14/06/2006

BANGKITNYA SOSIALISME DI AMERIKA LATIN oleh Zely Ariane

BANGKITNYA SOSIALISME DI AMERIKA LATIN

(versi asli dari artikel yang dimuat Koran Tempo dalam 3 bagian: 8, 9, dan 10 Juni 2006)

oleh Zely Ariane

Misinya adalah melindungi kesejahteraan rakyat, memenuhi kehendak individu dan kolektif rakyat Venezuela, serta menjamin status kemakmuran optimal untuk tanah air

(Simon Bolivar, dikutip oleh Chavez dalam pendirian Republik Kelima Bolivarian Venezuela [i])

Diktaktor, Perampas dan Penghambat Bisnis

Perjalanan kembali ke Venezuela membuat saya teringat Michael Parenti [ii]. Menurutnya, ada banyak hal baik yang sedang terjadi di negeri itu. Namun, seorang wanita Venezuela atraktif dan tampak kaya, yang duduk di sampingnya dalam penerbangannya ke Caracas dari Miami, tidak sependapat. Katanya, Hugo Chavez, adalah pembohong yang membodohi rakyat; bencana bagi negerinya.

Ingatan itu menantang saya untuk bercakap-cakap dengan seorang pria kulit putih yang duduk di sebelah saya dalam penerbangan lanjutan dari Frankfurt-Caracas minggu lalu. Menurutnya: "Chavez berambisi ingin menjadi pemimpin Amerika Latin, sementara di negerinya sendiri tidak melakukan apa-apa." Pria kulit putih tersebut ternyata berkebangsaan Venezuela, namun sejak 10 tahun terakhir menetap dan bekerja pada sebuah perusahaan jasa pengiriman internasional di Swiss. "Klien-klien perusahaan kami juga mengatakan bisnis di Venezuela saat ini semakin sulit," lanjutnya.

Dalam hati saya tersenyum ketika teringat peristiwa setahun yang lalu, bagaimana sinisnya para petugas keamanan sebuah mal besar di Maracaibo, kota minyak 12 jam dari Caracas, yang tidak memperbolehkan sekelompok turis beratribut Chavista (pendukung Chavez) masuk ke mal tersebut.

Begitu pula Los Angeles Time dan Financial Time, yang tak ramah, kalau tak bisa dibilang sinis, terhadap Hugo Chavez Frias dan Revolusi Bolivariannya [iii]. Menurut Eric Wingerter [iv] , sejak Chavez terpilih tahun 1998 hingga awal 2006, sudah 28 halaman penuh editorial dipersembahkan Los Angeles Times untuk Presiden Republik Kelima Bolivarian Venezuela ini. Dan setiap lembarnya bersuara negatif.

Hampir semua istilah-istilah buruk digunakan oleh LA Times dalam menggambarkan Presiden Chavez. "Caudillo" (Diktator) dan "Lelaki-Besi/bertangan besi" adalah yang paling sering disebut di awal-awal pencalonannya sebagai Presiden pada tahun 1998.

Finacial Times, 13 Januari 2005, menyatakan bahwa "Reforma Agraria ... selama lebih dari tiga tahun sudah ada di dalam undang-undang. Namun baru sekarang Chavez laksanakan, seperti dikutip Jorge Martin, seorang aktivis dari Hands Off Venezuela Campaign".

Ketika membaca koran atau menonton TV, kita bisa bisa langsung mengerti bahwa sedang ada perang media di Venezuela. Mayoritas media nasional menyatakan Hugo Chavez adalah orang gila; dikatator yang mengancam properti individu; dan sedang membawa Venezuela menuju komunisme bergaya totalitarian ala Cuba.

Ada tak kurang 30 saluran televisi nasional dan internasional yang bisa disaksikan masyarakat Venezuela. Kecuali saluran 8, milik pemerintah, semua siaran televisi lebih banyak unsur hiburannya, yang diadaptasi dari Barat (AS), dan tipikal acara-acaranya seperti yang sering kita lihat dalam program-program TV kita juga; sinetron (telenovela), kuis-kuis berhadiah bombastis; dan infotainment. Stasiun-stasiun TV di luar saluran 8 adalah milik para pemodal-pemodal besar negeri ini, yang merupakan oposisi terhadap Chavez. "Kami punya sebuah senjata yang mematikan: yakni media", kata Wakil Laksamana Angkatan Laut Victor Ramirez Perez, yang melakukan kudeta terhadap Chavez pada 11 April 2002.

Apa yang Diterima Rakyat

Namun, berita-berita di media benar-benar harus diteliti kebenarannya. Misalnya saja dalam apa yang saya alami. Setahun lalu, mengawali kunjungan saya ke Corro, Provinsi Zulia. Seorang teman dari Australia, Stuart, terpaksa masuk rumah sakit karena diare. Di rumah sakit tersebut, yang kemudian kami ketahui merupakan bagian dari program Barrio Adentro II (misi kesehatan pemerintah), Stuart mendapat perawatan ekslusif tanpa biaya selama tiga hari. Tak pun ia ditanya, sebagai turis, apakah ia memiliki asuransi kesehatan untuk menjamin perawatannya. Namun, dua hari kemudian, di sebuah surat kabar lokal, ada sebuah berita kecil yang mengatakan bahwa Barrio Adentro II di Corro menolak merawat seorang turis dari Australia karena tidak punya Asuransi Kesehatan.

Juga apa yang dikatakan Financial Time menurut Martin tidak benar, Badan Pertanahan Nasional (INTI) sudah lama mendistribusikan tanah seluas 2,2 juta hektar (dari sekitar 5,5 juta akre) kepada koperasi-koperasi kaum tani, yakni sejak tiga tahun terakhir ini.

Oleh sineas Irlandia, Kim Bartley dan Donnacha O'Briain, kenyataan ini dipotret dalam film dokumenter "The Revolution Will Not be Televised – Chavez: Inside the Coup", berdurasi 73 menit, produksi tahun 2003. Sebuah film dokumenter yang berfokus pada situasi genting politik Venezuela saaat terjadi kudeta terhadap Hugo Chavez, 11, 12, 13 April, 2002. Film ini meraih banyak penghargaan karena berhasil mengungkapkan kebohongan media di balik liputan demonstrasi untuk menjatuhkan Chavez pada 11 April tersebut. Dalam film tersebut diperlihatkan bagaimana media yang mendukung kudeta merekayasa penembakan (yang sebenarnya dilakukan oleh para pendukung kudeta) sehingga seolah-olah dilakukan oleh tentara pemerintah.

