24/07/2012

Venezuela: Sebuah Ancaman Bagi Washington?





Oleh  Eva Golinger – Kartu Pos dari Revolusi , 21 Juli  2012 

Semenjak pertama kali Hugo Chavez terpilih sebagai presiden Venezuela pada tahun 1998, Washington dan sekutunya telah mencoba untuk merongrong pemerintahan Chavez. Saat Chavez menjadi kandidat presiden, Departemen Amerika Serikat menolak visanya untuk berpartisipasi di salah satu wawancara televisi di Miami. Kemudia, saat ia memenangkan pemilihan presiden, Duta Besar John Maisto memanggilnya secara pribadi dan menawarkan padanya sebuah visa. Beberapa bulan kemudian, Amerika berupaya untuk membeli presiden terpilih Venezuela yang baru. Pengusaha, politisi dan kepala negara dari Washington dan Spanyol menekannya untuk menyerahkan agendanya. “Datanglah bersama kami”, desak Perdana Menteri Spanyol, Jose Maria Aznar, yang mencoba membujuknya dengan tawaran kekayaan dan kemewahan sebagai imbalan atas kepatuhannya. 

Saat Chavez menolak patuh, ia kemudian dikudeta pada 11 April 2012, yang didanai dan direncanakan oleh Washington. Saat kudeta gagal dan pendukung Chavez menyelamatkan demokrasi dan presiden mereka kurang dari 48 jam, upaya untuk merongrong pemerintahannya berlanjut. “Kami harus mempersulit dirinya dalam memerintah”, kata mantan kepala Departemen Luar Negeri AS Lawrence Eagleberger.
Segera, Venezuela dikenai sabotase ekonomi, pemogokan industri minyak, kerusuhan di jalanan, dan peperangan media secara brutal yang mendistorsi realita negara di tingkat nasional dan internasional. Sebuah rencana untuk membunuh Chavez dengan militer Colombia di Mei 2004 yang kemudian dihalau oleh pasukan keamanan negara. Beberapa bulan kemudian, oposisi yang dibekingi oleh Amerika Serikat mencoba untuk mencabut mandatnya dalam sebuah referendum recall, akan tetapi sekali lagi, rakyat menyelamatkan Chavez dengan kemenangan telak 60 -40. 

Semakin populer Chavez, semakin banyak jutaan dolar mengalir dari agen Amerika Serikat kepada kelompok anti Chavez untuk merongrong, mendiskreditkan, mendelegitimasi, menggulingkan, membunuh atau memindahkannya dari kekuasaan dengan berbagai cara. Pada bulan Desember 2006, Chavez terpilih kembali sebagai presiden dengan hitungan 64% suara. Dukungan kepadanya  meningkat di Venezuela dan seluruh Amerika Latin. Pemerintah baru di Argentina, Brazil, Bolivia, Ekuador, Honduras, Nikaragua, Uruguay dan beberapa negara Karibian bergabung dalam kooperasi regional, persatuan regional, kedaulatan regional yang diinisiasi oleh Caracas. Washington mulai kehilangan pengaruh dan kontrolnya atas “lahan suburnya”.

Aliansi Bolivarian untuk Rakyat Amerika kita (ALBA), Persatuan Bangsa Amerika Selatan (UNASUR), PetroCaribe, PetroSur, TeleSur, Bank ALBA, Bank Selatan dan Komunitas Amerika Latin, Negara- negara Caribia (CELAC) dibentuk. Washington tidak terlibat dalam salah satu organisasi ini, demikian pula kelompok elitnya yang sebelumnya mendominasi wilayah ini.   

