13/12/2007

Chavez: Rakyat Venezuela Dapat Mengajukan Proposal Reformasi yang Baru

Caracas, 5 Desember 2007 (venezuelanalysis.com) - Rakyat Venezuela
punya kapasitas untuk memodifikasi dan mengajukan kembali proposal
reformasi yang kalah dalam referendum 2 Desember, kata Presiden
Venezuela Hugo Chavez melalui telepon saat penayangan program politik
populer La Hojilla (Silet) dalam TV pemerintah Venezuela channel VTV.

Saat telepon Chavez merefleksikan hasil referendum dan menegaskan
bahwa ia kehilangan haknya untuk mengajukan proposal konstitusional.
Namun, katanya, "Rakyat Venezuela punya kekuasaan dan hak untuk
mengajukan permintaan reformasi konstitusional sebelum masa [jabatan
presiden] ini selesai, yang masih tersisa 5 tahun."

Dalam Konstitusi Bolivarian 1999, Presiden, Majelis Nasional atau 15
persen pemilih terdaftar berhak mengajukan proposal reformasi
konstitusional.

Rakyat Venezuela, tekan Chavez, dapat mengajukan proposal reformasi
"tahun depan atau dalam tiga tahun ini."

"Tidak harus sama," lanjutnya, "Bisa mengarah ke hal yang sama, tapi
bentuknya berbeda, lebih baik dan lebih sederhana, karena saya harus
menerima bahwa reformasi yang kami ajukan sangatlah kompleks. Dan
dalam perdebatan itu menjadi lebih kompleks. Ini digunakan oleh
lawan-lawan kami dan kami tidak mampu menjelaskannya."

Proposal reformasi konstitusional Chavez yang asli pada 15 Agustus
memuat perubahaan terhadap 33 pasal; ini kemudian bertambah menjadi
total 69 pasal dalam perdebatan dengan Majelis Nasional.

Dalam pidato konsesinya pada Senin dini hari Chavez menerima bahwa
mungkin momennya salah untuk proposal reformasi. Namun, dengan mengacu
pada batas kemenangan oposisi yang sangat tipis, ia menyatakan dalam
La Hojilla, "Walaupun itu ofensif awal, kita hampir menang!"

"Kita akan mengkonsolidasikan kekuatan ini dan meningkatkan kekuatan
ini dan kemudian akan ada ofensif baru, yang dapat dicapai melalui
cara-cara kerakyatan," ia menjaminnya. Chavez berkata ia berharap
rakyat akan mengambil inisiatif ini sambil mempertahankan tujuan
prinsipilnya; "transformasi negara"

"Diskusi seputar transformasi negara belum usai," lanjutnya, "ini
momen untuk memulai refleksi sesungguhnya dan kritik-diri."

Meskipun peningkatan suara oposisi hanyalah sedikit dari 4,4 juta saat
pemilihan presiden tahun lalu menjadi 4,5 juta menentang reformasi,
tampaknya sebanyak 2,8 juta orang yang memilih Chavez saat pemilihan
presiden memilih abstain saat referendum reformasi konstitusional.

Merefleksikan pendapat bahwa banyak rakyat memilih abstain dalam
voting referendum sebagai protes terhadap kerja-kerja banyak walikota
dan gubernur yang mengambil garis 'Chavismo,' Chavez berkata, "Kalau
sebagian orang tidak memilih karena mereka kesal dengan tidak
diresponnya beberapa tuntutan mereka oleh beberapa pihak, maka ini
bukan saatnya menjelek-jelekkan hal itu, karena proposal itu secara
langsung menyerang keburukkan-keburukkan badan-badan tersebut, seperti
korupsi dan birokrasi yang benar-benar menahan tuntutan rakyat. Rakyat
yang tidak memilih atau memilih menolak reformasi karena kesal atau
kecewa hanyalah merugikan diri mereka sendiri."

Chavez juga mengolok-olok kampanye media internasional yang
mendiskreditkan dan secara pribadi menyerangnya, terutama channel
televisi AS, CNN, yang telah memulai penyebaran informasi tentang
dugaan krisis dalam pemerintah revolusioner sebagai reaksi terhadap
hasil proses pemilihan 2 Desember.

Menegaskan bahwa ia tetap bekerja keras untuk revolusi, Chavez
berkata, "Bagi saya ini bukanlah kekalahan dan saya tidak menganggap
ini sebuah kemenangan kaum oposisi. Kini yang ada adalah menjaga tetap
terbukanya jalan menuju tanah air yang baru. Yang tidak mereka
singgung dalam berita-berita isapan jempol tentang krisis dan rakyat
yang mudah dikalahkan dan bersedih adalah bahwa Chavez masih di sini
untuk sementara."

Ia juga sepenuhnya menyangkal berita versi wartawan El Nacional,
Hernan Lugo-Galicia, yang menduga dalam sebuah wawancara dengan Daniel
Viotto dalam CNN berbahasa Spanyol bahwa Chavez menerima hasil
referendum hanya setelah ditekan oleh Komando Tinggi Militer.

"Mengenai desas-desus bahwa Komando Tinggi Militer siap melanjutkan
rencana destabilisasi yang dipersiapkan kaum oposisi; hanya ada satu
hal yang perlu dijelaskan, bahwa Komando Tinggi Militer saat ini lebih
solid dari sebelumnya karena Revolusi, karena komitmen mereka, karena
penghormatan mereka terhadap Konstitusi." Jendral Jesus Gregorio
Gonzalez Gonzalez, komandan Komando Operasional Strategis juga
menelpon La Hojilla beberapa menit setelahnya untuk mengkonfirmasi
bahwa klaim Lugo-Galicia adalah "isapan jempol."

Diterjemahkan oleh Data B

Evo Morales: "Kami Butuh Mitra, Bukannya Majikan"

Tanya Jawab: "Kami Butuh Mitra, Bukannya Majikan"
Wawancara dengan Evo Morales, Presiden Bolivia

http://www.ipsnews.net/news.asp?idnews=39915

Roma, 3 Nov (07) (IPS) - Presiden Bolivia Evo Morales mengunjungi Italia minggu ini untuk menerima penghargaan khusus bagi komitment pemerintahannya terhadap isu-isu sosial dan kesehatan. Ia menjadikan isu-isu ini suatu "prioritas politik"

Penghargaan diserahkan oleh Pusat Pio Manzu, suatu organisasi riset yang bermarkas di Rimini di timurlaut Italia yang mempelajari kebijakan-kebijakan ekonomi, ilmu pengetahuan dan sosial.

Selain menemui Presiden Italia Giorgio Napolitano dan menteri luar negeri Massimo D'Alema, Morales bertemu dengan 30.000 anggota komunitas Bolivia di Roma, dan berbagai anggota gerakan sosial di Italia.

Morales mengatakan pada warga Bolivia di Roma bahwa sebelum ia dipilih sebagai Presiden pada Desember 2005, Bolivia menerima 300 juta dolar per tahun dalam bentuk penghasilan pajak dari industri minyak. Setelah nasionalisasi cadangan energi, Bolivia kini menerima 2 milyar dolar per tahunnya.

Pendapatan tambahan digunakan untuk pendidikan dan kesehatan, dan untuk penciptaan program mikrokredit, kata Morales.

"Untuk meningkatkan pendapatan tak perlu membuat pajak tambahan," katanya pada Claudia Diez de Medina dari IPS, "tapi cukup memanfaatkan sumberdaya alam dengan lebih baik." Untuk ini, katanya, "kami butuh mitra, bukannya majikan."

Berikut cuplikan wawancara yang dirangkai oleh koresponden IPS Italia, Sabina Zaccaro:

IPS: Minggu ini Anda telah diberikan penghargaan oleh suatu organisasi Italia untuk program-program pemerintah Anda berupa akses lebih baik terhadap kesehatan dan nutrisi, dengan secara khusus memfokuskan anak-anak. Dapatkah Anda berikan beberapa detail langkah-langkah ini?

Evo Morales: Tantangan bagi kami adalah bekerja untuk semua rakyat Bolivia tanpa memprioritaskan suatu sektor, tapi kewajiban pertama saya adalah terhadap rakyat yang membutuhkan; ini adalah anak-anak, kaum tua, dan rakyat miskin. Berbicara tentang anak-anak, kami juga menerapkan kebijakan bernama "Nol Malnutrisi" (Hambre Zero) untuk menjawab isu kesehatan bagi anak-anak.

Langkah kami berikutnya akan berfokus pada nutrisi; tahun ini kami akan menerapkan suatu proyek pembangunan pabrik pemrosesan produk susu yang menghasilkan susu dan yogurt. Telah saya sarankan -- dan semoga hasilnya akan baik -- untuk membuat yogurt dengan quinoa (suatu tanaman yang tumbuh di wilayah Andean di Amerika Selatan dan berkandungan protein tinggi).

Kami akan melatih para walikota untuk membeli produk ini dan memberikannya kepada anak-anak sebagai makanan di waktu sekolah; daripada membeli kue dari Argentina, dari negara lain, kenapa tidak gunakan yang kami miliki.

Kami juga telah mengidentifikasi tiga pabrik pengolahan untuk jus jeruk di beberapa wilayah berbeda yang akan memadukan susu dan jus. Anak-anak akan mendapatkan ini secara gratis untuk makan siang di sekolah. Saya punya beberapa rencana lainnya tapi mereka butuh pengembangan lebih lanjut.

Kami bertujuan memberikan anak-anak kami seperempat liter susu per hari. Kami sudah menyiapkan mesin untuk ini, dan kami akan segera menerima pabrik-pabrik pengolahan lainnya, termasuk yang untuk buah-buahan sitrus.

IPS: Pemerintahan Anda juga telah bekerjasama dengan Kuba untuk memperkuat pelayanan kesehatan...

EM: Kami menguatkan akses terhadap kesehatan di penjuru negeri. Tahun ini kami memiliki 40 rumah sakit 'tingkat dua' (de Segundo nuivel), dan 11 pusat-pusat spesialis mata (opthalmology) yang didonasikan oleh Kuba. Mereka telah menjalankan 100.000 hingga 150.000 operasi mata. Rumah-rumah sakit tersebut juga telah merawat mayoritas besar dari 380.000 rakyat Bolivia yang menderita banjir bulan Februari.

IPS: Apa hasil dari kebijakan-kebijakan ini?

EM: Di Bolivia ongkos operasi mata biasanya berkisar 1.000 dolar, dan di Eropa saya pernah diberitahu sekitar 3.000 hingga 4.000 dolar. Bayangkan besarnya uang yang kami simpan untuk rakyat Bolivia, dan dengan hasil yang baik. Tak hanya untuk rakyat miskin, tapi juga kolonel, jendral, pengacara, kaum kelas menengah.

IPS: Menurut PBB, hampir 40 negeri di dunia telah mengadopsi undang-undang tertentu yang menentang kekerasan domestik dan yang melindungi perempuan. Tigabelas di antaranya di Amerika Latin, Bolivia termasuk. Tapi suatu masyarakat patriarkal masih mengekang emansipasi perempuan. Bagaimana kebijakan Anda di sini?

EM: Satu aksi pertama adalah memperkuat "brigade perlindungan perempuan" (kelompok-kelompok perempuan yang dilatih untuk memberikan perlindungan bagi perempuan dan anak-anak). Para polisi perempuan juga telah diberikan kekuasaan baru, dan sangat efesien, walaupun kami perlu memperbaiki ini lebih jauh.

Tapi ini adalah permasalahan yang membuat saya malu. Peralatan khusus dibutuhkan untuk pelatihan semacam itu, dan kami masih punya kelemahan finansial. Yang paling lemah dan paling dilecehkan biasanya perempuan dan anak-anak, dan kami butuh melakukan sesuatu yang terpadu bagi keduanya. Kotapraja tidak cukup efesien, mereka tersangkut dalam birokrasi.

Tapi kami telah menyaksikan hasil-hasil yang menarik, dan saya bekerja untuk memperkuat dan mendukung inisiatif demikian. Ada beberapa perbaikan dalam polisi untuk menolong perlindungan terhadap keluarga, dimulai dari kaum perempuan. Dan untuk pertama kalinya, Bolivia memiliki menteri-menteri perempuan.

IPS: Berapa orang menteri perempuan di pemerintahan Anda?

EM: Saya punya lima menteri perempuan -- untuk kesehatan, pendidikan, perusahaan-mikro, pertanian, dan kehakiman. Perempuan punya cara yang lebih baik dalam menganalisa permasalahan sosial dan ekonomi, dan juga bersudut pandang keluarga.

IPS: Rencana-rencana apa yang Anda miliki selain program-program sosial untuk kesehatan dan pendidikan untuk mencapai MDG (millennium development goals -- tujuan pembangunan milenium yang disetujui tahun 2000 untuk membabat kemiskinan dan memperbaiki kesehatan dan pendidikan)?

EM: Dalam lapangan sosial kami mencari persamaan; dalam politik, menghapuskan diskriminasi, dan dalam ekonomi, memanfaatkan sumber daya alam kami sebaik mungkin.

Program pengembangan sosial kami memiliki dua kebijakan penting: satu adalah dana pensiun seumur hidup Bermartabat (Bonus Dignidad) di mana mereka yang berumur di atas 60 diberikan 200 bolivianos per bulan (7.8 bolivianos adalah satu dolar). Di Bolivia hampir 90 persen kaum profesional tidak menerima dana pensiun ketika memasuki usia pensiun.

Kebijakan kedua adalah bonus pendidikan Juancito Pinto, juga sebesar 200 bolivianos per bulan. Ini untuk membeli peralatan sekolah, walaupun setelah kami pelajari bonus tersebut juga digunakan untuk membeli sepatu, yang tanpa bonus itu mayoritas anak-anak di pedesaan tak akan mampu membeli.

IPS: Bicara soal perbedaan pendapatan yang besar, Anda bicara tentang pentingnya mengurangi ketakseimbangan antara negeri-negeri Eropa dan bolivia untuk menghindari migrasi besar. Apa rencana Anda?

EM: Investasi, penguatan ekonomi, menggali sumberdaya alami kami dan mengindustrialisasikannya, untuk memperoleh sumber daya lebih banyak lagi dan untuk mendukung kaum muda dan rakyat miskin agar mereka mendapat gaji lebih besar. Tapi ini tidak mudah. (END/2007)

(Diterjemahkan oleh Data B)

11/12/2007

Sinopsis: Con Los Pobres de la Tierra


Venezuela: Membangun Dunia Baru dengan Revolusi

Sinopsis: Con Los Pobres de la Tierra: "Revolusi, Bersama Rakyat Miskin Dunia"
Sutradara Acevedo Fals; Durasi: 57 menit
Produksi MEPLA 2004
Teks Indonesia oleh SERIAL

Satu lagi film dokumenter tentang Revolusi Venezuela: Con Los Pobres de la Tierra (Revolusi, Bersama Rakyat Miskin Dunia). Film ini mengajak kita untuk mengenal apa itu Revolusi Bolivarian Venezuela. Presiden Hugo Chávez bersama rakyat Venezuela sedang bekerja melanjutkan proses Bolivarian, dan memperkuat perubahan sosial ekonomi melalui jalan damai. Sebuah jalan dimana demokrasi dipilih menjadi aturan main utamanya. Sebuah revolusi damai tak berarti kompromi terhadap pengambilalihan (baca: kontrol) sumber-sumber kekayaan negeri dari dominasi asing demi distribusi pendapatan yang lebih adil dan peningkatan produktivitas rakyat. Demokrasi tak berhenti pada putaran-putaran elektoral semu tanpa partisipasi riil rakyat, melalui organisasi-organisasinya; kelompok-kelompoknya; pikiran-pikiran dan kehendaknya.

(Revolusi) Ini merupakan suatu proses sui generis (unik), didukung oleh kaum miskin, tentara revolusioner, dan sebagian sektor kelas menengah, yang bertahan sambil memikul beban krisis luar biasa akibat pemerintahan-pemerintahan masa lalu. (Revolusi) Ini adalah sebuah proses yang terus maju, meski dengan oposisi kuat dari kaum oligarki (pemodal); korupsi aparatus kelembagaan, serta media-media massa raksasa: para dalang kontra-revolusi

Sedikit banyak, film ini membuka berbagai kelemahan dan kesulitan yang dihadapi oleh aparatus pemerintah pro revolusi di tengah ancaman dan sabotase bertubi-tubi dari kelompok oposisi; media-media massa raksasa; dan tentu saja, Amerika Serikat. Padahal jalan kekerasan bisa saja menjadi opsi untuk mengatasinya, namun tokh, kebangkitan partisipasi rakyat melalui berbagai organisasinya, adalah jalan yang terbukti lebih ampuh di tahun 2002 (mengembalikan Chávez dari kudeta oposisi—hal 211) dan 2004 (mengalahkan referendum pemecatan).

Setelah Revolution Will Not Be Televised, film produksi MEPLA ini —oleh arahan Martha Harnecker, seorang aktivis kiri Amerika Latin—dapat menjadi suatu bahan kajian berikutnya untuk memahami Revolusi Venezuela. Revolusi ini memberikan sebuah pilihan jalan keluar melawan dikte kebijakan pro neoliberal. Melalui jalan damai dan demokratis, Venezuela membuat mungkin apa yang tidak mungkin bagi banyak orang: mengambil alih industri migas; membangun industri pokok di bawah kontrol buruh; mendistribusi kekayaan negeri; mengorganisasikan kekuatan rakyat miskin; melakukan referendum; melunasi utang luar negeri; memutus hubungan dengan IMF; dan seterusnya, dan seterusnya.

Revolusi oleh rakyat Venezuela kini dianggap sebagai satu-satunya jalan untuk dapat merubah nasib, sehingga mereka berbondong-bondong mempertahankannya. Revolusi kini bermakna partisipasi; kebangkitan rakyat yang menolak menjadi kuli, dan semata-mata dinilai lewat kertas suara. Kini mereka berkehendak mengatur negerinya dengan tangan-tangannya sendiri, melalui konstitusi yang mereka tentukan sendiri, sambil bersuara dengan lantang: “Berjuang itu Tidak Mustahil!”.

DATANG & HADIRI....

Resist book bekerjasama dengan SERIAL dan Toga Mas Yogya:
mengadakan Pemutaran Film & Diskusi

Los Pobres Del Tierra
(Revolusi bersama rakyat miskin dunia)

Pembicara:
- Eko Prasetyo (Penulis buku "Inilah Presiden Radikal dan "Jadilah intelektual Progresif")
- Dian Novita (SERIAL Yogya)

18 Desember 2007
15.00- selesai
Toga Mas Yogya