Jose Mujica, Presiden Termiskin di Dunia |
CG : Marilah
kembali keUruguay. Di antara hal-hal
yang masih perlu diperbaiki, Broad Fronttelah menyatakan bahwa
pendidikanlah yang paling pokok...
JM : Aku
bukan spesialis pendidikan. Aku
pengamat.Kita, orang Uruguay, masih
punya sebuah dilema lama : mana yang seharusnya menjadi prioritas, sebuah pendidikan kemanusiaan yang
terintegrasi (integrated humanistic
education), ataukah pendidikan yang lebih bersifat teknis dan ilmiah
? Itulah perdebatan yang masih
berkelanjutan sampai hari ini, dan ini
umum terjadi di seluruh Amerika Latin;
yah, bagaimana pun kita turunan Spanyol, bukan Inggris... Faktanya adalah bahwa kita memprioritaskan
pendidikan yang berorientasi kemanusiaan dan itu menghasilkan sebuah kultur
yang khas. Jika sebuah keluarga
memutuskan untuk mengirimkan anak-anaknya ke sekolah industrial, kita menafsirkannya sebagai sesuatu yang
kurang bermartabat. Kita punya sebuah
tradisi pendidikan yang tidak memberikan penekanan kepada matematik, fisika,
kimia, berbagai lapanganengineering
yang terkait kepada produksi barang di masyarakat. Kita mengagung-agungkan para penyair,
pengarang dan wartawan, yang memang merupakan kualitas intelektual yang sangat
penting, tapi kita menelantarkan
spesialisasi-spesialisasi yang terkait pekerjaan (fisik)...
CG : Juga
yang terkait dengan pendidikan ilmiah dan riset…
JM : Ya... kita jatuh ke dalam semacam khayalan; percaya bahwa jalur matematika atau fisika
takkan memimpin ke filsafat, dan membuat
tampak tak berharga hal-hal yang semestinya tidak dianggap begitu.
CG : Padahal pada kenyataannya kebalikannyalah
yang benar...
JM : Tepat!
Para ahli matematika klasik semuanya
sekaligus filsuf, bukan ?
CG : Mulai
dariPythagoras.
JM : Ya...
tapi rakyat Uruguaytelah memberikan kepada kita
sebuah sinyal : banyak yang menunggu berhari-hari dalam antrian untuk dapat
mendaftarkan anaknya mengikuti pendidikan industrial. Tingkat pendaftaran meningkat hampir
40%, tapi kita tidak menempatkan cukup
sumberdaya untuk memuaskan permintaan;
jadi kita ada dalam sebuah situasi-antara.
CG : Lebih
menyerupai sebuah transisi, betul ?
JM : Dengan
beberapa pertempuran gagasan, karena aku
tak mendapatkan dukungan dari kekuatan-kekuatan politik... Sebagai penghiburku mereka mengalah
menyetujui pendirian sebuah universitas teknologi untuk wilayah pedalaman.
CG : Ketika
kau katakan "mereka
mengalah", apakah kau menunjuk
kepada Kongres, kepada parlemen?
JM : Tidak.
Dalam perundingan-perundingan terdahulu, para sekutu-politikkuterpecah-belah mengenai
isu ini. Akan aku ingatkan mereka
tentang itu sampai akhir jaman. Kini,
saat kami harus memperdebatkan anggaran,
aku akan berjuang agar mereka menyetujui sebuah anggaran independen bagi
Universitas Buruh Uruguay ("Labor University of Uruguay", atau"Universidad del Trabajo del
Uruguay" (UTU) – pent.); kalau kau memberinya uang, dengan sendirinya kemerdekaan
akan datang seiring dengannya. Pendidikan
itu fundamental, tapi dia tidak terisolasi dari hal-hal mendasar lainnya, karena jika aku mendidik dan melatih tapi tak
mengembangkan negeri, satu-satunya yang
aku capai adalah membantu rakyat mempersiapkan dirinya agar dapat meninggalkan
negeri ini; dengan perkataan lain aku
cuma akan mendapatkan rekening tagihannya saja.Kau tak bisa mendapatkan
pendidikan tanpa tuntunan politik, tanpa orientasi politik. Jika kita percaya bahwa melalui pendidikan
massal masyarakat akan secara spontan berkembang, kita cuma bermimpi, membual,
menghindari drama pertentangan kelas. Itulah masalahnya.
CG : Orang
harus mengembangkan infrastruktur-material negeri, perekonomiannya...
JM : Tepat...
kita tidak dapat cuma memperhatikan pendidikan saja sebagai obat ajaib (panacea). karena Amerika Latin telah menjadi pabrik
otak-otak terdidik yang lalu hengkang entah ke mana...
CG : Sekitar
50.000 orang ilmuwan dan teknisi unggulan telah meninggalkan Argentina dalam
dekade-dekade belakangan ini.
JM : Masalahnya
adalah ekonomi. Jika aku melatih mereka
dan lalu tak menyediakan peluang apa pun,
jika aku membayar mereka seperempat dari jumlah yang bisa mereka
dapatkan di luar sana, mereka akan
meninggalkan negeri ini !
CG : Hal-hal
lain apakah yang menurutmu belum kau selesaikan selama pemerintahanmu, atau yang seharusnya dapat kau lakukan dengan
lebih baik ?
JM : Aku
percaya bahwa kita terbelakang dalam infrastruktur. Perekonomian negeri ini cukup bertumbuh, tapi
hanya dalam produksinya, bukan infrastrukturnya. Kita punya pelabuhan-pelabuhan
yang "tersumbat" (arus keluar-masuk barang, penumpang dan
kapal tidak lancar, terjadi penumpukan – pent.), metode-metode komunikasi yang buruk,
kekurangan transportasi, kita tak
memanfaatkan sungai-sungai kita... Ini suatu kejahatan; ada banyak bidang yang harus
diperbaiki... Kita telah maju dengan
baik di bidang energi, sebuah masalah
yang kini telah teratasi selama beberapa tahun, tapi pertempuran untuk
infrastruktur masih harus digeluti...
CG : Adakah
kesalahan-kesalahan lain pemerintahan-pemerintahan Broad Front
?
JM : Kami
tidak serius berusaha menyadari transformasi-transformasi yang dibutuhkan
Negara. Tapi ada banyak perlawanan...
Negara perlu melihat beberapa perubahan di Uruguay, ini amat mendesak. Karena kita tak dapat mengharapkan bahwa
Uruguay, sebuah negara kecil yang kurang berkembang, harus memiliki sebuah kelas
borjuis yang mengakar dan kreatif.
Negara harus membuka saluran-saluran...
karena jika tidak, kita akan jatuh ke tangan perusahaan-perusahaan multinasional. Satu-satunya yang memiliki wibawa yang cukup
untuk menggantikan kehadiran perusahaan-perusahaan multinasional itu adalah
Negara, tapi bukan Negara yang sekarang...
CG : Dan
bagaimana mengenai reformasi agraria ?
Apakah kau menganggapnya perlu, mungkin dilakukan... ?
JM : Di
tahun 1940-an, setelah sebuah debat historis,
Uruguay menyetujui sebuah hukum yang lebih daripada sekedar reformasi
agraria : itu adalah sebuah rencana nasional.
Kita mendirikan sesuai yang dinamai
"Institut Nasional Untuk Kolonisasi" (the National Institute for Colonization)...
CG : Kolonisasi
?
JM : Ya... Institut itu adalah pemegang hak
kepemilikan-tanah terbesar di Uruguay.
Pemilik-terbesar tanah di negeri ini adalah Negara... dengan hampir
setengah juta hektar tanah, dan semuanya tanah yang baik. Tapi untuk jangka waktu yang lama, dia tidak diberi sumberdaya ekonomi. Seperti dikatakan seorang politisi tua :
"kita menetapkan hukumnya tapi tidak memberi mereka
sumberdayanya". Jika sepanjang
tahun 1960 atau 1970-an kita menerapkan
sepenuhnya isi hukum itu, Uruguay saat
ini mungkin telah tampak mirip dengan Selandia Baru dan bukan seperti ini...
