Ditulis oleh Inigo Errejon 2013
|
Ditulis untuk
penelitian Politik Venezuela badan GIS XXI, Íñigo Errejón menguji tantangan
menghadapi identitas politik Chavismo pasca kepergian Chavez
Sumber: Venezuelanalysis.com
Pada satu poin
percakapan dengan Ignacio Ramonet, yang tertangkap dalam buku Mi Primera
Vida [Kehidupan pertamaku], Hugo Chavez mengumumkan fakta bahwa elit
tradisional “Bolivar Kudus” berupaya untuk “mendepolitisasinya”. Dalam sebuah
paradoks historis yang luar biasa, “mitos Chaves” menghadapi situasi yang serupa
dewasa ini. Naiknya figur Comandante di
atas debat politik, oleh sikap munafik yang merendahkan atau sebuah nostalgia
kaum militan yang tulus, bisa saja sama-sama berkontribusi dalam mengubah Chavez
menjadi seorang “malang yang ideologis”: sebuah poin referensi sentral di budaya
politik Venezuela yangbaru saja memprovokasi sebuah konflik, sebuah
konsensus yang menyatu di masa silam dengan dampak politik yang sedikit di
saat ini. Setelah kematiannya, sosok Chavez hanyalah seorang yang secara
terbuka ditolak oleh kaum kaya minoritas yang masih bermimpi akan kembali berjaya baik
secara damai atau tidak, ke sebuah negara yang pernah ada sebelumnya, suatu
masa dimana rakyat belum mengintervensi negara. Kala mereka menuduh bahwa
revolusi Bolivarian sudah terpolarisasi, mereka menuduh revolusi telah mempolitisir
kemiskinan dan pengucilan, sebagai contoh: membuat isu tersebut menjadi isu
publik, yang bisa diperdebatkan dan dipecahkan, bukan penderitaan dan
kesuraman kepemilikan pribadi.
Semenjak
Machiavelli, kita mengenal bahwa politik, semua politik merupakan tensi yang
beragam antara konsensus dan konflik. Dalam politik revolusioner, dua resiko
paralel ini termarjinalisasi, yang dengan konten sebanyak itu, masih memiliki
keterbatasan kapasitas yang menggairahkan, dan integrasi absolut ke dalam aturan
yang ada, menjadi poin referensi yang sama luasnya dengan konten kosong dan
tak memiliki kemampuan memproduksi transformasi. 4 Februari pertama, Chavez menginvasi
kehidupan rakyat Venezuela sebagai konflik murni, sebuah ketegaran dan
pertikaian publik dari tatanan yang ada. Sebuah daerah di tengah moral dan politik
yang lambat dan kerusakan Republik ke empat dan kepemimpinan sektor tersebut.
Sikap tersebut menjadi sebuah simbol yang mana merupakan tuntutan yang tidak
terpuaskan dari berbagai sektor sosial yang berbeda yang berkaitan satu
sama lain, yang mana Chavez sebagai seorang katalist bisa lolos dari fragmen –
fragmen yang mengarah ke komponen rakyat yang masih dalam kandungan. 14 tahun Revolusi
Bolivarian menuangkan nama layak ini kedalam sebuah jalan bersama mengacu pada
hal yang paling merugikan. Posisi radikalnya berhadap-hadapan dengan politik
Venezuela yang membolehkan Chavez menjadi sebuah nama dan permukaan prasasti bagi
sebuah totalitas beragam dari posisi dan aspirasi sosial, yang tidak direduksi menjadi salah
satu ideologi klasik yang sudah ada sebelumnya. Lapangan rakyat ini dijalani
bersama dengan tanggal dan simbol, emosi, dengan deskripsi realitas yang sudah
disebarkan, nilai dan horizon umum untuk negeri, yang membolehkan kita
berbicara tentang identitas politik yang, seperti yang kami pertahankan,
bukan hanya untuk mayoritas tapi yang relatif hegemonik yaitu Chavismo.
