Ditulis oleh Johannes Wilm
Rabu, 18 Juli 2012.
Uskup berhaluan kiri Fernando
Lugo terpilih sebagai Presiden Paraguay pada 2008. Dengan terpilihnya Lugo, berakhirlah
61 tahun kekuasaan partai konservatif Partai Colorado. Serupa dengan apa yang
terjadi di beberapa negara Amerika Latin beberapa tahun terakhir, pemerintahan
baru ini menyusun program sosial dan hubungan jangka panjang dengan
Amerika Serikatpun secara perlahan
digantikan oleh aliansi dengan negara tetangga.
Selama pemerintahannya, Lugo
dihadapkan pada mayoritas anggota parlemen yang menentangnya dan wakil
presidennya yang berasal dari partai politik yang berbeda secara terbuka
menyerangnya dalam beberapa tahun terakhir. Pada 21- 22 Juni, Lugo disingkirkan dari
kepresidenannya melalui impeachment di
parlemen melalui “pengadilan politik”. Impeachment presiden melalui pengadilan
politik adalah struktur khusus yang tersedia dalam Konstitusi Paraguay. Konstitusi
ini mengijinkan adanya satu majelis parlemen untuk memulai proses impeachment
melawan Presiden, dan bagi majelis kedua untuk memberikan penilaian apakah
mereka menemukan kesalahan Presiden atas apa yang dituduhkan majelis pertama
pada presiden. Pengacara Lugo, Adolfo Ferreiro yang membela Lugo dalam
impeachment ini menjelaskan bagaimana sebuah impeachment bisa terjadi pada sang
presiden tanpa pelanggaran hukum sekalipun :”Ada pihak yang berada di belakang
ini semua untuk membuat suatu pengadilan politik tanpa alasan apapun, hanya
karena mereka tidak menyukai sang presiden. Mereka bilang bahwa alasan
pengadilan politik tersebut tidaklah penting, selama mereka merasa perlu untuk
memenangkan suara supaya terselenggara pengadilan politik. Mereka sekarang sedang mencoba untuk membingungkan hal ini dengan 'mosi tidak percaya
' sebagaimana yang ada dalam beberapa
sistem parlemen. Model seperti ini memang ada di beberapa negara Eropa dengan sistem
parlementer. Di sana, beberapa pemerintah dipilih oleh parlemen dan bisa
disingkirkan melalui perhitungan suara. Di sini, sebaliknya, kita memiliki
sistem presidensial, sehingga presiden dipilih langsung oleh rakyat dan tidak
ada kaitan langsung antara siapa presiden dan siapa yang mayoritas di
parlemen”.
Ferreiro dikenal pada tahun 2008 yang secara terbuka menentang pencalonan Lugo dan dia terus menjadi seorang kritikus sekutu dekat, seperti pemerintah Venezuela. Pembelaannya terhadap Lugo dalam prosedur pembelaan adalah agar secara umum terdapat pembacaan obyektif atas Konstitusi Paraguay.
Lugo sendiri melihat keseluruhan hal ini sebagai sebuah kudeta: “Kau bisa menyebut hal ini sebagai kudeta 2.0, sebuah kudeta parlementer atau sebuah ekspresi kudet – banyak nama untuk hal yang sama, sebuah kudeta yang berbeda dari yang kita saksikan pada tahun 1970an: dimana tidak ada mobil tank di jalanan atau tidak ada orang yang mati di jalanan, dan mereka sangat berhati-hati untuk mencoba mendapatkan legitimasi hukum atas tindakan mereka. Namun, tidak ada yang bisa merubah kenyataan bahwa telah terjadi pelanggarn prinsip-prinsip demokrasi di sini dan sebagai konsekuensinya telah terjadi kudeta”
Repolitisasi institusi
pemerintah
Telah terjadi banyak
pendiskusian tentang perubahan konkret apa yang akan dilakukan pemerintah hasil
kudeta. Satu hal yang paling sering disebutkan adalah isu pekerjaan di sektor publik. Berikut pernyataan Sekretaris
Pekerjaan Umum Lugo hingga bulan Maret ini yakni Lilian Soto, dan ia cukup
bangga atas perubahan yang mereka lakukan selama proses perekrutan: “Di bawah
Partai Colorado, hanya orang yang memiliki koneksi politik dan keluarga yang
bisa memperoleh pekerjaan. Kami melakukan perubahan atas hal itu menjadi sebuah
proses formal dalam memeriksa pendidikan dan pengalaman para kandidat ”. Soto
berhenti dari pekerjaannya karena hendak menjadi kandidat presiden dalam pemilu
2013 dari sebuah partai feminis dan oleh karena itu ia merasa tidak etis
apabila terus melanjutkan pekerjaannya sebagai bagian dari pemerintah Lugo.
