingkungan dan petani kecil. Beberapa aktivis melakukan aksi protes terhadap PHK bemotif politik. Sementara yang lainnya menuntut dibentuknya kontitusi baru. Selain mengkritik pemerintahan Franco, gerakan ini juga meletakkan pendiskusian yang lebih maju yakni tentang jenis Negara seperti apa yang diinginkan rakyat Paraguay, terlepas siapapun yang berkuasa. 

Perlawanan Kolektif

 “Apa yang kita saksikan sekarang ini adalah aksi protes yang terorganisir secara kolektif dan mandiri,” Ucap Gabriella Schvartsman Munoz, juru bicara perempuan unutk Movimiento Kuna Pyrenda, seorang aktivis sosialis dan gerakan politik feminis yang mengorganisir aksi protes kamisan di ibu kota, yang memberi penjelasan pada interview atau wawancara via telpon dari Asuncion. 
Gerakan mobilisasi saat ini lebih bersifat kolektif dan terorganisir  yang merupakan sebuah fenomena yang relative baru untuk demokrasi di Negara tersebut. 

 “Sebelumnya, presiden serikat yang mengorganisir pemogokan rakyat atau seorang pimpinan campesino (petani kecil) yang memimpin aksi massa mobilisasi. Sekarang kita tidak melihat bentuk kepemimpinan tradisional ini”, Jelas Munoz.” Di belakang aksi-aksi massa ini, tidak ada pimpinan politik, tidak ada pimpinan organisasi; aksi mobilisasi massa ini merupakan mobilisasi massa spontan yang sebelumnya tidak pernah terlihat dan sekarang menjadi tokoh utama”   


Perlawanan terhadap kudeta ini meluas di penjuru negeri dan melibatkan aksi masyarakat urban (terbesar ada di Asuncion) yang telah menyatu dengan beragam warna, seni, teater, music, dan puisi sebagai bentuk ekspresi perlawanan. Tercatat, kaum muda banyak yang memimpin pengorganisiran gerakan ini, jaringan social seperti Facebook, dan Twitter memainkan peran kunci yang penting dalam mengajak rakyat untuk bersama – sama melawan pemerintah hasil kudeta. 

“[Gerakan urban] ini mewakili nafas segar dalam sektor gerakan sosial yang lemah dan tidak termobilisasi,” Pengacara Hak Asasi Manusia Paraguay, Orlando Casillo menjelaskan pada ku dalam sebuah interview. “Paraguay sekarang berada dalam periode yang sangat menarik, dimana serentetan kemungkinan baru bisa memperkuat proses gerakan social” 

Di luar perbatasan Negara, gelombang migrant Paraguay, yang selama delapan tahun terakhir  yang jumlahnya telah meroket juga memobilisasi diri melawan kudeta Franco. Castillo berkata,”Rakyat kini telah mengorganisasikan dirinya untuk melakukan perlawanan global. Di luar negeri, aksi mereka telah menjadi wajah internasional melawan kudeta”

Perjuangan untuk Kedaulatan 

Secara nasional, pemerintah Franco tidak menampakkan perbaikan kondisi kelas pekerja yang miskin. “Situasi social secara mendasar sama, tidak ada perubahan (sejak kudeta): kemiskinan dan kemiskinan ekstrim hampir mencapai 57% dari jumlah penduduk” kata Raul Zacarias Fernandez, seorang sosiolog dan Direktur Departemen Ilmu sosial di Universidad Catolica de Paraguay di Debat Revista. Menurut sosiolog tersebut, gerakan rakyat yang tak punya tanah berjuang untuk tanah mereka “mereka sedang mengorganisir kembali dan mempersiapkan pendudukan kembali”

Sementara itu, Franco tidak bertemu dengan gerakan sosial tunggal, urban atau organisasi petani kecil semenjak mengambil alih kekuasaan. Ia lebih memilih focus pada pertemuan – pertemuan dengan pimpinan bisnis. Dalam waktu singkat, ketika ia berada di kantornya, Franco telah melakukan perjanjian controversial dengan Monsanto dan Monttreal – based Rio Tingo Alcan, perusahaan tambang, yang didalamnya terdapat perjanjian yang mengancam hak manusia dan lingkungan dan kedaulatan ekonomi dan kedauilatan Negara. Gerakan ini telah mendorong terjadinya aksi-aksi massa dan perdebatan di seluruh negeri. 

Terkait perjanjian dengan RTA dan Monsanto, ahli ekonomi Paraguay Luis Rojas, menyatakan pada IPS News bahwa “sungguh mencemaskan ketika sebuah pemerintahan yang tidak terpilih dalam pemilu membawa investor asing tanpa kontrol”. Dalam kasus dua perjanjian ini, Franco telah bertindak tanpa melakukan studi sebelum menandatangani dua perjanjian tersebut. 