Pada bulan Januari 2005, Condoleezza Rice mengatakan bahwa Chavez membawa “pengaruh negatif” di wilayah Amerika Latin. Pada bulan Maret, CIA menempatkan Venezuela dalam 5 daftar teratas mereka. Beberapa bulan kemudian, Reverend Pat Robertson secara terbuka menyerukan pembunuhan terhadap Chavez, yang mereka klaim menghabiskan dana tak kurang dari “$ 2 miliar”. Pada tahun yang sama,   saat Venezuela menangguhkan kerja sama dengan Administrasi Penyelenggara Obat Amerika Serikat (DEA) karena tindakan tersebut dianggap sabotase  dan spionase, Washington mengklasifikasikan Venezuela sebagai bangsa yang “tidak mau bekerja sama dalam memerangi narkotika”. Tidak ada bukti yang berhasil menunjukkan bahwa pemerintah Venezuela terlibat dalam perdagangan narkoba. 

Pada bulan Februari 2006, Direktur Intelejen Nasional John Negroponte memasukkan Venezuela sebagai “ancaman berbahaya” bagi Amerika Serikat. Sekretaris Departemen Pertahanan Donald Rumsfled membandingkan Chavez dengan Hitler. Pada tahun yang sama, Washington memciptakan misi Intelejen khusus yang didedikasikan kepada Venezuela dan Kuba, meningkatkan sumber daya dalam operasi memerangi Kuba dan Venezuela. Pada bulan Juni 2006, Gedung Putih menempatkan Venezuela dalam daftar negara “yang tidak mau bekerja sama dalam memerangi terorisme”. Klasifikasi ini menyebabkan sanksi diberikan kepada Venezuela berupa larangan menjual persenjataan militer dan pertahanan dari Amerika Serikat dan perusahaan Amerika serikat atau semua yang menggunakan tekhnologi Amerika Serikat ke Venezuela. Meski tidak ada bukti yang berhasil ditunjukkan oleh Amerika Serikat atas tuduhannya.
Pada tahun 2008, pentagon mengaktifkan kembali  Armada Ke empat (Fourth Fleet), sebuah wilayah militer Amerika Latih dan Karibia. Wilayah tersebut sebenarnya telah dinonaktifkan pada tahun 1950 dan sudah lama tidak berfungsi, sampai kemudian Washington memutuskan bahwa wilayah tersebut perlu untuk meningkatkan keberadaan dan kekuatannya di wilayah tersebut. Pada tahun 2010, Amerika Serikat membentuk kesepakatan dengan Kolumbia untuk mendirikan 7 basis militer di wilayah Kolumbia. Sebuah dokumen Air Force membenarkan bahwa peningkatan budget atau danan untuk pembangunan basis militer  bertujuan untuk mengkounter atau mengantisipasi ancaman dari pemerintah anti Amerika di wilayah tersbeut”.  

Media internasional menyebut Chavez sebagai diktator, tiran, otoritaer, narco, anti Amerika, teroris akan tetapi mereka selalu gagal memberikan bukti bahwa Chavez memang berbahaya. Mereka merubah imej Venezuela menjadi imej kekerasan, tidak aman, kriminal, korup, perusuh, gagal memberikan prestasi dan kemajuan sosial selama dekade terakhir atau menyebabkan adanya kesenjangan sosial yang tinggi dan lebih tertinggal dibanding pemerintahan sebelumnya. 

Selama bertahun-tahun, sebuah kelompok anggota kongres Amerika Serikat – demokrat dan republik – telah mencoba untuk menempatkan Venezuela di dalam daftar mereka sebagai “negara yang mensponsori terorisme”. Mereka mengklaim hubungan antara Venezuela dan Iran, Venezuela dan Kuba  dan bahkan Venezuela dan China sebagai bukti bahwa Venezuela adalah “ancaman besar” yang diwakili oleh bangsa Amerika Selatan atas Washington. 