Lugo menjelaskan bahwa
pemerintah hasil kudeta sekarang sedang mencoba untuk mengembalikan keadaan seperti sebelum
pemerintahan Lugo berkuasa- dengan sengaja mengabaikan orang secara massal berdasarkan
ideologi politik mereka. Hal ini sudah
terjadi di kementrian dan entitas pemerintahan yang bersepakat dengan kontrol
agrikultur dan pestisida. Dalam beberapa hari ini serikat buruh di berbagai
sektor mulai aktif. Itu akan menjadi pertarungan besar berikutnya.
Geopolitik
Lugo melihat beberapa kemiripan dengan kudeta
di Honduras pada tahun 2009, dimana Presiden Mel Zelaya disingkirkan: “Apa yang
serupa dari kedua kasus ini adalah pelanggaran terhadap prinsip demokrasi, dan
bahwa istilah presiden yang terpilih secara demokratik, dipotong begitu saja”. Akan
tetapi ia juga melihat perbedaan besarnya di antara keduanya: “Di Honduras,
kita melihat sebuah kudeta yang dekat dengan kudeta di tahun 1970an, dimana
militer memegang peranan besar. Juga halnya, ada perbedaan dalam hal lingkungan
geo politik. Di Amerika Selatan kita memiliki pengalaman penting dalam hal
integrasi regional, seperti perjanjian perdagangan Mercosur dan yang baru-baru
ini terbentuk Komunitas Amerika Latin dan Negeri Karibia (CELAC). Hal ini
tidaklah begitu penting saat kudeta terjadi di Honduras. Sayapikir beberapa
organisasi ini mewakili alternatif dari Organisasi Ameria Serikat (OAS), yang
secara cepat menurun. Sayatidak mengingkari bahwa OAS telah memiliki banyak
capaian dalam 50 tahun terakhir ini, akan tetapi dengan polarisasi terakhir
antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko di satu sisi dan Amerika Selatan di
sisi lain, kami kemudian mencoba alternatif persatuan regional lainnya. Kudeta
sekarang ini adalah upaya untuk menyerang upaya integrasi regional.”
tak ada satupun dari tiga negara yang bertentangga yakni Paraguay, Bolivia, Brazil dan Argentina yang mengakui pemerintahan baru ini, apalagi menerima proses bagaimana mereka bisa meraih kekuasaan sekarang ini. Bahkan, pemerintahan tersebut merupakan negara-negara yang memiliki kritik besar atas apa yang terjadi. Dari para pendukung kudeta, sebuah solusi umum yang diberikan untuk Paraguay adalah bekerja sama dengan negara-negara lain. Lugo percaya bahwa hal ini memang akan terjadi: “Secara geografi dan politik, adalah mungkin bagi beberapa negara seperti Chile, Peru, dan Kolombia untuk menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat. Akan tetapi dalam kasus Paraguay, hal ini sangatlah sulit. Kami tidak memiliki garis pantai kami sendiri. Dan sungai yang ada di bawah kepemilikan bersama. Agar bisa menggunakan sungai ini sebagai rute transportasi untuk kargo kapal, kami bergantung dengan perjanjian bersama Brazil dan Argentina. Selain itu, selama dekade neoliberal pada tahun 1990an, Paraguay sudah kehilangan kontrol atas perusahaan penerbangannya. Semua ini menjadi sulit bagi Paraguay untuk bekerjasama dengan negara lain tanpa bekerja bersama dengan negara- negara tentangganya.
Kedaulatan Nasional vs.
Perusahaan Multunasional
Lugo percaya bahwa orang bisa melihat bahwa kudeta ini merupakan pertarungan antara negara dan perusahaan multinasional : “Jika kita melihat hal pertama yang dilakukan pelsayakudeta, adalah cukup jelas: Pertama mereka membuka pintu bagi pangan rekayasa genetika, ke dua mereka memutuskan produksi – Kedelai tidak boleh dipungut pajak, ke tiga perusahaan multinasional Rio Tinto Alcan diijinkan untuk membangun perusahaannya sendiri di Paraguay. Itu adalah 3 keputusan penting yang telah didiskusikan dalam dua tahun proses partisipatif dimana kita mencoba untuk mempelajari konsekuensi dari hal tersebut. Sekarang semua kebijakan tersebut telah dilaksanakan dalam waktu yang luar biasa cepat. Hal ini menunjukkan bahwa seberapa penting masalah kedaulatan nasional dalam proses ini.
Lugo percaya bahwa orang bisa melihat bahwa kudeta ini merupakan pertarungan antara negara dan perusahaan multinasional : “Jika kita melihat hal pertama yang dilakukan pelsayakudeta, adalah cukup jelas: Pertama mereka membuka pintu bagi pangan rekayasa genetika, ke dua mereka memutuskan produksi – Kedelai tidak boleh dipungut pajak, ke tiga perusahaan multinasional Rio Tinto Alcan diijinkan untuk membangun perusahaannya sendiri di Paraguay. Itu adalah 3 keputusan penting yang telah didiskusikan dalam dua tahun proses partisipatif dimana kita mencoba untuk mempelajari konsekuensi dari hal tersebut. Sekarang semua kebijakan tersebut telah dilaksanakan dalam waktu yang luar biasa cepat. Hal ini menunjukkan bahwa seberapa penting masalah kedaulatan nasional dalam proses ini.
Kontrak dengan Rio Tinto Alcan
adalah salah satu kebijakan yang dikritik oleh pihak yang beroposisi terhadap
pemerintahan hasil kudeta. Partai- partai yang menyepakati kontrak tersebut
menandatangani kontrak dengan Rio Tinto Alcan untuk 30 tahun, dimana selama itu
perusahaan akan mendapat pembagian listrik yang cukup besar yang diproduksi
oleh pembangkit tenaga air
besar milik Paraguay. Lugo yakin bahwa perjanjian yang
ditandatangani oleh pemerintahan yang baru tidak akan dihargai di masa depan,
suatu saat sebuah pemerintahan demokratik akan dibangun kembali: “Sayaragu
bahwa rakyat Paraguay akan menghargai sebuah perjanjian yang menjamin sebuah
perusahaan besar memiliki hak sepenuhnya atas listrik dengan harga yang rendah.
Perjanjian ini benar-benar bermasalah.”
Presiden rakyat dan masyarakat
internasional
meski Lugo tidak memiliki kontrol atas aparatus negara, ia masih melihat dirinya sebagai Presiden: “Rakyat melihat saya sebagai Presiden. Pemimpin kudeta, Franco mungkin secara formal mengambil kontrol atas tentara dan polisi, akan tetapi tidak berarti ia bisa mengambil kontrol atas rakyat. Dan pada dasarnya, kami percaya bahwa rakyat memiliki kedaulatan untuk memutuskan siapa yang menjadi Presiden. Sayajuga ragu bahwa Franco benar-benar memerintah negara ini. Disamping penduduk, masyarakat internasional masih melihat saya sebagai Presiden yang legitimate di Paraguay. Dan di jaman kami, itu sangat penting, itulah yang hampir menjadi faktor penentu satu-satunya.”
meski Lugo tidak memiliki kontrol atas aparatus negara, ia masih melihat dirinya sebagai Presiden: “Rakyat melihat saya sebagai Presiden. Pemimpin kudeta, Franco mungkin secara formal mengambil kontrol atas tentara dan polisi, akan tetapi tidak berarti ia bisa mengambil kontrol atas rakyat. Dan pada dasarnya, kami percaya bahwa rakyat memiliki kedaulatan untuk memutuskan siapa yang menjadi Presiden. Sayajuga ragu bahwa Franco benar-benar memerintah negara ini. Disamping penduduk, masyarakat internasional masih melihat saya sebagai Presiden yang legitimate di Paraguay. Dan di jaman kami, itu sangat penting, itulah yang hampir menjadi faktor penentu satu-satunya.”
Franco telah mengindikasi hal
ini sesaat setelah kudeta, sehingga ia meminta tolong Lugo supaya meminta
kepada negara lain agar tidak memberikan sanksi kepada Paraguay. Lugo tidak
berpikir apapun terkait rencana tersebut: “Saya rasa sebagian besar rakyat akan
mengerti bahwa kami tidak akan bekerja sama dengan mereka yang mengorganisir
kudeta.”
Kepada para individu luas yang ingin membantu demokrasi Lugo di Paraguay, Lugo merekomendasikan: “Jika ada yang ingin mendukung proses demokrasi di sini, kemudian hal terbaik yang bisa kau lakukan adalah mulai mengikuti apa yang sedang terjadi di sini. Jika media memberitakan tentang Paraguay, hal itu sangat membantu demokrasi kami.”
Pemilu Presiden mendatang telah siap diadakan sebelum kudeta tersebut terjadi. OAS telah fokus untuk menemukan kondisi seperti apa yang perlu dipersiapkan bagi pemilu bebas mendatang. Lugo percaya ini tidaklah cukup: “Yang jadi masalah adalah ketika hanya melihat masa depan dan tidak pernah melihat apa yang telah terjadi saat ini. Ini artinya orang melupakan apa yang terjadi sekarang dan bahwa situasi saat ini tidak baik-baik saja – mereka yang sebenarnya bertanggung jawab sekarang tidak menjalankan apa yang dikehendaki rakyat. Itulah mengapa kami akan terus memperjuangkan agar kasus kudeta ini diselesaikan.
Johannes Wilm adalah ssiswa PhD di Kampus
Goldsmith, Universitas London jurusan antropologi sosial. Blognya dalam bahasa
Inggris bisa didapatkan di http://www.johanneswilm.org dan dalam bahasa
Spanyol di http://johannes.si
Artikel ini diterjemahkan oleh DST
No comments:
Post a Comment