Michael menyatakan bahwa model serangan atau kritik-kritik terhadap Chavez yang ia temukan di Venezuela secara umum lemah dalam rinciannya namun begitu sengitnya. Serangan-serangan tersebut keras disuarakan oleh mereka yang takut hak-hak waris (keuntungan strata sosial) nya terancam, padahal mayoritas masyarakat pada lapisan sosial terbawah saat ini belum mendapat potongan kue yang begitu besar.

Memang situasi pro dan anti Chavez begitu mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakat. Sehingga jangan heran kalau anda beratribut Chavista, pandangan-pandangan sinis bahkan tudingan ditujukan pada anda di tempat-tempat umum seperti pusat-pusat bisnis; mal besar; atau hotel-hotel mewah. Namun, sebaliknya, anda akan dijamu dengan kopi susu yang enak oleh para penduduk barrios (pemukiman miskin) atau pujian yang hangat dari para pekerja di pabrik minyak.

Saya jadi rajin mengamati Venezuela sejak itu. Setahu saya, hingga kini tidak ada pembredelan atau penyensoran yang dilakukan pemerintah Chavez terhadap media-media anti pemerintah di sana. Semuanya berperang, bersaing untuk meraih kepercayaan masyarakat dengan caranya sendiri-sendiri. Bahkan para organisator kudeta tak dijerat oleh hukum apapun hingga sekarang. Apakah ini demokrasi, yang memberikan ruang bertempur bagi perbedaan gagasan?

Mayoritas TV nasional tidak pernah meliput aktivitas sosial, ekonomi dan politik pemerintah, kecuali Channel 8. Di situ, lewat acara Alo Presidente ("Halo Presiden"), setiap hari minggu, selama lima jam, Chavez berbicara mengenai kemajuan dari apa yang dilakukan pemerintah, khususnya yang memberikan dampak pada perubahan nilai kehidupan rakyatnya. BENAR KAH?

Di salah satu sudut bandara Simon Bolivar Caracas, seperti tahun lalu, saya masih melihat antrian panjang, tak kurang dari 300-an orang, yang mayoritas berusia lanjut. Mereka berbaris rapi memasuki pesawat Conviasa—maskapai penerbangan Venezuela. Ada spanduk bertuliskan Mision Millagro di atas tenda tempat orang-orang itu mengantri. Dahulu supir bus airport, yang kebetulan bisa berbahasa Inggris, mengatakan pada saya bahwa antrian itu adalah antrian orang-orang yang akan terbang ke Kuba untuk operasi mata (mayoritas katarak) gratis.

Memasuki kota Caracas, melaju dari bandara Simon Bolivar (yang terletak di Distrik di La Quaira, salah satu distrik pemukiman orang-orang kaya), saya masih disambut oleh dinding-dinding bukit (mengelilingi kota Caracas) yang dipenuhi oleh barrios, seperti taburan bintang kala malam hari; coretan-coretan dinding puji-pujian terhadap Chavez, misi-misi program pemerintah (misiones), Revolusi Bolivarian dan Simon Bolivar. Tapi, tak seperti tahun lalu, dari jauh sudah terlihat semakin banyak saja lambang-lambang misiones di dinding-dinding barrios dan menara-menara airnya dan, di malam hari, semakin sedikit lampu-lampu rumah bersinar di dinding Caracas. Ke mana mereka, sekarang?

Sebagian penduduk barrios sudah mulai dipindahkan ke Merida (sebuah distrik, 2 jam dari Caracas), kata supir taksi yang membawa saya ke Parque Central, Caracas. Saya penasaran apakah rakyat tidak menolak saat dipindahkan. Pak supir menjawab; "Tidak, perumahan di Merida jauh lebih layak dan sehat, bahkan penduduk sudah menanti untuk segera memasuki rumah baru. Tapi pembangunan perumahan memang agak lambat."

Tahun lalu, saya sempat melihat misiones Robinson I-II, Ribas, Sucre, Barrio Adentro I-II, Millagro, dan Mercal. Tiga yang pertama adalah misi pendidikan (pemberantasan buta huruf, penyelesaian SMU—termasuk diberikan makanan, akomodasi, dan beasiswa sampai perguruan tinggi); dua berikutnya adalah misi kesehatan (perawatan kesehatan dasar tingkat barrios, perawatan lanjutan, dan operasi katarak); dan yang terakhir adalah program pasar murah di perkampungan-perkampungan miskin, di mana pemerintah menyediakan supermarket dengan harga 30% di bawah harga pasar¾termasuk food house (semacam dapur umum) untuk tiap-tiap 100 KK yang sangat miskin, yang menerima distribusi makanan pokok setiap minggunya dari pemerintah.

Ibu-ibu di Barrio 23 de Ennero, salah satu barrio paling miskin namun terorganisir di Caracas, tak jarang menangis untuk menggambarkan sukacitanya terhadap perubahan kehidupan saat ini: pertama kalinya bisa baca tulis; mengoperasikan komputer, berobat gratis, makanan sehat dan susu. "Rakyat juga menjadi lebih berani karena mengerti bahwa hak-hak tersebut dilindungi dalam UU" kata Juan Contreras, pemimpin Cordinadora Simon Bolivar (salah satu organisasi yang dibentuk atas prakarsa rakyat) di tempat itu. Saya tersentuh oleh ungkapan rakyat yang sangat sederhana itu, hingga saya merenung: mengapa begitu sulit diperjuangkan di negeri-negeri miskin seperti Indonesia?

Awal Juni 2005, sebanyak 20,686 rakyat sudah lulus dari mision Ribas, 78.000 lagi, dari 24 distrik, sudah terdaftar sebagai murid barunya, dan diperkirakan 120.000 akan lulus di akhir 2005 lalu."Lulus dari Mision Ribas berarti lulus untuk menjadi sukarelawa-sukarelawan dalam menjalankan mision-mision lainnya", kata Ingrid Mayer, Direktur Eksekutif FMR (Fondacion Mision Ribas/Yayasan Mision Ribas) distrik Maracaibo.

Tahun lalu, UNICEF menyatakan, Venezuela bebas dari buta huruf. Tahun 2003, sebanyak 700 gedung sekolah sudah dibangun, 2.000 nya sedang dalam rekonstruksi, 36.000 guru dipekerjakan (ditambah mahasiswa-mahasiswa yang diperbantukan), dan 3.000 sekolah-sekolah gratis Bolivarian menerapkan metode kurikulum yang baru¾termasuk metode pengajaran baru untuk lebih dekat dengan alam (walaupun di bawah-bawah pohon bersama ayam-ayam dan burung-burung), dengan televisi 29 inch dan kaset VHS yang berisi tutorial berbagai program pelajaran.

Tak kurang dari 30.000 dokter Kuba sudah dipekerjakan dalam program Barrio Adentro, setiap dokter bertanggungjawab terhadap 200 KK miskin, yang sebelumnya tak tersentuh program kesehatan. (Dokter-dokter Venezuela sendiri berdemonstrasi atas kedatangan dokter-dokter Kuba tersebut. Mereka merasa pekerjaan mereka akan diambilalih oleh dokter-dokter Kuba, yang mau dibayar lebih murah.)

Masih ada mision Identidad (pemberian identitas kependudukan pada warga Indian pribumi, yang selama pemerintahan sebelumnya tidak diakui), Cultura (pengembangan kebudayaan kerakyatan), Guaicaipuro (program-program pemberdayaan masyarakat Indian pribumi), yang tak sempat saya lihat langsung tahun lalu.

Dalam 4 hari kunjungan saya (berikutnya) ke Caracas, rupanya ada mision baru yang ditambahkan: Ciencia (komputerisasi dan program software gratis untuk sekolah dasar), dan Vuelvan Caras (pelatihan kerja).

Dalam sebuah pidato pertanggungjawabannya, akhir 2004, Chavez menyatakan bahwa misi-misi tersebut adalah program darurat yang harus diberikan pada rakyat yang selama ini dimiskinkan, tidak produktif, dan disingkirkan dari proses produksi. Ia juga menyebutkan bahwa itulah landasan bagi pembangunan Sosialisme abad 21.

Sepertinya rakyat sangat mencintai misi-misi tersebut, karena itu mereka mencintai Chavez. Pada bulan Februari, 2005, opini dari Datanalysis (sebuah lembaga jajak pendapat yang terkait dengan kaum oposisi), menyatakan bahwa dukungan terhadap Chavez menjadi 70.5%, meningkat 60% dari referendum bulan Agustus, 2004. Jajak pendapat juga menyebutkan 73% rakyat mendukung Chavez karena merasakan langsung manfaat misiones. Jajak pendapat terakhir pada bulan April, 2006, yang diselenggarakan oleh Venezuelan Institute for Data Analysis (IVAD), 82.7% rakyat Venezuela memandang positif terhadap hasil kerja Presiden Hugo Chavez.

Bahkan, selama 8 tahun Chavez memerintah, sudah 8 kali referendum diselenggarakan untuk memutuskan berbagai kebijakan pemerintah¾termasuk memutuskan kelangsungan kepemimpinannya sendiri. Menurut John Pilger (jurnalis dan sutradara terkemuka AS), dalam tulisannya di the Guardian, dalam sejarah, itulah proses legitimasi yang paling banyak dilakukan dalam proses demokrasi di dunia: rekor.

Mencintai Konstitusi

Rakyat Venezuela sangat mencintai konstitusinya. Pada 15 Desember, 1999, pemerintah mengadakan referendum untuk memutuskan konstitusi baru Republik Kelima Bolivarian Venezuela (sebelumnya tidak ada kata Bolivarian, dimbil dari kata Simon Bolivar, seorang pejuang pembebasan Amerika Latin dari penjajahan Sanyol). Seluruh organisasi rakyat dimobilisasi untuk menuliskan apa kebutuhan mereka; apa yang harus dijamin oleh negara di dalam konstitusi. Bahkan kaum perempuan secara khusus membentuk Constitutional Front of Women of the Fifth Republic Movement (FCMMVR) untuk menuntut agar hak-hak kaum perempuan dilindungi dalam konstitusi.

Hasilnya, dalam 350 pasal, hampir seluruh hak-hak sektor masyarakat dan lingkungan dilindungi¾termasuk hak-hak masyarakat pribumi (asli) yang, untuk pertama kalinya dalam sejarah perundangan di Amerika Latin, dijamin. Ada 23 pasal yang merupakan cerminan dari hak-hak sosial dan keluarga, meliputi penghapusan diskriminasi perempuan, jaminan sosial, hak-hak di tempat kerja (termasuk hak melakukan pemogokan).

Menurut Maria Leon, Presiden Institut Perempuan, konstitusi tersebut mempercepat perjuangan melawan diskriminasi terhadap manusia, khususnya kaum perempuan. Alberto Sanchez, seorang bekas tentara, menyampaikan di depan Pertemuan Tingkat Tinggi Parlemen Amerika Latin tentang Kewajiban Sosial dan Persatuan Amerika Latin, 25-27 Mei 2006, yang saya hadiri: "Konstitusi tersebut merupakan konstitusi terbaik di dunia, praktek dasar sosialisme, seharusnya rakyat di seluruh dunia juga memiliki konstitusi seperti itu."

Menurut Alvaro Guzman, salah seorang pengurus INJ (Lembaga Pemuda Nasional), konstitusi Republik Kelima adalah jati diri rakyat Venezuela, rakyat akan berdiri paling depan mempertahankan hak-haknya yang sudah dijamin dalam konstitusi. Berjuta-juta rakyat sudah membuktikannya dengan turun ke jalan menjatuhkan pemerintahan Pedro Carmona (Presiden FEDECAMARAS, sebuah Federasi bisnis minyak Venezuela) dan Carlos Ortega, yang mengkudeta Hugo Chavez serta membubarkan Majelis Nasional selama 48 jam pada kudeta 11 dan 12 April 2002.

Minyak, Bahan Bakar Kesejahteraan

Dari mana uang untuk dapat menjalankan model pembangunan seperti itu? Pendanaan, sebuah pertanyaan besar bagi negeri-negeri dunia ketiga, apalagi di tengah lilitan hutang dan kemiskinan. Bagi Venezuela, negeri yang kaya minyak dan besi, tak ada jalan lain kecuali me-renasionalisasi industri pertambangannya dari Royal Dutch Shell, Chevron Texaco Cooprs dan Exxon.

Melawan resep-resep neoliberalisme IMF, Pemerintah Chavez me-renasionalisasi PDVSA (Petroleos de Venezuela, perusahaan minyk negara), dan mengalokasikan lebih dari 50% keuntungannya untuk misiones. Pemerintah juga mendirikan National Fund for Economic Development (Fonden) dari hasil surplus cadangan mata uang asing yang meningkat akibat peningkatan harga minyak belakangan ini. Dari Fonden dana dialirkan khususnya untuk peningkatan/alih tekonologi dan penelitian ilmiah.

Dalam salah satu artikelnya, Economist 18 Mei, 2006 menyatakan, peningkatan kesejahteraan rakyat Venezuela tidak mengherankan karena harga minyak sedang melambung tinggi, mereka punya dana untuk itu. Tapi, pernyataan tersebut tidak benar, karena pada masa permerintahan Carlos Andres Perez, yang juga sedang mengalami booming minyak di pertengahan 1970an (namun menjalanan Washington Consensus), pembangunan kesejahteraan rakyat tak berhasil¾Proyek La Gran Venezuela Andrez Perez gagal; pemerintah dililit hutang, inflasi menajam.

Chavez jelas berbeda dengan Perez saat menyatakan; "IMF seharusnya mengakui kenyatan yang begitu sulit dan kejam yang dihadapi masyarakat, khususnya di Amerika Latin dan Karibia, serta di Dunia Ketiga lainnya. Biarkan mereka melakukan terapi ekonomi mereka sendiri, dan akui lah kedaulatan negara nya, kedaulatan rakyat nya, dan keharusan setiap orang memaparkan formula mereka sendiri dengan kebebasan serta kemandirian."

Pusaran Angin Perubahan bagi Amerika Latin

Perjuangan Sosialisme abad 21 Hugo Chavez, oleh Richard Gott, dalam bukunya Hugo Chavez and The Bolivarian Revolution, dianggap sebagai penerus tradisi revolusioner pejuang pembebas Amerika Latin Simon Bolivar; pejuang pendidikan pembebasan Simon Rodriguez; dan Jenderal Rakyat yang Berdaulat Ezequiel Zamora. Semangat pembebasan nasional Bolivar, Rodriguez dan Zamora memupuk inspirasi perlawanan Chavez sejak masih mengajar di Akademi Militer. Apalagi di tengah korupnya birokrasi dan institusi ketentaraan, serta perbedaan kesejahteraan para perwira menengah-bawah dengan para Jenderal yang menjadi garda bagi kekuasaan dua partai penguasa utama, Accion Democratica dan COPEI (Kristen Demokrat).

Cita-cita tersebut menemukan basis dan momentumnya di tengah-tengh keresahan rakyat miskin Venezuela—dan keresahan seluruh penduduk pribumi (asli) Amerika Latin—yang menjadi kuli di negerinya sendiri. Tak kurang dari 80% dari hampir 25 juta rakyat Venezuela hidup dalam kemiskinan justru di tengah melimpahnya minyak bumi, bijih besi, baja dan alumunium. Bintang-bintang di dinding bukit yang mengelilingi Caracas masih mampu bercerita tentang diskriminasi orang-orang kaya berkulit putih (berdarah Spanyol) terhadap penduduk asli-Indian dan negro pada sepuluh, duapuluh tahun, lalu.

Tapi kini, pusaran angin perubahan yang berasal dari Venezuela, setelah mengajak Kuba, bersama-sama berhembus kencang ke Bolivia, meniupkan semangat nasionalisasi yang sama. Dan baru saja, angin itu, juga berhenti di Ekuador, mengajak pemerintahan Guiterrez mengambil alih perusahaan minyaknya dari asing.

Axis of Good (Kuba, Venezuela, dan Bolivia) mulai memimpin perubahan di Amerika Latin. Kuba dan Venezuela memelopori pembentukan ALBA (Alternative Bolivarian for Latin Amerika)—sebagai alternative dari FTAA¾Free Trade Area of America. Lula (Presiden Brzil), Kirchner (Presiden Argentina), dan Guiterrez (Presiden Ekudor), berhasil didorong menandatangani kesepakatan tersebut di Mar del Plata, Argentina, dan menolak menandatangani deklarasi FTAA. Venezuela, bekerjasama dengan Asosiasi Energi Antar Daerah El Salvador (ENEPASA), membentuk sebuah perusahaan bersama guna menyediakan minyak murah bagi El Salvador dan Amerika Tengah. Bahkan Amerika Serikat (melalui CITGO) dan Inggris (bekerjasama dengan walikota London Ken Livingston) juga kebagian rezeki minyak murah dari Venezuela. Juga melakukan pertukaran dokter (dari Kuba) dengan minyak (dari Venezuela), dan operasi mata gratis di Kuba bagi penduduk miskin Venezuela lewat Mision Milagro.

Bentuk kerjasama tersebut diluaskan menjadi pertukaran minyak dengan bahan makanan dan pertanian; dokter dengan mesin-mesin produksi; bantuan modal untuk pengembangan energi minyak; pembangunan pipa-pipa minyak dan penjualan minyak murah, yang mulai melibatkan Ecuador, Argentina, Brazil, dan Paraguay. Pemerintah Chavez juga berhasil masuk dan mengubah orientasi MERCOSUR (Kerjasama perdagangan minyak)—Argentina-Brazil-Paraguay-Uruguay—menjadi lebih berorientasi sosial. Chavez berkata; "Kita membutuhkan MERCOSUR yang memprioritaskan kepentingan rakyat, yang setiap hari bergerak semakin menjauh dari model integrasi korporasi elitis yang kuno, yang hanya mengejar keuntungan finansial namun melupakan kaum buruh, anak-anak, dan martabat hidup manusia."

Petro Caribe dibangun untuk menyediakan minyak murah di wilayah Karibia, dan rencana pembangunan Petro America untuk menyatukan perusahaan-perusahaan energi milik negara di seluruh Amerika Latin. Venezuela juga membayarkan hutang Argentina kepada IMF sebesar $2,4 milyar, agar, menurut Chvez, "Argentina segera mengakhiri ketergantungannya dengan IMF".

Peranan parlemen. Oleh Majelis Nasional Venezuela, upaya-upaya integrasi diperkuat dengan membentuk forum antar parlemen Amerika Latin (Parlamento Americalatino/Parlatino) dan mengorganisir pertemuan tahunan untuk mengengarkan berbagai pendapat gerakan sosial mengenai program-program apa yang harus diperjuangkan menuju Sosialisme abad 21 (yang tema pada pertemuan kelima tahun ini adalah Kewajiban Sosial dan Integrasi Amerika Latin) . Tujuannya untuk mengorganisir dukungan agar program-program baru yang berkarakter kerakyatan dapat dimenangkan dalam sidang-sidang tahunan OAS (Organisasi Negara-negara Amerika Selatan).

Dari berbagai pertanyaan yang diajukan para peserta kepada perwakilan parlemen masing-masing negara tersirat banyak kekhawatiran. "Kita begitu beragam dalam memahami Revolusi dan Sosialisme, bagaimana kita bisa mengatasi ini?", tanya seorang aktivis dari Pro-Positiva untuk Perdamaian Venezuela dan Dunia. Dijawab oleh Ketua Hubungan Luar Negeri Partai Buruh Brazil dengan: "Kita memang harus bersatu, memiliki strategi dan fleksibilitas dalam taktik …terutama antar kekuatan yang memajukan demokrasi."

Dari jauh saya melihat ada dua orang dari Kedutaan Indonesia, yang sempat menyapa saya sebelumnya, memperhatikan pidato-pidato para narasumber. Saya ingin berfikir positif bahwa kehadiran mereka bertujuan untuk mengambil manfaat dari forum ini. Untuk itu secara terbuka saya minta pada perwakilan parlemen Venezuela dan Menteri Pendidikannya mengajak kedutaan Indonesia pada segenap program-program yang bisa turut memajukan bangsa kita.



[i] Republik Kelima adalah sebuah Republik baru yang dimulai Chavez setelah 140 tahun, yang berbeda dengan Republik Keempat yang dalam sejarahnya sejak terbentuk tahun 1830 didominasi oleh kaum konservatif yang berseberangan dengan ide-ide pembebasan Bolivar. (hal 136 Hugo Chavez and The Bolivarian Revolution, Richard Gott 2005.

[ii] Michael Parenti adalah seorang analis politik, pengajar dan pengarang pemenang berbagai penghargaan.

[iii] Revolusi Bolivarian menurut Carolus Wimmer, Presiden Hubungan Luar Negeri Parlemen Venezuela, adalah sebuah perjuangan pembebasan nasional yang damai, demokratis dan mandiri, dari imperialisme.

[iv] Eric Wingerter, Direktur Pendidikan Umum pada Kantor Berita Venezuela di AS.

05/05/2006

Berita Hangat Bulan Mei

Di Venezuela, Angka Inflasi dan Pengangguran Menurun, Upah Minimum Meningkat

Rabu 3 mei 2006

oleh: Venezuelanalysis.com


Ledakan ekonomi Venezuela terus berlanjut hingga awal tahun 2006 dengan menurunnya tingkat inflasi dan pengangguran, serta naiknya upah minimum sebesar 10 persen

Inflasi konsumen, jika di Venezuela patokan ukurannya adalah di Caracas yaitu sebesar 0.6 persen pada bulan April, berarti berkurang separuh pada bulan yang sama dari tahun lalu dan turun dari bulan lalu (maret) berdasar angka yang dikeluarkan kemarin oleh Bank Sentral Venezuela

Menurut pers release dari Bank, penurunan tingkat inflasi ini lebih besar dikarenakan adanya sedikit kenaikan harga barang-barang kena kontrol harga, yang mencapai separuh semenjak bulan lalu.. Tingkat inflasi barang-barang yang tidak kena kontrol harga, turun dari 0.8 persen menjadi 0.7 persen persen. Inflasi bulan April membuat angka inflasi untuk tiga bulan pertama tahun ini menjadi dua persen, menjadi angka terendah semenjak tahun 1998

Angka penggangguran turun menjadi 10.1 persen dari angka 13.5 persen pada maret tahun lalu, berdasar pernyataan yang dikeluarkan oleh INE (Institut Nasional Statistik). Angka pengangguran secara tetap, turun selama tahun 2006, dari yang paling tinggi yaitu sebesar 12.9 persen pada bulan Januari. Berdasarkan pernyataan presiden INE, Elias Elijuri, angka pengangguran mungkin akan turun menjadi 7 persen pada akhir tahun ini. Sudah terlihat, angka pengangguran mencapai tingkat yang paling rendah dan tak pernah terjadi selama beberapa tahun. Secara umum, lapangan pekerjaan meningkat pada bulan Desember, disaat pemberian bonus natal pada para karyawan yang setara dengan gaji beberapa bulan, menyebabkan peningkatan ekonomi.

Angka 10,1 persen pengangguran merepresentasikan 1.2 juta jumlah pengangguran. Angka penggangguran bulan april belum dikeluarkan

Jumat lalu (28 april 2006), Kantor kepresidenan sudah menyelesaikan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kenaikan upah. Pengumuman pertama adalah kenaikan upah minimum 10 persen , yang akan berlaku pada bulan September ini. Kenaikan ini akan membuat upah minimum naik menjadi Bs 512,325 sebulan atau sekitar 200 dollar. Menurut americaeconomia.com, Chavez telah meningkatkan upah minimum sebesar 20 – 30 persen setahun semenjak tahun 200.

Upah guru sekolah negeri juga akan mengalami kenaikan sebesar 40 persen tahun depan, 30 persen dibulan Mei, dan penambahan 10 persen dibulan Oktober. Hal ini akan memengaruhi setidaknya 460.000 guru aktif dan pensiunan.

25/04/2006

Peluncuran Perdana Majalah Hands Off Venezuela


Diterbitkan untuk memberikan informasi mengenai apa yang terjadi di venezuela saat ini. Lebih dari sebelumnya, Revolusi Bolivarian membutuhkan dukungan kuat dan solidaritas dari serikat buruh dan kaum muda. Majalah ini diharapkan akan menjadi senjata utama untuk melawan informasi yang salah dan kebohongan yang diproduksi Washington dan dari manapun juga.

Terbitan perdana ini menyerukan pada pembaca : "Mari sebarluaskan pesan kita. Mari kita bangkitkan dukungan penuh bagi Venezuela dan Revolusinya. Dengan beragam usaha, kita pasti menang. Venceremos!”

untuk berlangganan majalah, kirimkan saja surat ke HOV, 100 Armadale Close, London N17 9PL. atau ke britain@handsoffvenezuela.org

(taken from handsoffvenezuela maling list)

25/03/2006

Misi Baru di Venezuela: Misi bagi Kaum Ibu Miskin

Venezuela Mengumumkan Misi Baru: Misi bagi Ibu Miskin
Sabtu, 25 Maret 2006

oleh: Simone Baribeau
sumber Venezuelanalysis.com


Caracas, Venezuela, 24 Maret 2006

Disebuah negara dimana aborsi illegal dan tingkat kemiskinan serta kehamilan remaja putri amat tinggi, pemerintah Venezuela mengumumkan dimulainya sebuah program sosial baru, Misión Madres del Barrio (Misi kaum Ibu perkampungan kumuh).

“Ini adalah misi yang amat penting…dan semakin cepat mereka memulainya maka akan semakin baik” ujar Delvalle Rodriguez, seorang ibu rumah tangga dan ibu dari tujuh orang anak yang tinggal di La Bandera, perkampungan kumuh di selatan Caracas.

Misi ini akan memiliki 3 (tiga) fokus: menurunkan penggunaan narkoba diantara kaum muda, mengurangi kehamilan remaja putri [yang tidak diinginkan], dan menawarkan bantuan bagi para Ibu yang hidup dalam kondisi yang amat miskin.

Kesemuanya adalah isu kritis dikawasan perkampungan, menurut Delvalle Rodriguez dan pengurus cucu-nya Ludiz Leiva -seorang ibu rumah tangga dan ibu dari dua orang anak. “Banyak anak gadis yang hamil....banyak sekali...dan narkoba, well, narkoba itu dijual dimana-mana. Anda dapat melihatnya dimana-mana. Kemanapun anda pergi, kemana anda berjalan, kemana anda melintas, mereka menjual narkoba. Mereka [anak-anak] tersesat ujar Rodriguez dan Leiva, menyelesaikan kalimat masing-masing.

Elemen lain dari misi, tertuju langsung secara spesifik kepada kaum Ibu. “Dengan misi ini, kami ingin memberikan bantuan kepada Ibu yang membutuhkan yaitu ibu rumah tangga tanpa penghasilan” kata Presiden Venezuela Hugo Chavez saat ia mengumumkan program ini kemarin di sebuah perkampungan kumuh di kota Vargas

Berdasarkan pernyataan Chavez, pemerintah akan membayar 80 persen upah minimum atau sekitar 180 dollar sebulan kepada para Ibu yang tinggal dalam kondisi yang teramat miskin

Chavez membuat pengumuman bahwa 200.000 ibu rumah tangga berpenghasilan rendah akan menerima gaji pada akhir bulan ini, ia menyatakan bahwa kontribusi ekonomi perempuan ini harus diakui. “Perempuan-perempuan ini melakukan banyak pekerjaan seperti menyetrika, mencuci, memasak, memandikan dan membesarkan anak-anak” kata Chavez.

Menurut Delvalle Rodriguez “Memberikan upah adalah ide yang bagus karena kadang ibu rumah tangga tidak memiliki suami dan yang memiliki suami pun kadang [suaminya] tidak bekerja. Ini menyedihkan. Tinggal disini sangat menyedihkan. Saya memiliki suami namun suami saya tidak bekerja... jadi program ini terlihat menarik bagi saya,” sembari memangku cucunya yang berusia 2 tahun

Namun pengumuman program ini bukannya tidak menuai skeptisisme. Leiva berujar “Seringkali program diawali dengan baik tapi kemudian berakhir dengan buruk. Dan lebih buruk [bila program tidak ada sama sekali]”

Karena beberapa juta perempuan di Venezuela hidup dalam kemiskinan, hanya sejumlah kecil prosentase ibu rumah tangga berpenghasilan rendah saja yang akan mendapatkan upah, sebuah harapan yang tertinggal dan amat menjadi perhatian perempuan adalah mengenai apakah mereka akan mendapatkan akses terhadap program tersebut

“Hal ini mesti menjadi sebuah program bagi rakyat yang sangat membutuhkan, karena ini [bisa jadi akan seperti] saat pemerintah membagikan bahan pangan disini” ujar Rodriguez. Dia mengatakan bahwa ia telah menerima bahan pangan bagian penghabisan yang amat sedikit tatkala pemerintah membagikan bahan makanan diwilayah ini, ia hanya menerima makanan gratis satu kali sementara yang lainnya menerima hingga puluhan kali. Rodriguez menyalahkan orang yang mengatur program untuk [mengatasi] permasalahan. “Presiden menginginkan agar program dijalankan dengan benar diwilayah ini, yang terjadi adalah orang-orang menjalankannya tanpa tahu bagaimana bertindak benar...tidak ada kontrol.”

Semenjak akhir 2003 Venezuela telah berupaya mengimplementasikan lusinan misi sosial yang bertujuan untuk menurunkan kemiskinan melalui memperluas akses pada pendidikan, perawatan kesehatan, bahan pangan berharga murah, dan aktivitas kebudayaan. Misi-misi ini secara umum dilakukan dan menjadi faktor yang berkontribusi terhadap popularitas presiden, yang melampaui 70 persen pada polling terakhir.

30/01/2006

Catatan A. Umar Said

(tulisan ini juga disajikan dalam website

http://perso.club-internet.fr/kontak)

PRESIDEN VENEZUELA HUGO CHAVEZ
MENGANJURKAN PEREBUTAN KEKUASAAN
UNTUK SOSIALISME ABAD KE-21


Barangkali, bagi banyak orang di Indonesia, terutama bagi para pendukung rejim militer Orde Baru, perkembangan situasi di banyak negeri-negeri Amerika Latin yang menunjukkan perubahan-perubahan ke kiri dan anti-AS, merupakan suatu hal baru yang mengherankan atau bahkan mengejutkan. Ini dapat dimengerti. Sebab, rejim militer Suharto telah memaksa rakyat Indonesia, sejak puluhan tahun, untuk bersikap memusuhi politik kiri yang anti-imperialisme dan anti-kapitalisme yang digariskan oleh presiden Sukarno, dan anti-sosialisme atau anti-komunisme.

Perkembangan situasi di Amerika Latin akhir-akhir ini makin menarik perhatian banyak orang di berbagai negeri di dunia, bukan saja karena terpilihnya mantan tapol perempuan (Michelle Bachelet) menjadi presiden terpilih di Cili, atau terpilihnya pemimpin gerakan petani suku Indian (Evo Morales) di Bolivia sebagai presiden yang anti-Amerika, tetapi juga karena aksi-aksi politik yang revolusioner presiden Venezuela, Hugo Chavez.

Sejak perlawanan yang sudah dilakukan Fidel Castro selama puluhan tahun menghadapi Amerika Serikat, maka dewasa ini nampak dengan jelas bahwa sebagian dari benua Amerika Latin sudah - dan sedang - bergerak ke arah kiri. Kalau proses pergeseran ke kiri ini berjalan terus, dan mencakup makin banyak negeri lainnya maka akan mempunyai dampak yang cukup besar di dunia internasional. Sayang sekali, bahwa perkembangan yang penting ini kurang sekali (atau sedikit sekali) diketahui oleh banyak orang di Indonesia. Sebab, media pers Indonesia juga jarang sekali atau sedikit sekali menyiarkan berita-berita tentang perkembangan di benua Amerika Latin ini. Karena itu, bisalah dikatakan bahwa banyak orang di Indonesia yang “ketinggalan” dalam mengikuti perkembangan di Amerika Latin.

PERKEMBANGAN PENTING SESUDAH PERANG DINGIN
Padahal, apa yang terjadi di Amerika Latin dewasa ini, merupakan perkembangan yang amat penting sekali, bahkan terpenting, sesudah terjadinya Perang Dunia ke-II dan selesainya Perang Dingin (dalam bentuknya yang lama). Dalam kaitan ini, perlulah kiranya dicermati bahwa berbagai pemilihan presiden akan diadakan tidak lama lagi di Kostarika (dalam bulan Februari 2006), di Peru (dalam bulan April), Kolombia (bulan Mei), di Mexiko (Juli) dan Nikaragua (November). Dan sejak sekarang banyak orang sudah melihat bahwa sejumlah tokoh-tokoh kiri di sejumlah negara-negara Amerika Latin sedang menjadi makin populer dimana-mana, dan mungkin sekali banyak di antara mereka yang akan terpilih sebagai presiden.

Ditambah dengan posisi tengah-kiri yang selama ini dipegang oleh Argentina, Brasilia, Ekuador, maka boleh dikatakan bahwa tahun 2006 ini akan membawa benua Amerika Latin ke arah yang makin tidak menguntungkan kepentingan imperialisme AS. Sampai akhir tahun 2006 ini akan diselenggarakan pemilihan presiden di banyak negara-negara Amerika Latin (mendekati 10 negara),

Memang, tokoh-tokoh politik kiri atau tengah-kiri di berbagai negeri Amerika Latin itu mempunyai kadar yang berbeda-beda dalam sikap mereka terhadap imperialisme AS atau kapitalisme neo-liberal. Dan, juga, tidak semuanya mempunyai sikap yang sama terhadap sosialisme atau komunisme. Tetapi boleh dikatakan bahwa pada umumnya mereka bukanlah orang-orang kanan yang reaksioner atau tokoh-tokoh yang memihak kepentingan Washington, seperti halnya kebanyakan presiden atau diktator-diktator Amerika Latin di masa yang lalu.

Ini kelihatan dalam sikap Hugo Chavez di Venezuela, Michelle Bachelet di Cili, Lula di Brasilia, Nestor Kirchner di Argantina, Tabaré Vazquez di Uruguay,
Lucio Guttierez di Ecuador, Evo Morales di Bolivia, Ollanda Humala di Peru, Andrés Manuel Lopez di Meksiko, dan Daniel Ortega di Nicaragua

PERAN TOKOH MILITER KIRI
Kiranya, bagi banyak orang di Indonesia, salah satu di antara banyak hal yang menarik dari perkembangan di Amerika Latin adalah adanya tokoh-tokoh militer kiri, seperti mantan Kolonel pasukan para, Hugo Chavez, yang terpilih langsung (dalam tahun 1998) oleh rakyat menjadi presiden Venezuela. Hugo Chavez, yang sangat populer di kalangan bawah rakyat Venezuela dewasa ini merupakan presiden kiri yang terang-terangan mengibarkan bendera anti-imperialisme (terutama AS), dan menentang kapitalisme-internasional dan neo-liberalisme. Ia juga presiden yang dengan jelas dan terang-terangan menjalankan politik yang kiri dan berdasarkan sosialisme.

Ada lagi yang barangkali juga menarik untuk diperhatikan, ialah munculnya seorang pimpinan militer kiri di Peru, Kolonel Ollanda Humala, yang menjadi calon presiden dalam pemilihan umum yang akan diadakan dalam bulan April 2006 ini. Seperti halnya Hugo Chavez di Venezuela, ia juga seorang tokoh di Peru yang sangat populer di kalangan rakyat ( terutama di kalangan suku Indian) dan juga terkenal sebagai pemimpin gerakan yang anti-imperialisme AS. Ollanda Humala disoroti oleh banyak pers Amerika Latin sebagai sahabat dekat Hugo Chavez.

Dengan terpilihnya baru-baru ini Evo Morales sebagai presiden kiri di Bolivia, dewasa ini sudah banyak komentar tentang kemungkinan terjadinya poros anti-imperialis yang terdiri dari Kuba-Venezuela-Bolivia-Peru. Inilah yang sudah ditakutkan oleh pemerintah AS dan sekutu-sekutunya di Amerika Latin. Sebab, dapat dimengerti bahwa terbangunnya poros anti-AS yang terdiri dari 4 negara itu betul-betul akan merupakan tantangan besar atau bahaya nyata bagi pengaruh hegemonis AS di benua Amerika Latin.

Imperialisme AS yang sudah 45 tahun tidak bisa menghacurkan pemerintahan Kuba di bawah pimpinan Fidel Castro, sejak tahun 1998 juga terpaksa harus menghadapi munculnya “pembangkang” keras lainnya, yaitu presiden Venezuela Hugo Chavez. Bagi AS, tampilnya Hugo Chavez sebagai presiden Venezuela betul-betul membikin “sakit kepala” banyak pembesar-pembesar di Washington. Karena,sejak ia terpilih menjadi presiden, ia telah menunjukkan sikap kirinya, yang membela kepentingan rakyat miskin di negerinya, dan melawan kapitalisme internasional.

Oleh karena itu, dalam tahun 2002 CIA berusaha campur tangan dalam kudeta terhadap kekuasaan yang sah presiden Hugo Chavez, dengan menyokong gerakan yang dilancarkan sejumlah opsir-opsir tentara Venezuela dan kapitalis-kapitalis dalamnegeri. Kudeta ini didahului oleh demonstrasi ratusan ribu orang di ibukota Venezuela (Caracas), yang mengepung gedung maskapai minyak negara Petroleos de Venezuela dan istana kepresidenan Miraflores. Berkat dukungan yang besar sekali dari rakyat kepada presiden Hugo Chavez, kudeta yang didalangi oleh imperialisme AS ini hanya berumur dua hari saja. Sebagian besar tentara yang setia kepada presiden Hugo Chavez bersatu dengan rakyat untuk merebut kembali kekuasaan yang sah, dan membebaskan presiden Hugo Chavez yang ditahan di suatu pangkalan militer. (Tentang Hugo Chavez ini banyak hal yang bisa dicermati bersama lebih lanjut pada kesempatan lainnya)

SOSIALISME ABAD KE-21
Salah satu dari berbagai pertanda tentang pentingnya perkembangan di Amerika Latin dapat dilihat dari diselenggarakannya Forum Sosial Sedunia yang diadakan di Caracas antara tanggal 24 Januari sampai 29 Januari 2006, yang dihadiri oleh lebih dari 70. 000 orang dari berbagai negeri di dunia dan sekitar 5000 pekerja pers internasional dan media massa lainnya. Ribuan wakil atau delegasi LSM dari banyak negeri di dunia telah hadir dalam pertemuan besar ini.

Forum Sosial Sedunia di Caracas ini, yang merupakan Forum Sedunia yang ke-6, sebagai kelanjutan yang diadakan di Porto Allegre (Brasilia) dalam tahun 2001 dan yang terakhir di Bamako (Mali) telah menunjukkan corak politik anti-neo liberalisme dan anti-AS yang lebih menonjol dari pada yang sudah-sudah. Forum Sosial Sedunia di Caracas diliputi oleh suasana “kemenangan kiri” di benua Amerika Latin. Selama dilangsungkan Forum banyak dibicarakan orang tentang Kuba, Venezuela, Bolivia, Cili, Argentina, dan perkembangan di Peru atau Meksiko.

Menurut siaran kantor berita Reuters (30 Januari 2006) dalam Forum ini jugalah Hugo Chavez menganjurkan kepada aktivis-aktivis gerakan altermondialis untuk memikirkan pentingnya perebutan kekuasaan. “Hanya dengan merebut kekuasaan kita dapat memulai mengubah dunia”, ujar mantan perwira parasutis ini, yang sejak dipilih menjadi presiden dalam 1998 berusaha menciptakan di Venezuela “sosialisme abad ke-21”.

Ketika menerima para wakil organisasi-organisasi sosial dalam Forum, presiden Hugo Chavez mengatakan bahwa walaupun Forum Sosial merupakan bagian dari gerakan untuk menentang neo-liberalisme kita perlu mendampinginya dengan strategi untuk merebut kekuasaan politik. Dalam kaitan ini ia menyebutkan sebagai contoh pemilihan bulan yang lalu Evo Morales, seorang pemimpin gerakan tani dan pembela hak-hak masyarakat Indian, sebagai presiden Bolivia.

Dengan mengutip Ernesto “Che” Guevara yang dibunuh di Bolivia tahun 1967 ketika ia berusaha membentuk basis-basis gerilya, Hugo Chavez menyatakan harapannya akan munculnya satu, dua atau tiga Bolivia di Amerika Latin, untuk menentang politik neo-liberal dan juga “buas” dari Washington.

BUSH TERORIS PALING BESAR
Sikap anti-AS yang dimiliki Hugo Chavez sejak lama sebelum jadi presiden, kelihatan sekali selama Forum Sosial Sedunia d Caracas. Berkali-kali ia mengutuk imperialisme AS, dan mengatakan bahwa Bush adalah “teroris yang terbesar di dunia”.

Di depan para wakil organisasi-organisasi sosial yang datang dari berbagai negeri di dunia ini, Hugo Chavez menempatkan dirinya sebarisan dengan pahlawan nasional Simon Bolivar, yang menjadi sumber inspirasi bagi revolusi yang sedang berjalan di Venezuela dan negeri-negeri lainnya. Hugo Chavez mengatakan bahwa “orang-orang gila” seperti dirinya dan Fidel Castro akan menciptakan “integrasi Amerila Latin” dan mengajak Forum Sosial untuk menempuh jalan “sosialisme abad ke –21”.

Mengingat sikapnya yang terang-terangan makin keterlaluan anti-AS ini, banyak orang menduga bahwa Washington tidak akan membiarkan terus Hugo Chavez menjalankan politiknya untuk membentuk poros Kuba-Venezuela-Bolivia, atau untuk membantu munculnya satu, dua atau tiga Bolivia lainnya di Amerika Latin. Hal-hal yang tidak terduga masih bisa saja terjadi atas diri Hugo Chavez dan kekuasaannya, baik yang berupa aksi-aksi subversi, sabotase ekonomi atau diplomatik, atau bantuan gelap lainnya untuk terjadinya lagi kudeta dll dll.

Sebagai negara yang cukup kaya dengan sumber minyak setengah dari pendapatan negara Venezuela adalah dari minyak. Produksi minyak mentah tiap harinya sekitar 3 juta barrel dan 75% -nya diekspor. Pendapatan devisa dari hasil ekspor minyak berkisar antara 3 miliar dan 4 miliar dollar US setahunnya. Venezuela adalah eksportir minyak nomor 5 di dunia, dan 13% kebutuhan minyak AS tiap harinya.disupply oleh negaranya Hugo Chavez ini.

Jadi, jelaslah bahwa minyak merupakan urat nadi untuk negara dan rakyat Venezuela. Hal ini jugalah yang menyebabkan negara ini menjadi sorotan dan perebutan kepentingan berbagai fihak. Tetapi, presiden Hugo Chavez sudah menunjukkan selama ini bahwa Venezuela di samping menggunakan hasil kekayaan buminya untuk pembangunan “sosialisme Bolivar” bagi kesejahteraan dan kemajuan rakyatnya, juga untuk membantu negara-negara lain, seperti Kuba, Bolivia dan Argentina.

Dengan semangat ini pulalah maka Hugo Chavez memberikan dana yang besar untuk terselenggaranya Forum Sosial Sedunia di Caracas itu, yang merupakan forum ideal baginya untuk menyebarkan gagasannya tentang “sosialisme abad ke-21”, tentang perlunya gerakan-gerakan sosial di berbagai negeri ditingkatkan mengarah kepada perebutan kekuasaan seperti yang dilakukan oleh Evo Morales di Bolivia, tentang “Bush adalah teroris terbesar di dunia”.

Yang tersebut di atas adalah sekadar sekelumit hal-hal tentang Forum Sosial Sedunia, tentang Hugo Chavez, tentang “revolusi Bolivar”, tentang “sosialisme abad ke-21” , tentang Amerika Latin yang bergeser ke-kiri. Kiranya, bagi banyak orang di Indonesia (dan juga di luarnegeri!) ada baiknya untuk selanjutnya mengikuti - kadang-kadang atau sewaktu-waktu – perkembangan situasi di negeri-negeri Amerika Latin. Sekadar untuk bahan pengetahuan, atau untuk bahan renungan.

Memang, situasi dan persoalan-persoalan yang terdapat di Indonesia banyak yang berbeda dengan yang ada di Venezuela atau di negeri-negeri Amerika Latin lainnya. Di Indonesia, rejim militer Suharto sudah menjadikan imperialisme (AS, terutama) sebagai sekutunya dalam menghancurkan kekuataan politik Presiden Sukarno beserta pendukungnya yang utama ,yaitu Partai Komunis Indonesia. Berlainan dengan militer di bawah Hugo Chavez (dan nantinya mungkin militer di Peru di bawah Kolonel Ollanda Humala), militer Indonesia -terutama TNI-AD - dipaksa untuk mengambil posisi reaksioner yang anti-Sukarno dan anti-komunis.

Dalam hal-hal tertentu, tokoh besar dan “bapak revolusi” Amerika Latin, Simon Bolivar, ada persamaannya dengan Bung Karno, tokoh nasionalis kiri, yang pernah menjadi “bapak revolusi” bangsa Indonesia. Sayang sekali, bahwa tokoh besar bangsa Indonesia ini dikhianati oleh para pendiri dan pendukung Orde Baru.

Barangkali dari sudut inilah kita bisa melihat bahwa revolusi di Amerika Latin bisa akan memberikan dorongan yang penting untuk terjadinyua perubahan-perubahan penting di dunia nantinya. Slogan yang sudah mulai berkumandang di banyak negeri “L’autre monde est possible” (Another world is possible – Dunia yang lain adalah mungkin ) mulai makin terdengar lebih lantang dan lebih luas lagi !!!

Paris, 30 Januari 2006

(tulisan ini diambil dari milis indomarxist)