Kami
menyelamatkan hidup Institut Untuk Kolonisasi.
Ketika kami mengambil-alih pemerintahan, Institut itu sedang sekarat,
penghasilan yang dikumpulkannya pas-pasan untuk menutup ongkos
birokrasinya. Kami memberinya
sumberdaya-sumberdaya, mencoba
membangkitkannya, mendorongnya menjadi mutakhir. Ada sektor-sektor produksi yang sampai hari
ini masih berstruktur bisnis-keluarga yang kecil; misalnya produksi susu, mentega dan keju. Tapi kita tidak bisa menerapkan kriteria yang
sama seperti kebijakan-kebijakan bagi para produsen gandum, karena dunia dan teknologi telah berubah. Aku pikir kita perlu melanjutkan
kebijakan-kebijakan kolonisasi oleh Negara, terutama dalam sektor-sektor
produksi yang menguntungkan secara ekonomis, namun kita tak boleh
mentransformasi tanah menjadi sistem yang menghasilkan kemiskinan. Tentang bisnis-bisnis besar, kita harus mengikat mereka dan meminta mereka
untuk mematuhi peraturan modern, untuk membayar upah yang layak, untuk mentaati
program-program kesejahteraan sosial dan berkontribusi untuk mengentaskan
rakyat dari kemiskinan..... Aku tak kuatir jika di antara para pemilik tanah adagringo(orang kulit putih yang bukan
keturunan Spanyol, umumnya dari Amerika Utara atau Irlandia – pent.), karena mereka toh tak bisa membawa kabur tanah
bersama mereka. Dan apa adanya, ada beberapa orang criollos (keturunan Spanyol yang lahir di luar Spanyol
– pent.) yang lebih buruk
daripada gringo..... Yang menjadi
perhatianku adalah apa yang mereka bayar dan cara mereka memperlakukan
orang, dan nilai-tambah yang dapat
ditahan di negeri ini. Kita harus
berhati-hati dan tidak memotong hidung kita untuk merusak wajah kita, sesuatu yang,
sesuai sifat kita, kaum Kiri,
cenderung kita lakukan...
Kita
punya alat-alatnya, kita tak harus melakukan apa-apa : reformasi agraria yang
perlu dan mungkin dilakukan di Uruguay punya sebuah nama, yaitu Institut
Nasional Untuk Kolonisasi, yang
semestinya memiliki tak hanya setengah juta hektar, melainkan akhirnya
mempunyai satu setengah sampai dua juta hektar... Saat kita punya kemampuan untuk maju lebih
jauh, mungkin pilihan-pilihan lainnya
dapat diperdebatkan, tapi aku menolak gagasan bahwa kebijakan agraria harus
menghasilkan lebih banyak kemiskinan.
CG : Sosialisme
aktual telah membohongi kita tentang itu...
JM : Aku
terbiasa untuk tidak berpikir begitu,
tapi kegagalan-kegagalan model sosialis telah mengajariku beberapa hal,
karena tidaklah masuk akal bahwa Revolusi Kuba setelah sekian banyak tahun
masih kesulitan menyediakan susu untuk anak-anak... mereka harus tergantung
kepada impor. Kenapa dia gagal ? Apa tepatnya yang gagal ? Dia mencoba menciptakan unit-unit
kolektif raksasa dan akhirnya terjebak birokrasi yang besar dan semrawut... Di
Venezuela mereka akhirnya menasionalisasi petak-petak tanah 40 dan 50 ribu
hektaran, tapi kinitanah-tanah itu gersang,
cuma seperti gurun; mereka tidak
menghasilkan apa pun, kau tahu ?
CG : Ganja
telah dilegalkan selama pemerintahanmu.
JM : Itu
adalah sesuatu yang kami ingin kontrol.
Itu bukan semacam liberalisme ala hippy.
Tak ada urusan dengan gagasan "ganja bebas" dan semacamnya. Kami tidak membela gagasan bahwa ganja adalah
obat ajaib (panacea) yang baik bagi
kesehatan. Sebetulnya ini adalah
tindakan melawan peredaran narkoba (drug
trafficking), karena satu hal yang
lebih buruk dibandingkan ganja dan narkoba adalah drug trafficking. Jadi, ini
adalah sebuah kebijakan yang dimaksudkan untuk merebut pasar dari pada pengedar
narkoba. Buat dia menjadi bisnis yang
legal, karena jika tidak kau harus
menggunakan represi.
Kalau
kau punya seratus lima puluh ribu orang yang memutuskan untuk menghisap ganja,
kita perlu mengidentifikasi mereka, memberi mereka akses kepada produk yang
baik, dan saat kita melihat bahwa seseorang menunjukkan gejala-gejala bahwa dia
telah terlalu banyak mengkonsumsi ganja, katakanlah kepadanya : "Nak, kau perlu mendapatkan perawatan"...
tepat seperti seorang alkoholik. Jika
kita biarkan dunia ini berada dalam kegelapan,
ketika berbagai masalahnya akhirnya mewujud, seringkali sudah sangat terlambat, atau sangat mahal, untuk mengatasinya...
CG : Dan
selain itu kau pun harus mengenakan pajak. Maksudku, atas perdagangan
narkoba. Para pedagang narkoba tak
membayar pajak... Negara harus mengurusi para pecandu tetapi tak menerima apa
pun...
JM : Ya,
dan dalam kasus ganja, kita telah
mendemonisasi sebuah tanaman yang sebetulnya mengagumkan. Sebagai sebuah sumber serat tekstil, kegunaannya tanpa batas, untuk membuat kain dan begitu banyak barang
lainnya... Dan karena dia ilegal, kita
tak bisa bergerak maju dengan studi ilmiah apa pun mengenai berbagai
kemungkinan penggunaannya dalam bidang pemeliharaan kesehatan.
CG : Apakah
Tabaré Vázquez akan
melanjutkan kebijakan ini ? Dia tampak
agak ragu-ragu, sama seperti dalam isu
aborsi…
JM : Sejauh
menyangkut jalannya kebijakan ini, tampaknya dia sekurang-kurangnya
mempertahankannya... (tertawa).
CG : Sebelum
kita akhiri wawancara ini, marilah
bicara sedikit tentang masa lalumu, kehidupanmu, sejarahmu ?
JM : Aku
tak sungguh-sungguh punya sejarah, hidupku lebih mirip komedi... (tertawa) ...
Masa laluku ? Ada setidak-tidaknya 20
buku yang ditulis mengenai itu, para
wartawan memburu cerita atas bebanku
(tertawa)... harap jangan baca semua buku itu, mereka tak menyenangkan...
CG : Mungkin
seperti katamu hidupmu lebih mirip sebuah komedi, tapi penuh gairah. Sekedar membayangkannya : seorang militan bersenjata, 15 tahun dalam penjara, sebagian di antaranya
dalam sebuah lubang, sebuah sumur,
jadi..... Apa yang kau lakukan, apa strategimu untuk bertahan hidup dan
akhirnya berada di sini hari ini, menjadi Presiden Uruguay ? Kebanyakan orang dalam situasi itu akan mati,
menjadi gila, atau terpatahkan...
JM : Aku
tak tahu jika ini ada hubungannya dengan genetika, tapi aku tak pernah meragukan bahwa aku pada
akhirnya akan keluar dan melanjutkan perjuangan. Tak pernah terlintas dalam pikiranku bahwa
aku akan mati atau meninggalkan perjuangan politik... Ini adalah cita-cita yang selalu aku pegang,
dan mungkin dia telah membantuku... Aku menghabiskan enam tahun tanpa buku,
maka aku menciptakan hal-hal untuk diriku sendiri, membuat kiat-kiat untuk menjaga semangatku
tetap tinggi...
CG : Seperti
apa?
JM : Aku
memunculkan ide tentang alat-alat,
secara mental aku menemukan peralatan-peralatan pertanian yang
baru; alat ini untuk keperluan ini atau
itu. Aku menghitung mereka, memproduksi
mereka secara mental dan karenanya membuat diriku sendiri selalu terhibur... Aku berjalan beberapa mil per hari. Lebih dari yang aku lakukan sekarang, tentu...
CG : Di
dalam lubang?
JM : Oh
ya. Tiga langkah ke satu arah, tiga langkah ke arah lainnya; tiga langkah ke satu arah, tiga langkah ke
arah lainnya..... sampai kakiku sakit...
CG : Dan
kau tak pernah sekali pun ragu bahwa kau akan keluar hidup-hidup ?
JM : Aku
tak berpikir tentang kematian.
Kematian telah menggodaku
beberapa kali; dia telah beberapa
kalimerapat kepadaku, tapi tak pernah
sungguh-sungguh menghendakiku. Mungkin
itulah bagian yang paling dalam tertancap dalam cara berpikirku; aku mencintai kehidupan, aku takkan pernah bunuh diri... bagiku kehidupan adalah sesuatu yang
indah. Aku tinggal di pedalaman bukan
karena aku ini aneh, melainkan karena aku mencintai alam...
Kemarin
aku melukai diriku sendiri dengan tang di sini (dia menunjuk kepada sebuah
kerak luka di ujung hidungnya) memuntir
kawat (tertawa). Betul bahwa aku Presiden Republik ini, tapi aku mondar-mandir di atas traktor
membajak tanah di sana, pulang ke rumah
dalam keadaan sangat kotor, mandi,
membersihkan hidungku dan beristirahat sejenak...
Aku
tahu ini adalah detil remeh bagi kebanyakan orang, namun bagiku mereka penting; aku tak bisa hidup dengan cara lain... Orang-orang lain punya caranya sendiri; baik, itulah keindahan kebebasan
manusia, setiap orang butuh punya
waktu, setidaknya sedikit waktu yang
disisihkan untuk melakukan hal-hal yang mereka merasa termotivasi untuk mereka
lakukan. Itulah kebebasan sejati(true liberty); dia (liberty) perkataan yang sedemikian
megah, sedemikian Perancis, dia harus
dibawa turun ke bumi...
CG : Kau
sering menyebutkan kebahagiaan dalam pidato-pidatomu.
JM : Beberapa
orang berkata bahwa aku adalah Presiden "miskin", tapi aslinya aku cuma punya gaya hidup yang
sederhana. Aku hanya butuh sedikit barang, menjaga tasku ringan dengan
sengaja, ini adalah sebuah pilihan. Kenapa ?
Untuk punya waktu bebas dan bisa menggunakannya untuk hal-hal yang
sungguh-sungguh memotivasiku. Jika aku
habiskan semua upayaku untuk menghasilkan uang,
maka aku harus terus menerus berlarian ke mana-mana dengan was-was untuk
mencarinya; kuatir seseorang akan
mencurinya dariku di sini atau menipuku kemudian, dan begitu seterusnya, dan sementara itu aku menghamburkan waktu dari
kehidupanku – waktu yang tak bisa kau beli – untuk hal-hal yang tak
memotivasiku. Bagi beberapa orang,
mungkin itulah motivasi; itulah
kemerdekaan bagi mereka, harus ada batas pilihan bebas... tapi aku tak pula mendukung gagasan sebuah
Negara atau masyarakat yang di dalamnya segalanya diatur : kau pakai jas dan
dasi jika mau, atau memakai... apa pun yang kau suka ! Lakukanlah sekehendakmu, selama kau tidak menyerang siapa pun...
Mungkin aku agak anarkis, sebetulnya...
CG : Apakah
impianmu, proyek-proyek apa yang masih
harus kau selesaikan ?
JM : Selama
kita masih hidup mimpi-mimpi kita tak pernah berakhir... Aku punya keyakinan sosialis, dan aku ingin berkontribusi dalam sebuah
warisan cerdas(intelligent legacy), dengan jenis pemimpin yang ketika mereka
mati, atau pada akhir pemerintahannya,
rakyat dan masyarakat menjadi lebih sejahtera ketimbang mereka... Karena semua berlarut-larut sepanjang waktu
dan kehidupan seseorang itu pendek jika dibandingkan dengan tugas-tugasmasa
depanyang tanpa batas, untuk menciptakan lebih banyak masyarakat yang adil...
Masyarakat-masyarakat adil ini tidak lahir secara spontan; mereka membutuhkan kekuatan-kehendak-manusia
yang terorganisir(organized
human willpower). Bagiku itulah yang tak bisa dibuang; memang bukan satu-satunya faktor, tapi tanpa kekuatan-kehendak-manusia yang
terorganisir, tak ada sesuatu pun yang
bisa diselesaikan, dan lalu muncullah
determinisme...
CG : Seperti
kutipan dari Gramsci : "Pesimisme kecerdasan, optimisme kehendak".
JM : Tepat... penciptaan sebuah kultur publik yang
mempermudah perubahan adalah sebuah tugas yang menggentarkan. Inilah
satu-satunya yang dapat menjaga keberlanjutan perubahan-perubahan revolusioner, dalam pengertiannya yang terdalam...
CG : Kau
bilang kau tak membenci, tapi ketika kau
keluar dari penjara, keluar lubang
tempatmu disekap, pada saat itu kau
tidak membenci ?
JM : Tidak,
aku tak membenci. Sejujurnya, jika orang
memahami pertentangan kelas di masyarakat,
dia tahu bahwa pekerjaan kotor yang dilakukan seseorang, bahkan jika dia menolak melakukannya orang
yang lain akan mengerjakannya, adalah hasil sampingan (byproduct)situasi. Tentu
perilaku sadis yang disumbangkan tiap individu berbeda tingkatannya, ada yang
besar ada yang kecil. Tapi aku juga jadi
mengenali karakter-karakter yang menarik saat dipenjara... tentara yang mempertaruhkan lehernya untuk
membawakan kami semangkuk makanan atau sebuah apel. Aku melihat perwira-perwira yang tak setuju
dengan perintah yang mereka terima...
Tak ada hitam dan putih; selalu
ada berbagai nuansa abu-abu di antaranya.
Tapi jelaslah bahwa jika aku seorang militan politik atau sosial, aku harus berjuang untuk mendapatkan
kekuasaan, untuk dapat melaksanakan
perubahan-perubahan struktural.
Sekarang
ini, kaum Kiri tampak percaya bahwa mereka harus meninggalkan atau menggantikan
perjuangan untuk merebut kekuasaan dengan sebuah agenda sosial : kesetaraan dalam pernikahan, aborsi, hak-hak kelompok minoritas, suku
pribumi, feminisme... Semuanya sangat
baik, dan aku mendukungnya, tapi orang kulit berwarna yang
sungguh-sungguh tertindas adalah yang miskin;
perempuan yang jadi korban terbesar diskriminasi adalah perempuan
miskin, yang terlalu berat bebannya,
dengan terlalu banyak anak, bergulat hidup dari hari ke hari;
dengan suku pribumi masalahnya sama.
Jangan coba-coba menyamarkan atau menyembunyikan perbedaan-perbedaan
kelas dariku.
CG : Ya,
tapi lalu ada pertanyaan-pertanyaan pribadi juga, secara emosional, ketika seseorang berjalan menjauh dari tempat
dia diperlakukan secara sangat salah,
bagaimanakah itu dapat berubah ?
JM : Aku
pergi mengunjungi para penjaga di penjara tempatku disekap... Aku mengambil foto dengan para kolonel di
sana sekarang dan semuanya..... (tertawa).
Masa lalu adalah air di bawah jembatan.
Ya, memang bisa tampak menyakitkan,
tapi kehidupan... kehidupan itu
menakjubkan; kau tak harus hidup dengan
selalu berpikir ulang tentang semua yang telah kau lalui, menjilat luka-lukamu, tertatih-tatih ke mana-mana, karena jika kau cuma meratap tentang yang
terjadi padamu, kau terjebak di masa
lalu. Padahal kehidupan adalah mengenai
yang akan datang, kehidupan adalah esok
hari; kita mesti belajar dari masa
lalu, tapi tak membiarkannya mengubur
kita.
CG : Tahun
lalu kau dicalonkan menerima hadiah Nobel Perdamaian.
JM : Dan
aku katakan kepada mereka bahwa mereka gila,
karena seakan-akan peperangan bermunculan di mana-mana di seluruh
dunia, bahwa ada malapetaka nyata yang
sedang terjadi, dan lalu kau memutuskan untuk mencalonkan aku menerima hadiah
perdamaian ! Tidakkah mereka punya akal
sehat ? (tertawa)..... Perdamaian
apakah yang sedang kita bicarakan ? Aku
usulkan mereka menghadiahkannya secara anumerta kepada Gandhi. Itu lebih masuk akal...
CG : Jadi,
selanjutnya apa menurutmu ? Apa yang kau rencanakan untuk kau lakukan
setelah tanggal 1 Maret, setelah kau
meninggalkan pemerintahan ?
JM : Aku pikir sekarang bahwa satu kakiku ada
dalam kuburan (tertawa)...
CG : Untungnya
kau sedemikian kuat mencintai kehidupan...
JM : Aku
akan menjalaninya selambat mungkin
(tertawa). Aku melihat kematian
sebagai sebuah bagian yang sangat mendasar dari kehidupan... Kau harus belajar mati seperti kambing
gunung, tanpa menyebabkan terlalu banyak
kegaduhan (heh!). Kematian cuma suatu
cara untuk kembali ke sumber; dia mesti
diterima sebagai sesuatu yang alamiah....
tetapi sementara itu, selama aku
dapat menggerakkan tulang-tulangku, meski pun mereka telah tua, aku akan terus berjuang. Aku tak dapat membayangkan diriku menganggur.....
aku pasti mati kalau begitu, karena
kesedihan.
Carlos Gabeta
adalah seorang wartawan dan pengarang.
Dia bekerja-sama dengan Americas Program www.cipamericas.org.
Sebuah versi wawancara ini muncul di surat-kabar La Jornada. Wawancara itu diterbitkan kembali di sini (di
situsupsidedownworld.org – pent.) dengan
ijin Pengarang.
Catatan
tambahan penterjemah (= pent.) :
(1) Mercosur,"Mercado
Común del
Sur" atau "Pasar Bersama Wilayah Selatan", adalah sebuah blok
beranggotakan Argentina, Brazil, Paraguay, Uruguay dan Venezuela.
(2) UNASUR,
"Unión de Naciones
Suramericanas"
atau "Uni Negara-negara Amerika Selatan", dibentuk sebagai bagian proses penyatuan
negara-negara Amerika Selatan.
Pada pokoknya UNASUR terdiri dari
negara-negara anggota Mercosur dan "Comunidad Andina" ("CAN"), yaitu "Komunitas Negara-Negara Andea".
CAN paling akhir beranggotakan Bolivia, Kolombia, Ecuador dan
Peru.
Turut bergabung ke UNASUR : Chili, Guyana dan Suriname (meskipun
Guyana dan Suriname sebetulnya bukan
bagian Amerika Selatan, melainkan
merupakan negara di wilayah Karibea dan anggota "Caribbean
Community"/"CARICOM").
UNASUR pada intinya
merupakan integrasi dua blok Amerika Selatan yang telah ada, yaitu Mercosur dan
CAN, meskipun juga terbuka terhadap 2
negara Karibea tersebut di atas.
Diterjemahkan
oleh Nemo Nobo.
No comments:
Post a Comment