13/12/2007

Evo Morales: "Kami Butuh Mitra, Bukannya Majikan"

Tanya Jawab: "Kami Butuh Mitra, Bukannya Majikan"
Wawancara dengan Evo Morales, Presiden Bolivia

http://www.ipsnews.net/news.asp?idnews=39915

Roma, 3 Nov (07) (IPS) - Presiden Bolivia Evo Morales mengunjungi Italia minggu ini untuk menerima penghargaan khusus bagi komitment pemerintahannya terhadap isu-isu sosial dan kesehatan. Ia menjadikan isu-isu ini suatu "prioritas politik"

Penghargaan diserahkan oleh Pusat Pio Manzu, suatu organisasi riset yang bermarkas di Rimini di timurlaut Italia yang mempelajari kebijakan-kebijakan ekonomi, ilmu pengetahuan dan sosial.

Selain menemui Presiden Italia Giorgio Napolitano dan menteri luar negeri Massimo D'Alema, Morales bertemu dengan 30.000 anggota komunitas Bolivia di Roma, dan berbagai anggota gerakan sosial di Italia.

Morales mengatakan pada warga Bolivia di Roma bahwa sebelum ia dipilih sebagai Presiden pada Desember 2005, Bolivia menerima 300 juta dolar per tahun dalam bentuk penghasilan pajak dari industri minyak. Setelah nasionalisasi cadangan energi, Bolivia kini menerima 2 milyar dolar per tahunnya.

Pendapatan tambahan digunakan untuk pendidikan dan kesehatan, dan untuk penciptaan program mikrokredit, kata Morales.

"Untuk meningkatkan pendapatan tak perlu membuat pajak tambahan," katanya pada Claudia Diez de Medina dari IPS, "tapi cukup memanfaatkan sumberdaya alam dengan lebih baik." Untuk ini, katanya, "kami butuh mitra, bukannya majikan."

Berikut cuplikan wawancara yang dirangkai oleh koresponden IPS Italia, Sabina Zaccaro:

IPS: Minggu ini Anda telah diberikan penghargaan oleh suatu organisasi Italia untuk program-program pemerintah Anda berupa akses lebih baik terhadap kesehatan dan nutrisi, dengan secara khusus memfokuskan anak-anak. Dapatkah Anda berikan beberapa detail langkah-langkah ini?

Evo Morales: Tantangan bagi kami adalah bekerja untuk semua rakyat Bolivia tanpa memprioritaskan suatu sektor, tapi kewajiban pertama saya adalah terhadap rakyat yang membutuhkan; ini adalah anak-anak, kaum tua, dan rakyat miskin. Berbicara tentang anak-anak, kami juga menerapkan kebijakan bernama "Nol Malnutrisi" (Hambre Zero) untuk menjawab isu kesehatan bagi anak-anak.

Langkah kami berikutnya akan berfokus pada nutrisi; tahun ini kami akan menerapkan suatu proyek pembangunan pabrik pemrosesan produk susu yang menghasilkan susu dan yogurt. Telah saya sarankan -- dan semoga hasilnya akan baik -- untuk membuat yogurt dengan quinoa (suatu tanaman yang tumbuh di wilayah Andean di Amerika Selatan dan berkandungan protein tinggi).

Kami akan melatih para walikota untuk membeli produk ini dan memberikannya kepada anak-anak sebagai makanan di waktu sekolah; daripada membeli kue dari Argentina, dari negara lain, kenapa tidak gunakan yang kami miliki.

Kami juga telah mengidentifikasi tiga pabrik pengolahan untuk jus jeruk di beberapa wilayah berbeda yang akan memadukan susu dan jus. Anak-anak akan mendapatkan ini secara gratis untuk makan siang di sekolah. Saya punya beberapa rencana lainnya tapi mereka butuh pengembangan lebih lanjut.

Kami bertujuan memberikan anak-anak kami seperempat liter susu per hari. Kami sudah menyiapkan mesin untuk ini, dan kami akan segera menerima pabrik-pabrik pengolahan lainnya, termasuk yang untuk buah-buahan sitrus.

IPS: Pemerintahan Anda juga telah bekerjasama dengan Kuba untuk memperkuat pelayanan kesehatan...

EM: Kami menguatkan akses terhadap kesehatan di penjuru negeri. Tahun ini kami memiliki 40 rumah sakit 'tingkat dua' (de Segundo nuivel), dan 11 pusat-pusat spesialis mata (opthalmology) yang didonasikan oleh Kuba. Mereka telah menjalankan 100.000 hingga 150.000 operasi mata. Rumah-rumah sakit tersebut juga telah merawat mayoritas besar dari 380.000 rakyat Bolivia yang menderita banjir bulan Februari.

IPS: Apa hasil dari kebijakan-kebijakan ini?

EM: Di Bolivia ongkos operasi mata biasanya berkisar 1.000 dolar, dan di Eropa saya pernah diberitahu sekitar 3.000 hingga 4.000 dolar. Bayangkan besarnya uang yang kami simpan untuk rakyat Bolivia, dan dengan hasil yang baik. Tak hanya untuk rakyat miskin, tapi juga kolonel, jendral, pengacara, kaum kelas menengah.

IPS: Menurut PBB, hampir 40 negeri di dunia telah mengadopsi undang-undang tertentu yang menentang kekerasan domestik dan yang melindungi perempuan. Tigabelas di antaranya di Amerika Latin, Bolivia termasuk. Tapi suatu masyarakat patriarkal masih mengekang emansipasi perempuan. Bagaimana kebijakan Anda di sini?

EM: Satu aksi pertama adalah memperkuat "brigade perlindungan perempuan" (kelompok-kelompok perempuan yang dilatih untuk memberikan perlindungan bagi perempuan dan anak-anak). Para polisi perempuan juga telah diberikan kekuasaan baru, dan sangat efesien, walaupun kami perlu memperbaiki ini lebih jauh.

Tapi ini adalah permasalahan yang membuat saya malu. Peralatan khusus dibutuhkan untuk pelatihan semacam itu, dan kami masih punya kelemahan finansial. Yang paling lemah dan paling dilecehkan biasanya perempuan dan anak-anak, dan kami butuh melakukan sesuatu yang terpadu bagi keduanya. Kotapraja tidak cukup efesien, mereka tersangkut dalam birokrasi.

Tapi kami telah menyaksikan hasil-hasil yang menarik, dan saya bekerja untuk memperkuat dan mendukung inisiatif demikian. Ada beberapa perbaikan dalam polisi untuk menolong perlindungan terhadap keluarga, dimulai dari kaum perempuan. Dan untuk pertama kalinya, Bolivia memiliki menteri-menteri perempuan.

IPS: Berapa orang menteri perempuan di pemerintahan Anda?

EM: Saya punya lima menteri perempuan -- untuk kesehatan, pendidikan, perusahaan-mikro, pertanian, dan kehakiman. Perempuan punya cara yang lebih baik dalam menganalisa permasalahan sosial dan ekonomi, dan juga bersudut pandang keluarga.

IPS: Rencana-rencana apa yang Anda miliki selain program-program sosial untuk kesehatan dan pendidikan untuk mencapai MDG (millennium development goals -- tujuan pembangunan milenium yang disetujui tahun 2000 untuk membabat kemiskinan dan memperbaiki kesehatan dan pendidikan)?

EM: Dalam lapangan sosial kami mencari persamaan; dalam politik, menghapuskan diskriminasi, dan dalam ekonomi, memanfaatkan sumber daya alam kami sebaik mungkin.

Program pengembangan sosial kami memiliki dua kebijakan penting: satu adalah dana pensiun seumur hidup Bermartabat (Bonus Dignidad) di mana mereka yang berumur di atas 60 diberikan 200 bolivianos per bulan (7.8 bolivianos adalah satu dolar). Di Bolivia hampir 90 persen kaum profesional tidak menerima dana pensiun ketika memasuki usia pensiun.

Kebijakan kedua adalah bonus pendidikan Juancito Pinto, juga sebesar 200 bolivianos per bulan. Ini untuk membeli peralatan sekolah, walaupun setelah kami pelajari bonus tersebut juga digunakan untuk membeli sepatu, yang tanpa bonus itu mayoritas anak-anak di pedesaan tak akan mampu membeli.

IPS: Bicara soal perbedaan pendapatan yang besar, Anda bicara tentang pentingnya mengurangi ketakseimbangan antara negeri-negeri Eropa dan bolivia untuk menghindari migrasi besar. Apa rencana Anda?

EM: Investasi, penguatan ekonomi, menggali sumberdaya alami kami dan mengindustrialisasikannya, untuk memperoleh sumber daya lebih banyak lagi dan untuk mendukung kaum muda dan rakyat miskin agar mereka mendapat gaji lebih besar. Tapi ini tidak mudah. (END/2007)

(Diterjemahkan oleh Data B)

No comments: