28/05/2013

Bolivia: Nasionalisasi Menempatkan Kekayaan di Tangan Rakyat.





Oleh Federico Fuentes

Bolivia menunjukkan pada dunia mengapa menasionalisasi sumber daya alam adalah langkah krusial pertama bagi pemerintah yang mengutamakan rakyat dan lingkungan di atas kepentingan profit.

Pada 1 Mei 2006, kurang dari empat bulan setelah menjadi presiden, Evo Morales mendekritkan nasionalisasi cadangan gas di negeri tersebut. Gerakan ini memulihkan kontrol negara atas sumber alam strategis.

Dengan melakukan hal tersebut, Morales telah menepati salah satu janjinya di saat pemilu dan bertemu dengan tuntutan bersejarah rakyat Bolivia. Rakyat telah berhasil  menggulingkan presiden terpilih secara berturut-turut karena tidak mau mengambil alih sumber gas alam dari tangan perusahaan transnasional yang serakah.

Gas alam merupakan kunci sumber daya alam dan sumber kemakmuran Bolivia, sehingga hal itu bukanlah hal yang mengejutkan – sumber daya alam ini dilihat sebagai kendaraan untuk mengentaskan Bolivia sebagai negeri termiskin di Amerika latin dari penderitaan.

Meski janji-janji para politisi neoliberal dan institusi neoliberal seperti Bank Dunia mengungkapkan bahwa privatisasi dan ekonomi pasar akan meningkatkan standar hidup, jumlah rakyat Bolivia yang hidup dalam kemiskinan melonjak lebih dari 66% selama lebih dari seabad.    

Menurunnya pendapatan negara akibat privatisasi industri gas menyebabkan pemerintah Bolivia semakin bergantung pada utang luar negeri untuk menutupi kekurangan anggaran.

Hal ini mulai berubah dengan adanya dekrit nasionalisasi dan renegosiasi kontrak dengan perusahaan gas transnasional. Di bawah kontrak yang baru, perusahaan transnasional tidak lagi mendikte apapun yang terjadi pada industri. Sekarang, Bolivia telah menetapkan persyaratan.

Klaim bahwa perusahaan transnasional melanjutkan dominasi sektor gas dan ekstrasi gas di Bolivia tidak menggambarkan kenyataan yang sesungguhnya. Di bawah kontrak ketentuan yang baru, negara tidak hanya memiliki deposit gas tapi juga gas ekstraktif dan keuntungan yang bertambah.  

Terkait dengan pembongkaran gas YPFB milik negara yang hampir komplet selama periode privatisasi neoliberal, negara masih membutuhkan jasa perusahaan transnasional.

Perusahaan swasta ini disewa dan dibayar atas jasanya. Tetapi perusahaan transnasional tidak memiliki suara tentang berapa yang harus diekstrasi, atau apa yang terjadi pada produk akhir.

Pada saat yang sama, pemerintah Bolivia terus bekerja untuk memperkuat YPFB sehingga bisa mengambil tanggung jawab penuh dalam kegiatan ekstraktif dan prosesnya.

Tak kalah penting, lebih dari 80% dari semua keuntungan dari industri sekarang masuk ke pajak negara, royalti dan bentuk lainnya.

Perbedaannya sangat jelas, seperti yang disampaikan oleh Mentri Juan Jose Sosa baru – baru ini: “7 tahun sebelum nasionalisasi, dari tahun 1999 hingga 2005, negara menerima sejumlah 2 miliar US$”



Meski beberapa berita utama media menyatakan bahawa tindakan tersebut akan mengakibatkan perusahaan asing cabut ke luar negeri dan industri kolaps, pada kenyataannya industri gas Bolivia masih kuat.

Kenyataannya, perekonomian Bolivia mencatat peningkatan keuntungan meski ekonomi global sedang mengalami krisis.  

Tapi kekuatan pendorong utama di belakang pertumbuhan domestik bruto (yang rata-rata mendekati 5% setahun antara 2006 dan 2012) belum termasuk permintaan eksternal. Sebagaimana yang diklaim oleh mereka yang mengatakan ekonomi menjadi lebih bergantung pada ekonomi global berdasarkan melonjaknya ekspor barang mentah.

Pada faktanya, gambaran dari Badan Statistik Nasional Bolivia (INE) mengindikasikan bahwa permintaan eksternal membuat kontribusi negatif pada pertumbuhan. Kekuatan pendorong utama di belakang pertumbuhan Bolivia adalah ledakan permintaan internal, yang rata-rata adalah 5,2% setahun selama periode ini.

Ini adalah hasil dari redistribusi dramatik kekayaan kepada keuntungan bagi mayoritas rakyat miskin.

Seiring meningkatnya pemasukan dari sektor gas, pengeluaran pemerintah untuk kesehatan dan pendidikan bertumbuh hampir empat kali antara tahun 2005 dan 2012.  

Pemerintah juga mulai membayar jaminan sosial bagi perempuan hamil, keluarga dengan anak-anak di Sekolah Dasar dan para Pensiunan. Dewasa ini, 31% rakyat Bolivia diuntungkan dari pembiayaan ini.

Bersama dengan sebuah rakit dari langkah-langkah lain, seperti naiknya upah riil minium dan rata-rata, inisiatif untuk mengurangi angka pengangguran dan kontrol harga makanan pokok, kebijakan-kebijakan ini telah membuat yang miskin lebih sejahtera dan yang mengurangi ketidak setaraan kekayaan.

Perbedaan pendapatan antara 10% orang kaya dan 10%orang termiskin  adalah 128 banding 1 di 2005 tetapi pada tahun 2012 kesenjangan ini berkurang sebanyak lebih dari separuh, 60 banding 1.

Beberapa kritikus lingkungan pemerintah menyatakan bahwa nasionalisasi hidro karbon tidak memberikan apapun untuk mengurangi ketergantungan ekonomi Bolivia pada kegiatan ekstrasi dan ekspor sumber alam mentah, dalam hal ini sumber alam tidak terbaharukan. Pendapatan lebih besar, yang mereka tuduhkan, sederhananya digunakan sebagai pegangan bagi kaum miskin untuk memadamkan ketidakpuasan rakyat.

Meski demikian, seperti yang disampaikan Mneteri Ekonomi dan Keuangan Bolivia,  Luis Arce mencatan dalam Economia Plural, pemerintah Bolivia mempromosikan sebuah “Ekonomi, Sosial, Komunitarian dan Model Produktif Baru” untuk menggantikan model  neoliberal.

Di bawah model baru ini, pemerintah sekarang memprioritaskan stimulasi pasar internal, sebuah langkah penting terhadap pengurangan ketergantungan kapital asing dan permintaan global.

Ini memberikan tidak hanya redistribusi kekayaan tetapi juga mentransfer kekayaan yand dihasilkan melalui sektor ekstraktif (khususnya gas dan pertambangan) terhadap industri pengolahan sumber daya alam.
Tugas lainnya adalah menstimulasi manufaktur, turisme, perumahan dan sektor agrikultur untuk memenuhi permintaan ini.

Pemerintah semakin jelas dalam memprioritaskan komunitarian, koperasi dan usaha berbasiskan keluarga.

Sejauh ini, sebuah langkah penting telah diambil pada tgl 10 Mei dengan inaugurasi pabrik pemisahan gas cair Rio Grande. Pembangunan pabrik ke dua, Gran Chaco, akan diselesaikan tahun depan.

Kombinasi, dua perusahaan milik negara ini akan memiliki kapasitas menyuplai seluruh kebutuhan gas Bolivia dan kebutuhan gas petroleum dan membuat negara sanggup mengekspor gas olahan.  

Pemerintah Bolivia juga membuat studi untuk membangun pabrik/perusahaan ke tiga yang akan membuat negara bisa mandiri di sektor diesel.

Sekarang juga sedang dimulai pembangunan perusahaan urea dan ammonia, yang merepresentasikan proyek investasi tunggal terbesar dalam sejarah Bolivia.

Pengalihan kekayaan ke sektor produktif lainnya juga memiliki sebuah dampak. Lompatan fenomenal dalam jumlah usaha tercatat sejumlah kurang dari 20 ribu pada tahun 2005 menjadi lebih dari 68 ribu di tahun 2012, memberi kontribusi pengurangan pengangguran sebesar 2,8% (5,5% pada tahun 2010).

Pemerintah juga memulai sejumlah eksperimen dengan perusahaan kecil milik negara di area pengolahan makanan, emas dan produksi kardus. Rencananya perusahaan ini akan ditangani oleh komunitas lokal sebagai bagian dari upaya mendorong sektor komunitarian.

Dipandang sebagai satu keutuhan, ukuran yang diambil untuk memulihkan kedaulatan ekonomi Bolivia berarti bahwa negara menjadi pemain sentral dalam ekonomi nasional. Dewasa ini, lebih banyak kekayaan bertahan di Bolivia dan digunakan untuk meluaskan pasar internal, mempromosikan industrialisasi dan menstimulus sektor komunitarian.

Jika sebuah negara kecil, negeri kepulauan Andean tertutup yang secara historis berada pada posisi subordinat di bawah para eksportir bahan mentah kini bisa memiliki capaian, bayangkan apa yang bisa kita lakukan di negeri kita bila kita bisa menasionalisasi tambang dan menempatkan kekayaan alam kita di tangan rakyat.


Diterbitkan oleh Bolivia Rising pada Selasa, 28 Mei 2013

No comments: