Pasca rangkaian kemenangan para pemimpin anti-neoliberalisme di sebagian besar negeri di Amerika Latin, konsolidasi kekuatan yang beroposisi terhadap kebijakan neoliberal dan dominasi AS pun cenderung menguat. Panggung politik dan ekonomi dunia unipolar saat ini mulai mendapat tandingan oleh aliansi antara Chavez-Venezuela; Castro-Cuba; Morales-Bolivia; Da Silva-Brazil; Correa-Ekuador; Ortega-Nicaragua bersama pasangnya gerakan rakyat yang menolak neoliberalisme di AL.
Sebuah kerjasama regional dan internasional yang baru pun dibentuk (ALBA). Seiring dengan itu perubahan prinsip-prinsip kerjasama yang lebih berlandaskan pada solidaritas dan kemajuan bersama pun diterapkan, baik lewat mekanisme kerjasama baru (ALBA) maupun di dalam lembaga-lembaga kerjasama yang sudah ada (MERCOSUR). Hal ini terwujud dengan bantuan tenaga medis; permodalan dan teknologi; pengolahan minyak mentah, bibit dan pupuk, dsb.
Terlepas dari perbedaan karakter, konsistensi, dan derajat program-program ekonomi alternatif yang sedang dijalankan di AL, ada satu persamaan semangat yang diterima luas oleh sebagian besar pemimpin kiri AL dan gerakan rakyatnya, yakni: Neoliberalisme bukan jalan keluar, dan dominasi AS harus segera diakhiri. Ada sebuah harapan yang berhembus dari kawasan ini ke berbagai belahan negeri di dunia, yang semakin sulit dibendung, yakni: Ada alternatif selain neoliberalisme.
Alternatif tersebut antara lain berbentuk:
- kemandirian politik dan ekonomi (melepaskan diri dari jeratan hutang dan dikte lembaga kreditur neoliberal semacam IMF; menolak AFTA/NAFTA);
- kerjasama internasional yang berazaskan solidaritas dan kemajuan bersama (ALBA);
- kebangkitan partisipasi rayat yang termarginal (demokrasi baru yang partisipatoris);
- pemerataan teknologi dan peningkatan sumber daya manusia (lewat pendidikan dan kesehatan gratis, teknologisasi pertanian, pembangunan pusat-pusat pengolahan minyak mentah, komputerisasi, dsb); serta
- perlindungan lingkungan (pada tahap awal dengan pembangunan pusat-pusat energi alternatif dan penghematan konsumsi minyak).
Juga ada gerakan yang dengan sadar dan sistematis tak berhenti melawan sekaligus membangun sebuah sistem kemasyarakatan yang baru; sebuah demokrasi yang baru. Ada politik yang baik, yang dihasilkan dari persatuan rakyat yang berjuang melawan penyingkiran hak-haknya.
Maknanya Bagi Indonesia
Saat ini, semakin ramai pemberitaan menyangkut perubahan di Amerika Latin oleh berbagai media massa dan elektronik di tanah air. Diikuti juga dengan beberapa respon tokoh-tokoh politik nasional terhadap perubahan tersebut. Media massa telah membuat belahan Amerika Latin menjadi dekat dengan negeri kita. Selain itu, berbagai instrument hubungan internasional juga membuatnya tak jauh, sebut saja diantaranya Gerakan Non-Blok; OPEC; PBB, dan G77.
Sebagai pelaksana kebijakan Structural Adjustment Program (SAP) yang setia sejak rezim Orde Baru, Indonesia saat ini-semakin jauh dari cita-cita Soekarno-telah jatuh menjadi salah satu negeri tanpa kedaulatan ekonomi dan politik yang sejati. Dominasi modal asing, ketergantungan ekonomi, kehancuran sumber daya manusia-rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan, dan teknologi, jeratan hutang, de-industrialisasi, antara lain adalah kenyataan pahit yang puluhan tahun terus kita jawab dengan resep-resep neoliberal IMF dan Bank Dunia. Salahkah bila kemudian kita bertanya: ”Apakah itu satu-satunya jalan keluar? ”Bila tidak, maka sampai kapan?” dan kemudian: ”Bagaimana jalan keluarnya?”
Sebagai negeri-negeri yang sama-sama berada di bawah penjajahan ekonomi neoliberal, maka sangatlah besar manfaatnya mengambil pelajaran dari sebuah kawasan (AL) yang dengan sukses mampu melawan dikte ekonomi neoliberal dan dominasi AS. Layaknya perjuangan pembebasan nasional melawan kolonialisme, negeri-negeri di Asia Afrika sekalipun, yang juga berbeda kultur dan sejarahnya, dapat bersatu atas nama semangat kemerdekaan dari kolonialisme.
Disinilah relevansi Amerika Latin coba kami angkat sebagai sebuah cermin perubahan nasib bangsa, demi sebuah Indonesia baru yang bermartabat, setara, dan sejahtera.***
Jakarta, 22 Februari, 2007
powered by performancing firefox