Oleh Eva Golinger – Kartu Pos dari Revolusi , 21
Juli 2012
Semenjak pertama kali
Hugo Chavez terpilih sebagai presiden Venezuela pada tahun 1998, Washington dan
sekutunya telah mencoba untuk merongrong pemerintahan Chavez. Saat Chavez
menjadi kandidat presiden, Departemen Amerika Serikat menolak visanya untuk
berpartisipasi di salah satu wawancara televisi di Miami. Kemudia, saat ia
memenangkan pemilihan presiden, Duta Besar John Maisto memanggilnya secara
pribadi dan menawarkan padanya sebuah visa. Beberapa bulan kemudian, Amerika
berupaya untuk membeli presiden terpilih Venezuela yang baru. Pengusaha,
politisi dan kepala negara dari Washington dan Spanyol menekannya untuk
menyerahkan agendanya. “Datanglah bersama kami”, desak Perdana Menteri Spanyol,
Jose Maria Aznar, yang mencoba membujuknya dengan tawaran kekayaan dan kemewahan
sebagai imbalan atas kepatuhannya.
Saat Chavez menolak
patuh, ia kemudian dikudeta pada 11 April 2012, yang didanai dan direncanakan
oleh Washington. Saat kudeta gagal dan pendukung Chavez menyelamatkan demokrasi
dan presiden mereka kurang dari 48 jam, upaya untuk merongrong pemerintahannya
berlanjut. “Kami harus mempersulit dirinya dalam memerintah”, kata mantan kepala Departemen Luar Negeri AS Lawrence Eagleberger.
Segera, Venezuela dikenai sabotase ekonomi, pemogokan industri minyak,
kerusuhan di jalanan, dan peperangan media secara brutal yang mendistorsi
realita negara di tingkat nasional dan internasional. Sebuah rencana untuk
membunuh Chavez dengan militer Colombia di Mei 2004 yang kemudian dihalau oleh
pasukan keamanan negara. Beberapa bulan kemudian, oposisi yang dibekingi oleh
Amerika Serikat mencoba untuk mencabut mandatnya dalam sebuah referendum recall,
akan tetapi sekali lagi, rakyat menyelamatkan Chavez dengan kemenangan telak 60
-40.
Semakin populer Chavez, semakin banyak jutaan dolar mengalir dari agen Amerika
Serikat kepada kelompok anti Chavez untuk merongrong, mendiskreditkan,
mendelegitimasi, menggulingkan, membunuh atau memindahkannya dari kekuasaan
dengan berbagai cara. Pada bulan Desember 2006, Chavez terpilih kembali sebagai
presiden dengan hitungan 64% suara. Dukungan kepadanya meningkat di Venezuela dan seluruh Amerika Latin.
Pemerintah baru di Argentina, Brazil, Bolivia, Ekuador, Honduras, Nikaragua,
Uruguay dan beberapa negara Karibian bergabung dalam kooperasi regional, persatuan
regional, kedaulatan regional yang diinisiasi oleh Caracas. Washington mulai
kehilangan pengaruh dan kontrolnya atas “lahan suburnya”.
Aliansi Bolivarian untuk Rakyat Amerika kita (ALBA), Persatuan Bangsa
Amerika Selatan (UNASUR), PetroCaribe, PetroSur, TeleSur, Bank ALBA, Bank
Selatan dan Komunitas Amerika Latin, Negara- negara Caribia (CELAC) dibentuk. Washington
tidak terlibat dalam salah satu organisasi ini, demikian pula kelompok elitnya
yang sebelumnya mendominasi wilayah ini.
Pada bulan Januari 2005, Condoleezza Rice mengatakan bahwa Chavez membawa “pengaruh
negatif” di wilayah Amerika Latin. Pada bulan Maret, CIA menempatkan Venezuela
dalam 5 daftar teratas mereka. Beberapa bulan kemudian, Reverend Pat Robertson
secara terbuka menyerukan pembunuhan terhadap Chavez, yang mereka klaim
menghabiskan dana tak kurang dari “$ 2 miliar”. Pada tahun yang sama, saat
Venezuela menangguhkan kerja sama dengan Administrasi Penyelenggara Obat Amerika
Serikat (DEA) karena tindakan tersebut dianggap sabotase dan spionase, Washington mengklasifikasikan
Venezuela sebagai bangsa yang “tidak mau bekerja sama dalam memerangi narkotika”.
Tidak ada bukti yang berhasil menunjukkan bahwa pemerintah Venezuela terlibat
dalam perdagangan narkoba.
Pada bulan Februari 2006, Direktur Intelejen Nasional John Negroponte
memasukkan Venezuela sebagai “ancaman berbahaya” bagi Amerika Serikat.
Sekretaris Departemen Pertahanan Donald Rumsfled membandingkan Chavez dengan
Hitler. Pada tahun yang sama, Washington memciptakan misi Intelejen khusus yang
didedikasikan kepada Venezuela dan Kuba, meningkatkan sumber daya dalam operasi
memerangi Kuba dan Venezuela. Pada bulan Juni 2006, Gedung Putih menempatkan
Venezuela dalam daftar negara “yang tidak mau bekerja sama dalam memerangi
terorisme”. Klasifikasi ini menyebabkan sanksi diberikan kepada Venezuela
berupa larangan menjual persenjataan militer dan pertahanan dari Amerika Serikat
dan perusahaan Amerika serikat atau semua yang menggunakan tekhnologi Amerika
Serikat ke Venezuela. Meski tidak ada bukti yang berhasil ditunjukkan oleh
Amerika Serikat atas tuduhannya.
Pada tahun 2008, pentagon mengaktifkan kembali Armada Ke empat (Fourth Fleet), sebuah
wilayah militer Amerika Latih dan Karibia. Wilayah tersebut sebenarnya telah
dinonaktifkan pada tahun 1950 dan sudah lama tidak berfungsi, sampai kemudian
Washington memutuskan bahwa wilayah tersebut perlu untuk meningkatkan
keberadaan dan kekuatannya di wilayah tersebut. Pada tahun 2010, Amerika
Serikat membentuk kesepakatan dengan Kolumbia untuk mendirikan 7 basis militer
di wilayah Kolumbia. Sebuah dokumen Air Force membenarkan bahwa peningkatan budget
atau danan untuk pembangunan basis militer
bertujuan untuk mengkounter atau mengantisipasi ancaman dari pemerintah
anti Amerika di wilayah tersbeut”.
Media internasional menyebut Chavez sebagai diktator, tiran, otoritaer,
narco, anti Amerika, teroris akan tetapi mereka selalu gagal memberikan bukti
bahwa Chavez memang berbahaya. Mereka merubah imej Venezuela menjadi imej
kekerasan, tidak aman, kriminal, korup, perusuh, gagal memberikan prestasi dan
kemajuan sosial selama dekade terakhir atau menyebabkan adanya kesenjangan
sosial yang tinggi dan lebih tertinggal dibanding pemerintahan sebelumnya.
Selama bertahun-tahun, sebuah kelompok anggota kongres Amerika Serikat –
demokrat dan republik – telah mencoba untuk menempatkan Venezuela di dalam
daftar mereka sebagai “negara yang mensponsori terorisme”. Mereka mengklaim
hubungan antara Venezuela dan Iran, Venezuela dan Kuba dan bahkan Venezuela dan China sebagai bukti
bahwa Venezuela adalah “ancaman besar” yang diwakili oleh bangsa Amerika
Selatan atas Washington.
Mereka mengatakan lagi dan lagi bahwa Venezuela dan Chavez dan Venezuela
adalah ancaman bagi Amerika Serikat. “Ia harus berhenti”, kata mereka, sebelum
ia “Mendaratkan bom Iran pada kita”
Dalam sebuah wawancara beberapa hari lalu, Presiden Barak Obama mengatakan
Chavez bukan ancaman bagi keamanan Amerika Serikat. Kandidat Predisen dari partai
Republik Mitt Romney menyatakan bahwa Chavez adalah ancaman besar bagi Amerika
Serikat. Kemarahan masyarakat Kuba dan Venezuela di Miami pun sampai kepada
Obama. Akan tetapi mereka tak perlu kuatir karena Obama meningkatkan dana
kepada kelompok Anti Chavez tahun ini. Lebih dari $ 20 juta yang diambil dari
pajak rakyat Amerika Serikat telah dialirkan melalui agen Amerika Serikat unutk
mendanai kampanye pihak oposisi di Venezuela.
Apakah Venezuela
menjadi ancaman bagi Washington? Di Venezuela, hanya “kelompok teroris”, yang
mencoba untuk mendestabilisasi negara, mayoritas dengan dukungan poliitk dan
finansial dari Amerika Serikat. Perdagangan narkoba di Kolombia, yang memproduksi
dan mentransit narkoba mengalami peningkatan selama Amerika Serikat melakukan
invansi yang kemudian dikenal dengan Plan Colombia (Rencana Kolombia). Hubungan
dengan Iran, Kuba, China, Russia dan lainnya adalah hubungan normal bilateral –multilateral
– yang mengikat antar negara. Tidak ada bom, tidak ada rencana serangan, tidak
ada rahasia yang mengancam.
Tidak, Venezuela
bukanlah ancaman bagi Washington.
Kemiskinan telah
berkurang lebih dari 50% semenjak Chavez berkuasa pada tahun 1998. Kebijakan pemerintah
menciptakan masyarakat dengan partisipasi massal dalam pengambilan keputusan bidang
ekonomi, politik, dan sosial. Program sosial –disebut misi- telah menjamin
pengobatan dan pendidikan gratis, dari tingkat dasar hingga tingkat atas, dan
menyediakan beberapa makanan dasar dengan biaya terjangkau, siring dengan upaya
menciptakan dan mempertahankan bentuk kerja sama, bisnis kecil dan menengah dan
organisasi masyarakat dan komune. Budaya Venezuela telah diselamatkan dan
dihargai, memulihkan kebangkaan dan identitas nasional, dan menciptakan
sentimen rasa bermartabat dari pada rendah diri. Media komunikasi telah
dikembangkan selama dekade terakhir, memberikan ruang ekspresi bagi semuanya.
Industri minyak, telah
dinasionalisasi pada tahun 1976 akan tetapi telah beroperasi sebagai perusahaan
swasta, dan telah dipulihkan untuk keuntungan negara, bukan untuk keuntungan
perusahaan multinasional dan para elit. Lebih dari 60% dari budget tahunan
didedikasikan untuk program sosial di Venezuela, dengan prinsip untuk mengatasi
kemiskinan.
Caracas, sebagai ibu
kota negara telah dipercantik. Taman dan plaza telah dirubah menjadi tempat
berkumpul, bersenang-senang dan aman dikunjungi oleh pengunjung. Di sana
terdapat musik-musik di jalanan, seni di dinding dan perdebatan yang kaya akan
gagasan antar penduduk setempat. Polisi komunal yang baru bekerja untuk
memerangi kriminalitas dan kekerasan, mengatasi permasalahan hingga ke akar
permasalahan sebagai sebab utama.
Kebangkitan Venezuela
telah meluas di seluruh benua dan di sebelah utara Karibia. Sensasi atas
kedaulatan, kemerdekaan dan berserikat di wilayah ini telah dikubur oleh
bayangan pembangunan terbelakang dan subordinasi yang dilakukan oleh kekuasaan
kolonial selama berabad-abad sebelumnya.
Tidak, Venezuela
bukanlah ancaman bagi keamanan Amerika Serikat. Venezuela adalah contoh
bagaimana rakyatnya mampu bangkit, menghadapi hambatan yang paling sulit dan
tekanan kekuasaan yang paling brutal, bagaimana rakyat sanggup membangun model pemerintahan
yang berkeadilan sosial dan contoh bagaimana kesejahteraan manusia dihargai
atas kekayaan ekonominya.
Itulah yang dimaksud
ancaman dari Chavez dan Venezuela bagi Washington: Ancaman berupa contoh pemerintahan yang baik.
diterjemahkan oleh DST dari venezuelanalysis.com