Pada tanggal 30 Juli, kampanye “Tidak untuk kudeta Rio Tinto Alcan” telah diluncurkan oleh mantan presiden Ludo dan Ricardo Canese, seorang insinyur dan pimpinan organisasi Fornt Guasu sosial. Mereka berupaya untuk mencegah perusahaan asing tersebut masuk ke negeri ini dan mengumpulkan 100.000 tanda tangan melawan perjanjian RTA, yang mereka sebut  membuka jalan bagi kudeta.

Sebagai respon terhadap perjanjian Pemerintah Franco baru –baru ini dengan Monsanto yang mendukung penggunaan benih  kapas genetik , pimpinan campesino, Jore Galeano menyatakan pada AP bahwa penggunaan benih kapas genetic tersebut menyerang ekonomi petani kecil dan akan penggunaan agro kimia hanya akan menguntungkan produksi skala besar. “Hal ini merupakan kondisi komersial yang menyerang konsep perjuangan kita bagi kedaulatan agrikultural Paraguay,” kata Galeano.  

A number of protests and strikes have also been organized by workers and unions to denounce the Franco government’s politically-motivated firing of state employees in a wide range of agencies, ministries, hydroelectric plants and public media outlets. The workers say they are being dismissed for their support for Lugo, or their leftist political beliefs. The fact that this purging of public employees is being committed by an administration that was not democratically-elected has further incensed workers and their supporters. 

Sejumlah aksi protes dan pemogokan juga diorganisir oleh para pekerja dan serikat buruh untuk melawan politik pemerintah Franco yang memecat para pegawai  negeri  yang tersebar di berbagai agensi, kementrian dan departemen tenaga air tanaman dan media publik. Para pegawai tersebut mengatakan mereka dipecat karena mereka mendukung Lugo atau karena mereka berideologi kiri. Fakta bahwa pemerintah Franco telah melakukan pembersihan terhadap pegawai negeri yang mendukung Lugo merupakan tindakan yang tidak demokratis telah membuat para pekerja marah dan mendukung perjuangan pegawai negeri. 

Keluar dari Bayangan Diktator

Banyak perubahan sosial dan politik yang terjadi baru-baru ini bisa dibandingkan dengan bayang-bayang kediktatoran Alfredo Stroessner (1954 -1989), yang masih lekat membayangi bangsa ini. Setelah kejatuhan pemerintahan kediktatoran tersebut pada tahun 1989, banyak politisi yang berwatak sama memasuki dunia politik dengan cara baru, kata Castillo. “Sementara sistem kediktatoran sudah ditinggalkan, sistem kekuasaan tetap utuh” . Dan struktur kekuasaan ini -  bersifat feudal, represif, elitis dan konservatif – masih terus menentukan politik Paraguay hari ini. 

 “Keberhasilan mereka melakukan kudeta, justru telah memposisikan kembali aktor politik, memblejeti topeng mereka, membuat rakyat urban dan miskin kota mampu membedakan mana yang masih mau mempertahankan status quo dan mana yang mau melakukan perubahan terhadap status quo” Kata Castillo.
Pembaharuan kesadaran politik telah termanifestasi dengan sendirinya dengan beragam cara. Menurut Munoz, kudeta telah membuktikan bahwa konstitusi 1992 menjadi tidak berguna ketika dimanipulasi oleh para politisi yang menggunakannya untuk melakukan kudeta parlemen  yang illegal. “Dan kemudian rakyat berkata ‘Tidak '

Ia mengatakan bahwa krisis yang terjadi baru-baru ini tidak bisa dipecahkan dengan pemilu presidensial yang dijadwalkan pada April 2013. Solusinya adalah, menurut Munoz, akan muncul ketika rakyat bisa duduk bersama mendiskusikan masa depan dewan konstitusional. “Ada hal mendesak yang dibutuhkan sekarang,” ia berkata, “untuk membangun mekanisme yang kuat yang menjamin hak rakyat tidak akan ditindas…. Kita akan bergerak ke arah itu, kita akan mendiskusikan paradigm baru.”

***
Benjamin Dangl adalah seorang jurnalis yang focus pada Amerika Latin dan penulis Dancing with Dynamite: Social Movements and States in Latin America (AK Press) dan  The Price of Fire: Resource Wars and Social Movements in Bolivia (AK Press). Ia adalah editor TowardFreedom.com,  a progressive on world events and UpsideDownWorld.org, sebuah website yang meliput tentang segala aktivitas dan politik di Amerika Latin. Email: Bendangl(at)gmail(dot)com

No comments: