30/07/2012

Pasca Kudeta Paraguay: Sebuah Wawancara dengan Fernando Lugo




Ditulis oleh Johannes Wilm
Rabu, 18 Juli 2012. 

Uskup berhaluan kiri Fernando Lugo terpilih sebagai Presiden Paraguay pada 2008. Dengan terpilihnya Lugo, berakhirlah 61 tahun kekuasaan partai konservatif Partai Colorado. Serupa dengan apa yang terjadi di beberapa negara Amerika Latin beberapa tahun terakhir, pemerintahan baru ini menyusun program sosial dan hubungan jangka panjang dengan Amerika Serikatpun secara perlahan digantikan oleh aliansi dengan negara tetangga.

Selama pemerintahannya, Lugo dihadapkan pada mayoritas anggota parlemen yang menentangnya dan wakil presidennya yang berasal dari partai politik yang berbeda secara terbuka menyerangnya dalam beberapa tahun terakhir. Pada 21-  22 Juni, Lugo disingkirkan dari kepresidenannya melalui  impeachment di parlemen melalui “pengadilan politik”. Impeachment presiden melalui pengadilan politik adalah struktur khusus yang tersedia dalam Konstitusi Paraguay. Konstitusi ini mengijinkan adanya satu majelis parlemen untuk memulai proses impeachment melawan Presiden, dan bagi majelis kedua untuk memberikan penilaian apakah mereka menemukan kesalahan Presiden atas apa yang dituduhkan majelis pertama pada presiden. Pengacara Lugo, Adolfo Ferreiro yang membela Lugo dalam impeachment ini menjelaskan bagaimana sebuah impeachment bisa terjadi pada sang presiden tanpa pelanggaran hukum sekalipun :”Ada pihak yang berada di belakang ini semua untuk membuat suatu pengadilan politik tanpa alasan apapun, hanya karena mereka tidak menyukai sang presiden. Mereka bilang bahwa alasan pengadilan politik tersebut tidaklah penting, selama mereka merasa perlu untuk memenangkan suara supaya terselenggara pengadilan politik. Mereka sekarang sedang mencoba untuk membingungkan hal ini dengan 'mosi tidak percaya ' sebagaimana yang ada dalam beberapa sistem parlemen. Model seperti ini memang ada di beberapa negara Eropa dengan sistem parlementer. Di sana, beberapa pemerintah dipilih oleh parlemen dan bisa disingkirkan melalui perhitungan suara. Di sini, sebaliknya, kita memiliki sistem presidensial, sehingga presiden dipilih langsung oleh rakyat dan tidak ada kaitan langsung antara siapa presiden dan siapa yang mayoritas di parlemen”.

Ferreiro dikenal pada tahun 2008 yang secara terbuka menentang pencalonan Lugo dan dia terus menjadi seorang kritikus sekutu dekat, seperti pemerintah Venezuela. Pembelaannya terhadap Lugo dalam prosedur pembelaan adalah agar secara umum terdapat pembacaan obyektif atas Konstitusi Paraguay.

Lugo sendiri melihat keseluruhan hal ini sebagai sebuah kudeta: “Kau bisa menyebut hal ini sebagai kudeta 2.0, sebuah kudeta parlementer atau sebuah ekspresi kudet – banyak nama untuk hal yang sama, sebuah kudeta yang berbeda dari yang kita saksikan pada tahun 1970an: dimana tidak ada mobil tank di jalanan atau tidak ada orang yang mati di jalanan, dan mereka sangat berhati-hati untuk mencoba mendapatkan legitimasi hukum atas tindakan mereka. Namun, tidak ada yang bisa merubah kenyataan bahwa telah terjadi pelanggarn prinsip-prinsip demokrasi di sini dan sebagai konsekuensinya telah terjadi kudeta”

Repolitisasi institusi pemerintah

Telah terjadi banyak pendiskusian tentang perubahan konkret apa yang akan dilakukan pemerintah hasil kudeta. Satu hal yang paling sering disebutkan adalah isu pekerjaan  di sektor publik. Berikut pernyataan Sekretaris Pekerjaan Umum Lugo hingga bulan Maret ini yakni Lilian Soto, dan ia cukup bangga atas perubahan yang mereka lakukan selama proses perekrutan: “Di bawah Partai Colorado, hanya orang yang memiliki koneksi politik dan keluarga yang bisa memperoleh pekerjaan. Kami melakukan perubahan atas hal itu menjadi sebuah proses formal dalam memeriksa pendidikan dan pengalaman para kandidat ”. Soto berhenti dari pekerjaannya karena hendak menjadi kandidat presiden dalam pemilu 2013 dari sebuah partai feminis dan oleh karena itu ia merasa tidak etis apabila terus melanjutkan pekerjaannya sebagai bagian dari pemerintah Lugo.

Lugo menjelaskan bahwa pemerintah hasil kudeta sekarang sedang mencoba untuk mengembalikan keadaan seperti sebelum pemerintahan Lugo berkuasa- dengan sengaja mengabaikan orang secara massal berdasarkan ideologi politik mereka. Hal ini sudah terjadi di kementrian dan entitas pemerintahan yang bersepakat dengan kontrol agrikultur dan pestisida. Dalam beberapa hari ini serikat buruh di berbagai sektor mulai aktif. Itu akan menjadi pertarungan besar berikutnya.

Geopolitik

Lugo melihat beberapa kemiripan dengan kudeta di Honduras pada tahun 2009, dimana Presiden Mel Zelaya disingkirkan: “Apa yang serupa dari kedua kasus ini adalah pelanggaran terhadap prinsip demokrasi, dan bahwa istilah presiden yang terpilih secara demokratik, dipotong begitu saja”. Akan tetapi ia juga melihat perbedaan besarnya di antara keduanya: “Di Honduras, kita melihat sebuah kudeta yang dekat dengan kudeta di tahun 1970an, dimana militer memegang peranan besar. Juga halnya, ada perbedaan dalam hal lingkungan geo politik. Di Amerika Selatan kita memiliki pengalaman penting dalam hal integrasi regional, seperti perjanjian perdagangan Mercosur dan yang baru-baru ini terbentuk Komunitas Amerika Latin dan Negeri Karibia (CELAC). Hal ini tidaklah begitu penting saat kudeta terjadi di Honduras. Sayapikir beberapa organisasi ini mewakili alternatif dari Organisasi Ameria Serikat (OAS), yang secara cepat menurun. Sayatidak mengingkari bahwa OAS telah memiliki banyak capaian dalam 50 tahun terakhir ini, akan tetapi dengan polarisasi terakhir antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko di satu sisi dan Amerika Selatan di sisi lain, kami kemudian mencoba alternatif persatuan regional lainnya. Kudeta sekarang ini adalah upaya untuk menyerang upaya integrasi regional.”

tak ada satupun dari tiga negara yang bertentangga yakni Paraguay, Bolivia, Brazil dan Argentina yang mengakui pemerintahan baru ini, apalagi menerima proses bagaimana mereka bisa meraih kekuasaan sekarang ini. Bahkan, pemerintahan tersebut merupakan negara-negara yang memiliki kritik besar atas apa yang terjadi. Dari para pendukung kudeta, sebuah solusi umum yang diberikan untuk Paraguay adalah bekerja sama dengan negara-negara lain. Lugo percaya bahwa hal ini memang akan terjadi: “Secara geografi dan politik, adalah mungkin bagi beberapa negara seperti Chile, Peru, dan Kolombia untuk menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat. Akan tetapi dalam kasus Paraguay, hal ini sangatlah sulit. Kami tidak memiliki garis pantai kami sendiri. Dan sungai yang ada di bawah kepemilikan bersama. Agar bisa menggunakan sungai ini sebagai rute transportasi untuk kargo kapal, kami bergantung dengan perjanjian bersama Brazil dan Argentina. Selain itu, selama dekade neoliberal pada tahun 1990an, Paraguay sudah kehilangan kontrol atas perusahaan penerbangannya. Semua ini menjadi sulit bagi Paraguay untuk bekerjasama dengan negara lain tanpa bekerja bersama dengan negara- negara tentangganya.
Kedaulatan Nasional vs. Perusahaan Multunasional