Mereka mengatakan lagi dan lagi bahwa Venezuela dan Chavez dan Venezuela adalah ancaman bagi Amerika Serikat. “Ia harus berhenti”, kata mereka, sebelum ia “Mendaratkan bom Iran pada kita”
Dalam sebuah wawancara beberapa hari lalu, Presiden Barak Obama mengatakan Chavez bukan ancaman bagi keamanan Amerika Serikat. Kandidat Predisen dari partai Republik Mitt Romney menyatakan bahwa Chavez adalah ancaman besar bagi Amerika Serikat. Kemarahan masyarakat Kuba dan Venezuela di Miami pun sampai kepada Obama. Akan tetapi mereka tak perlu kuatir karena Obama meningkatkan dana kepada kelompok Anti Chavez tahun ini. Lebih dari $ 20 juta yang diambil dari pajak rakyat Amerika Serikat telah dialirkan melalui agen Amerika Serikat unutk mendanai kampanye pihak oposisi di Venezuela.
Apakah Venezuela menjadi ancaman bagi Washington? Di Venezuela, hanya “kelompok teroris”, yang mencoba untuk mendestabilisasi negara, mayoritas dengan dukungan poliitk dan finansial dari Amerika Serikat. Perdagangan narkoba di Kolombia, yang memproduksi dan mentransit narkoba mengalami peningkatan selama Amerika Serikat melakukan invansi yang kemudian dikenal dengan Plan Colombia (Rencana Kolombia). Hubungan dengan Iran, Kuba, China, Russia dan lainnya adalah hubungan normal bilateral –multilateral – yang mengikat antar negara. Tidak ada bom, tidak ada rencana serangan, tidak ada rahasia yang mengancam. 

Tidak, Venezuela bukanlah ancaman bagi Washington. 

Kemiskinan telah berkurang lebih dari 50% semenjak Chavez berkuasa pada tahun 1998. Kebijakan pemerintah menciptakan masyarakat dengan partisipasi massal dalam pengambilan keputusan bidang ekonomi, politik, dan sosial. Program sosial –disebut misi- telah menjamin pengobatan dan pendidikan gratis, dari tingkat dasar hingga tingkat atas, dan menyediakan beberapa makanan dasar dengan biaya terjangkau, siring dengan upaya menciptakan dan mempertahankan bentuk kerja sama, bisnis kecil dan menengah dan organisasi masyarakat dan komune. Budaya Venezuela telah diselamatkan dan dihargai, memulihkan kebangkaan dan identitas nasional, dan menciptakan sentimen rasa bermartabat dari pada rendah diri. Media komunikasi telah dikembangkan selama dekade terakhir, memberikan ruang ekspresi bagi semuanya.
Industri minyak, telah dinasionalisasi pada tahun 1976 akan tetapi telah beroperasi sebagai perusahaan swasta, dan telah dipulihkan untuk keuntungan negara, bukan untuk keuntungan perusahaan multinasional dan para elit. Lebih dari 60% dari budget tahunan didedikasikan untuk program sosial di Venezuela, dengan prinsip untuk mengatasi kemiskinan. 

Caracas, sebagai ibu kota negara telah dipercantik. Taman dan plaza telah dirubah menjadi tempat berkumpul, bersenang-senang dan aman dikunjungi oleh pengunjung. Di sana terdapat musik-musik di jalanan, seni di dinding dan perdebatan yang kaya akan gagasan antar penduduk setempat. Polisi komunal yang baru bekerja untuk memerangi kriminalitas dan kekerasan, mengatasi permasalahan hingga ke akar permasalahan sebagai sebab utama. 

Kebangkitan Venezuela telah meluas di seluruh benua dan di sebelah utara Karibia. Sensasi atas kedaulatan, kemerdekaan dan berserikat di wilayah ini telah dikubur oleh bayangan pembangunan terbelakang dan subordinasi yang dilakukan oleh kekuasaan kolonial selama berabad-abad sebelumnya.
Tidak, Venezuela bukanlah ancaman bagi keamanan Amerika Serikat. Venezuela adalah contoh bagaimana rakyatnya mampu bangkit, menghadapi hambatan yang paling sulit dan tekanan kekuasaan yang paling brutal, bagaimana rakyat sanggup membangun model pemerintahan yang berkeadilan sosial dan contoh bagaimana kesejahteraan manusia dihargai atas kekayaan ekonominya.  

Itulah yang dimaksud ancaman dari Chavez dan Venezuela bagi Washington: Ancaman berupa  contoh pemerintahan yang baik. 

diterjemahkan oleh DST dari venezuelanalysis.com