Keberhasilan Chavismo yang
fundamental adalah bagaimana menantang perbedaan antara partai tradisional
dan mengeluarkan sebuah batas baru yang memunculkan loyalitas rakyat
Venezuela, mentransformasi kaum kaya minoritas dengan hak istimewa ke dalam
sebuah minoritas dalam politik dan melepaskan mayoritas rakyat ke dalam
proyek untuk mengkonstruksi sebuah “rakyat: yang menuntut representasi bagi
seluruh rakyat. Chavez mengambil tugas untuk mewujudkan batas ini, dengan kelelahan fisik yang luar biasa, berposisi
sebagai poros prinsipal yang mana afinitas
dan di dalam negara akan menjadi sumbu dan membentuk sebuah rakyat – nasional
yang akan mengarah ke sosialisme. Setelah kematian Chavez, musuh-musuhnya
yang tak mampu mengatasi tatanan ini yang telah mengatur mereka ke posisi
yang lebih rendah, sekarang tujuan untuk menghapus batas itu dengan
mentransformasi Chaves menjadi sebuah memento bersejarah yang indah dan
menjadikan Chavismo sebagai sebuah aksi non politik karena kehilangan sosok
seorang individu semata, dengan tiada dampak bagi loyalitas politik terbaru
mereka mencari sirkuit pendek yang menghubungkan antara identifikasi afektif
dengan Chavez dan kepatuhan pada proyek nasional yang dipertahankannya. Manaemen
diskursif batas ini adalah kunci saat ini: Chavismo adalah sebuah tendensi
bagi hampir semua orang tetapi bukan hanya sesuatu dan bukan pula sesuatu
yang kontennya sesuai dengannya. Sebagai hasilnya, Chavismo secara
fundamental adalah untuk mengkonstruksi “yang diluar” secara hati – hati dan
mengelola permainan inklusi –ekslusi dengan flesibilitas, secara mendadak menggairahkan
sedangkan di saat yang sama menempatkan pedagogi yang akan mengolah posisi
masa depan.
Manuver yang
melakukan depolitisasi terhadap chavez dan menghilangkan Chavismo, dengan
menjadi seorang oposisi yang tidak lagi “anti Chavista” telah mendukung
kelompok muda ekstrim dari piramida penduduk Venezuela. Melawan hal ini kami
harus memiliki sebuah rposes mengartikulasi sebuah budaya dan narasi Chavismo
yang terus menjadi tertarik dengan masa depan, bukan hanya masa lalu, hal ini
yang akan terus menghasilkan horizon umum untuk negeri ini, yang meliputi
kaum intelektual dan kepemimpinan moral di tengah kaum revolusioner. Efisiensi
Manajemen Publik Sosialis Baru dan konstruksi institusional merupakan kondisi
sine qua non untuk memperkuat posisi tersebut yang dilakukan selama 10 dekade
dan separuh transisi negara. Akan tetapi, hal ini berhasil untuk tidak perlu
lagi meyakinkan dukungan dari mayoritas rakyat, yang tidak bisa lagi
dibingungkan dengan momen keberhasilan kemenangan elektoral.
Setidaknya ada tiga
tugas: melatih gelombang manajer intelektual; penempaan epik baru yang
memelihara generasi-generasi yang tidak mengalami peristiwa bersejarah yang
menstrukturkan dan menyatukan cerita Chavista atau masa silam yang berat
melawan revolusi yang mewakili “kelompok baru”; dan proses belajar,
berdiskusi, mensistematikakan dan membangun Chavismo, bukan sebagai kaumk tua
dan album foto lama yang dicintai dan bukan pula sebagai kesatuan dogma –
marikita ingat tulisan Marx yakni “Saya tidak akan pernah menjadi seorang
Marxist” tetapi lebih baik ikatan dan elemen yang saling berkaitan satu sama
lain menjasi ebuah subyek politik yang menantang “akhir sejarah” dan melawan
evolusi internasional terbaru, menyelamatkan politik sebagai seni yang mana
siapa saja yang tidak memiliki apapun kecuali dirinya sendiri akan memerintah
takdir umum.
Venezuela
menghabiskan satu dekade dan separuh dekade untuk sebuah proses yang bergerak
menuju sosialisme dalam kondisi kebebasan penuh dan meluaskan kedaulatan
rakyat. Evolusi tersebut telah mengarah ke pengalaman yang belum pernah
terjadi sebelumnya dan perluasan, tetapi salah satu harga yang harus dibayar
untuk keberaniannya menghadapi tantangan dan kontradiksi unutk poin referensi
historis dan sedikit kunci teori. Tetapi kepastian yang tersisa dimana
politik dan perjuangan tidak akan pernah berakhir, yang akan selalu
diperlukan untuk menggairahkan dan mengkonstruksi,dengan tensi yang
disarankan oleh Boaventura de Sousa Santos: “Sosialisme adalah demokrasi
tanpa akhir.”
|
Íñigo Errejón memegang
gelar PhD dalam bidang ilmu Politik dari Universidad Complutense de Madrid, dan
merupakan Direktor Penelitian Identitas Politik di Foundation GIS XXI dan
anggota dari Foundation CEPS. Tulisan ini sebelumnya dipublikasikan di Correo
del Orinoco
No comments:
Post a Comment