Lugo percaya bahwa orang bisa melihat bahwa kudeta ini merupakan pertarungan antara negara dan perusahaan multinasional : “Jika kita melihat hal pertama yang dilakukan pelsayakudeta, adalah cukup jelas: Pertama mereka membuka pintu bagi pangan rekayasa genetika, ke dua mereka memutuskan produksi – Kedelai tidak boleh dipungut pajak, ke tiga perusahaan multinasional Rio Tinto Alcan diijinkan untuk membangun perusahaannya sendiri di Paraguay. Itu adalah 3 keputusan penting yang telah didiskusikan dalam dua tahun proses partisipatif dimana kita mencoba untuk mempelajari konsekuensi dari hal tersebut. Sekarang semua kebijakan tersebut telah dilaksanakan dalam waktu yang luar biasa cepat. Hal ini menunjukkan bahwa seberapa penting masalah kedaulatan nasional dalam proses ini.

Kontrak dengan Rio Tinto Alcan adalah salah satu kebijakan yang dikritik oleh pihak yang beroposisi terhadap pemerintahan hasil kudeta. Partai- partai yang menyepakati kontrak tersebut menandatangani kontrak dengan Rio Tinto Alcan untuk 30 tahun, dimana selama itu perusahaan akan mendapat pembagian listrik yang cukup besar yang diproduksi oleh pembangkit tenaga air besar milik Paraguay. Lugo yakin bahwa perjanjian yang ditandatangani oleh pemerintahan yang baru tidak akan dihargai di masa depan, suatu saat sebuah pemerintahan demokratik akan dibangun kembali: “Sayaragu bahwa rakyat Paraguay akan menghargai sebuah perjanjian yang menjamin sebuah perusahaan besar memiliki hak sepenuhnya atas listrik dengan harga yang rendah. Perjanjian ini benar-benar bermasalah.”


Presiden rakyat dan masyarakat internasional

meski Lugo tidak memiliki kontrol atas aparatus negara, ia masih melihat dirinya sebagai Presiden: “Rakyat melihat saya sebagai Presiden. Pemimpin kudeta, Franco mungkin secara formal mengambil kontrol atas tentara dan polisi, akan tetapi tidak berarti ia bisa mengambil kontrol atas rakyat. Dan pada dasarnya, kami percaya bahwa rakyat memiliki kedaulatan untuk memutuskan siapa yang menjadi Presiden. Sayajuga ragu bahwa Franco benar-benar memerintah negara ini. Disamping penduduk, masyarakat internasional masih melihat saya sebagai Presiden yang legitimate di Paraguay. Dan di jaman kami, itu sangat penting, itulah yang hampir menjadi faktor penentu satu-satunya.”

Franco telah mengindikasi hal ini sesaat setelah kudeta, sehingga ia meminta tolong Lugo supaya meminta kepada negara lain agar tidak memberikan sanksi kepada Paraguay. Lugo tidak berpikir apapun terkait rencana tersebut: “Saya rasa sebagian besar rakyat akan mengerti bahwa kami tidak akan bekerja sama dengan mereka yang mengorganisir kudeta.”

Kepada para individu luas yang ingin membantu demokrasi Lugo di Paraguay, Lugo merekomendasikan: “Jika ada yang ingin mendukung proses demokrasi di sini, kemudian hal terbaik yang bisa kau lakukan adalah mulai mengikuti apa yang sedang terjadi di sini. Jika media memberitakan tentang Paraguay, hal itu sangat membantu demokrasi kami.”

Pemilu Presiden mendatang telah siap diadakan sebelum kudeta tersebut terjadi. OAS telah fokus untuk menemukan kondisi seperti apa yang perlu dipersiapkan bagi pemilu bebas mendatang. Lugo percaya ini tidaklah cukup: “Yang jadi masalah adalah ketika hanya melihat masa depan dan tidak pernah melihat apa yang telah terjadi saat ini. Ini artinya orang melupakan apa yang terjadi sekarang dan bahwa situasi saat ini tidak baik-baik saja – mereka yang sebenarnya bertanggung jawab sekarang tidak menjalankan apa yang dikehendaki rakyat. Itulah mengapa kami akan terus memperjuangkan agar kasus kudeta ini diselesaikan.

Johannes Wilm adalah ssiswa PhD di Kampus Goldsmith, Universitas London jurusan antropologi sosial. Blognya dalam bahasa Inggris bisa didapatkan di http://www.johanneswilm.org dan dalam bahasa Spanyol di  http://johannes.si

Artikel ini diterjemahkan oleh DST