30/08/2006

Hugo Chavez Berhasil ”Melawan” Amerika Serikat

Zely Ariane

Versi asli dari artikel yang dimuat oleh Pikiran Rakyat Jumat, 26 Mei 2006
***

Banyak berita dan informasi mengenai Venezuela di bawah Hugo Chavez saat ini. Ada baiknya sedikit lebih dalam memahami mengapa ia didukung rakyatnya dan dimusuhi AS.

Kronik

Saat ini, hampir di setiap dinding kota Venezuela kita bisa melihat graffiti puji-pujian terhadap Simon Bolivar, Hugo Chavez Frias dan Revolusi Bolivarian.

Sejak Chavez terpilih tahun 1998, Venezuela memulai Revolusi Bolivarian melalui sebuah Konstitusi Republik Kelima yang diakui sebagai konstitusi terbaik di dunia setelah Magna Charta dalam melindungi hak-hak ekonomi, sosial, politik dan budaya rakyat miskin.

Tak kurang 3 juta barrel perhari yang dihasilkan PDVSA-Petroleos de Venezuela-dinasionalisasi oleh pemerintah sejak akhir 2001. Nasionalisasi inilah, yang kemudian, menyulut 'perang' terbuka melawan imperialisme Amerika Serikat. Inilah perang tanpa senjata pertama di abad 21 terhadap kebijakan neoliberalisme AS.

Perlu dicatat bahwa cadangan minyak mentah Venezuela adalah kelima terbesar di dunia dan eksportir minyak utama untuk AS. Kenyataan ini begitu penting dan besar pengaruhnya untuk bisa memahami Venezuela, karena praktis, kekayaan minyaklah yang membentuk setiap aspek kehidupan negeri itu: sejarahnya, ekonominya, politik, termasuk budayanya.

Sebelum Chavez berkuasa, 70% dari hampir 26 juta jiwa rakyatnya hidup miskin. Kebijakan neoliberalisme yang dijalankan pemerintah sejak 1970-an membuat kekayaan minyak dikuasai oleh pemodal-pemodal Chevron Corps; Royal Ducth Shell, Repsol dan Exxon. Akibatnya pendapatan minyak paling besar masuk ke pundi-pundi pemodal dan pejabat di sekeliling partai berkuasa COPEI-Kristen Demokrat-dan Action Democratica (AD).

Situasi ini antara lain menyebabkan pemberontakan menolak kenaikan harga Caracazo, 27 Februari 1989, dan pemberontakan militer progressif di bawah kepemimpinan Kolonel Hugo Chavez Frias (1992). Walau pemberontakan ini gagal, namun inilah awal kemenangan Chavez dalam merebut hati rakyat yang rindu perubahan.

Permusuhan AS-Venezuela

Amerika Serikat: tetangga 'tak ramah' bagi Venezuela. Sejak 1977 sekitar 50% perusahaan-perusahaan raksasa di Venezuela memiliki 'ikatan' dengan modal AS. Akibatnya sungguh penting bagi Amerika Serikat untuk memelihara negeri-negeri di Amerika Latin berada di jalur-jalur Washington Consencus.

Namun sejak pemerintah Hugo Chavez melancarkan perang terbuka terhadap kebijakan neoliberal, melalui berbagai skenario AS mendukung bahkan mensponsori peristiwa-peristiwa politik menjatuhkan Chavez, seperti, boikot produksi minyak 2001; kudeta April 2002 oleh oposisi yg tidak senang dengan kebijakan sosial Chavez dan kedekatannya dengan Kuba; referendum 'pemecatan Chavez' Agustus 2004; hingga belum lama ini seruan pembunuhan terhadap Chavez oleh seorang pendeta terkemuka di AS dan seruan membentuk front dunia anti Hugo Chavez.

Tiga peristiwa pertama tidak berhasil dimenangkan oleh kubu pro AS bahkan kecintaan rakyat pada Chavez dan Revolusi Bolivarian tak bertambah surut.

Revolusi Bolivarian untuk Kesejahteraan Rakyat

Kecintaan rakyat disebabkan oleh dua hal, yakni: dimulainya Demokrasi Partisipasi dan diakhirinya demokrasi Punto Fijo (puntofijismo)-kesepakatan pembagian kekuasaan antara AD dan Copei; serta penggunaan kekayaan negeri untuk kesejahteraan rakyat miskin (Endogeneous Developmen).

Dana Pembangunan Khusus PDVSA 90% diprioritaskan setiap tahun untuk proyek sosial seperti, agroindustri; transportasi; pembangunan dan pembangunan budaya; serta pengadaan listrik. Dalam anggaran 2006 ini, 41% (lebih besar 27% dari anggaran tahun 2005) dari total anggaran dialokasikan untuk program-program sosial. Empat puluh tujuh persen dari total anggaran tersebut berasal dari pemasukan minyak dan 53% dari pendapatan pajak perusahaan-perusahaan besar. UNICEF dan Inter American Development Bank (IADB) mengakui bahwa inilah program sosial yang terbesar dan paling komprehensif di Amerika Latin dan dunia.

Program sosial diterapkan secara simultan dan komprehensif. Misi-misi pendidikan dan kesehatan seperti Mission Robinson, Ribas, Sucre dan Barrio Adentro dilaksanakan bekerjasama dengan lebih dari 30.000 tenaga pengajar dan dokter dari Cuba-karena kaum oposisi memboikot pelaksanaan program ini. Misi Robinson berhasil membebaskan Venezuela dari buta huruf di tahun 2005 lalu (data UNICEF) dan meluluskan 900.000 orang yang drop out sekolah dasar di tahun 2004. Mission Ribas menyekolahkan orang-orang yang drop out SLTA, dan Sucre memberi beasiswa untuk orang miskin masuk ke Perguruan Tinggi. Secara simultan juga membangun 200 Universitas Simon Bolivar di kota-kota. Selama 102 tahun rakyat tak pernah membayangkan program-program sosial ini dapat dinikmati dengan gratis

Ada pula Mission Barrio Adentro yakni pengadaan pelayanan kesehatan gratis dengan pusat-pusat diagnosa dan pengobatan bagi penyakit kronis. Demikian pula mission Mercal-pengadaan dan distribusi makanan lebih murah dari harga pasar di perkampungan miskin, dan mission Vuelvan Caras-kredit tanpa bunga bagi petani. Bersamaan dengan itu, pemerintah juga meredistribusi jutaan hektar tanah yang tak menganggur untuk lahan pertanian bagi rakyat tak bertanah, serta membangun Bank Perempuan (Banco La Mujer) yang memberikan kredit bagi komunitas kaum perempuan miskin untuk berproduksi.

Hingga jajak pendapan bulan lalu, 60% rakyat masih menghendaki Chavez memimpin. Walau, beberapa persoalan kemiskinan dan pengangguran masih tersisa, namun rancangan program pemerintah tampak sudah memberi basis solusi untuk itu. Seperti pepatah, tak semudah membalikkan telapak tangan.

Apakah hasil Revolusi Bolivarian tersebut tidak berhak membuat rakyat memuji-muji Pemerintahan Chavez dalam berbagai bentuk graffitinya?.***

No comments: